"Oh, shit!"
Eren refleks mengumpat ketika melihat nama pembimbing skiripsinya. Tindak ingin mempercayai pengelihatan, mencoba mengucek mata. Setelah dirasa pandangan mata tidak akan salah, kembali ia mencoba membaca.
Tangan Eren menutupi bagian nama dosen pembimbing pertamanya. Mencoba berdoa dalam hati, siapa tahu ia salah membaca. Sangat berharap salah baca. Matanya sedikit merem, berharap keajaiban akan datang. Ia mulai membuka tangan mulai membaca secara perlahan.
Eren Melani pembimbing skripsi ...
Dr, Samudera Kusuma, M.Hum.
Badan Eren lemas bagai tak bertulang.
"Astaga, iri banget. Lo dapet pembimbing sekalian lo bisa cuci mata. Gue malah ibuk-ibuk." Rani memandang dengan iri. Sangat disayangkan dia tidak mendapati berkah terselubung yang sama dengan sahabatnya.
"Gue rela tukeran dospem ama lo. Asli."
Rani mengibas tangannya seraya meringis,"Ya kali. Belum apa-apa gue udah minta ganti dospem. Entar jadi mahaswi abadi gue yang ada."
Menghela napas lelah, Eren mulai mencurahkan isi hatinya, "Bisa dibilang, gue udah keyang ngeliat wajah datar tu dosen kutub."
Sungguh benar, Eren sudah sangat kenyang menjurus batas menuju muak. Cukup sudah kelas Samudera menjadi aib bagi nilai di portal akademiknya. Ia telah mengulang kelas Samudera dua kali. Tekankan lagi dua kali. Semester ini adalah kali ketiga ia menghadiri kelas Samudera di mata kuliah yang sama.
Pertemuan awal Eren dengan Samudera adalah di kelas Filsafat. Itu pelajaran di semester dua. Saat itu adalah saat terajin, serajin-rajinnya ia sebagai mahasiswi. Kelas Samudera adalah kelas pertama ia medapati nilai C.
Tapi ternyata tidak ia saja yang mendapati nasib seperti itu. Hampir semua orang dikelasnya mendapati nilai C secara masal. Ia bisa lega. Hanya saja ia tetap tidak terima.
"Tau gini, mending gue nganbil linguistik daripada sastra. Setidaknya, semua dospem itu dari jurusan kita sendiri. Bukan beda jurusan."
"Gimana lagi, Ren. Jurusan kita baru ada tiga dosen sastra. Linguistik mah banyak."
Helaan napas kembali terhela. Eren mulai mensugesti diri agar menerima nasibnya.
"Lo harusnya seneng tau. Dapet dosen yang ok gitu. Belum 25 tahun udah tamatin gelar doktor. Gue denger beliau sering lompat kelas. Etdah, pen minta bagi otak kejeniusannya." Rani bermonolog tentang biografi Samudera yang sestereo FIB di kampusnya tahu.
"Apa gunanya jenius. Balok es berjalan. Senyum aja nggak pernah gue liat. Nah, senyum aja macam harta nasional. Nggak kebayang derita guee ...."
Jika Eren jabarkan satu-satu, Samudera yang telah dinobatkan sebagai dosen kutub oleh mahasiswa-mahasiswi ...
Samudera Kusuma. Umur 27 tahun. Diakui oleh sebagian besar mahasiswi sebagai pacar idaman dan sebagian besar mahasiswa sebagai panutan. Namun, Samudera mengajar sangat-sangat ketat dan sangat-sangat pelit akan nilai.
Bisa dikatakan, Samudera mepakan dosen terajin di antara dosen FIB lain di kampusnya. Samudera dosen rajin yang tidak pernah absen memberikan tugas. Tidak pernah absen memberikan kuis dadakan yang mewajibkan setiap mahasiswa-mahasiswi harus siap kapan saja.
Jadwal kuis dadakan yang tidak pasti membuat mereka harus telah ada 15 menit sebelum kelas dimulai. Sebab, jadwal kuis bila dilaksanakan di awal berarti sebelum jam perkuliahan dimulai.
Menurut survey yang diam-diam dilakukan oleh tim mahaswa gabut, nilai tertinggi yang pernah diberi Samudera adalah B. Peraih nilai B ini juga bisa dihitung jari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date (Completed)
RomanceDi saat saudara kembar dan teman-temannya telah menikah, Maya bertahan dengan kesendiriannya. Bahkan ia sampai mengadopsi anak dan membesarkan sendiri. Bagi Maya itu tidak masalah. Namun, tidak dengan para tetua. Mereka tidak setuju dengan kesendi...