Bab 23. Bahagia Selalu, Maya

2.2K 111 7
                                    

"Wah, yang ini enak."

"Tama mau coba juga, Ma."

Maya meniup sebentar, memberikan tusuk sate domba untuk dicoba Tama. "Pelan-pelan makannya," ujar Maya mengingatkan seraya memberi air minum ke Tama untuk meredakan rasa pedas dari sate domba.

"Ella juga, Ma."

"Bentar." Maya menyuapi Ella. Ketika ia melihat Angkasa yang sedari tadi diam melihat tusuk sate di tangannya. Ragu-ragu Maya mengarahkan tusuk sate ke Angkasa. Angkasa segera meraih tangan Maya, makan langsung dari tangan Maya.

Kebetulan yang tersisa di tangan Maya adalah irisan daging terakhir dari tusuknya. Tangan Maya merasakan kehangatan dari napas Angkasa. Wajah Maya memanas seketika. Maya tidak tahu bahwa ekspresinya tidak lepas dari pengamatan Angkasa.

"Ma, Tama mau lagi dong ...."

Suara permintaan Tama seketika menghancurkan atmosfer merah jambu mereka. Maya mulai kelabakan, ia mengambil satu lagi tusuk sate yang baru di bungkusan yang terbuat dari daun pisang yang ada di tangan kirinya.

Cristian yang sibuk makan mendengus, membagikan tusuk sate ke Metta dan Tita, setelah itu kembali makan. Metta terkekeh pelan mulai menjepret Maya yang tengah gugup menyuapi Angkasa kembali setelah menyuapi anaknya.

Hari ini mereka memutuskan untuk jalan-jalan ke pasar membeli oleh-oleh. Berbagai aroma makanan mulai menari melalui udara menghampiri indra penciuman ketika memasuki pasar bagian kuliner. Seketika lambung Maya mengadakan konser bernyanyi untuk segera diisi.

Hanya dengan mencium aroma yang membuat orang nafsu makan naik ke permukaan, membuat Maya lebih bersemangat. Ia ingin segera menggeledah berbagai makanan di pasar ini.

Memang tidak salah, pasar wisata Desa Suka Maju merupakan pasar yang sangat direkomendasikan untuk dikunjungi ketika tengah berlibur di penginapan. Penginapan Desa Suka Maju mengambil rute keindahan alam.

"Nggak sia-sia kita liburan ke sini, fasilitasnya lengkap untuk orang yang ingin menikmati keindahan alam," kagum Metta ketika melihat berbagai stand yang ada. Stand-nya juga menjual barang-barang khusus olahan tangan warga desa.

Cristian menanggapi dengan anggukan untuk menyetujui. Ia sibuk bergelut dengan makanan. Ada lima tusuk sate domba di tangan kanan yang dilahap dalam sekali suap. Setelah selesai makan lima tusuk sate domba sekaligus, ia langsung makan lima tusuk sate domba lagi yang ada di tangan kirinya.

"Ella, jangan makan kayak dia, ya. Rakus seakan tak ada hari esok. Makan satu-satu. Nanti keselek."

"Ok, Pa. Ella nggak bakal makan kayak Paman Tian."

Kali ini Cristian tidak mengindahkan perkataan Angkasa. Makanan lebih menang daripada meladeni Angkasa. Sebagai foodie Cristian tidak ada melewatkan kesempatan untuk segera mencicipi segala makanan di pasar ini.

Maya dengan semangat melangkah ke stand makanan berikutnya. Diikuti dengan Cristian dengan Tita di tangannya. Mereka mulai memesan makanan di stand yang memjual makanan selanjutnya.

Angkasa menghela napas pasrah mengikuti dengan Tama dan Ella. Jika diperhatikan, kedua sudut bibirnya naik. Tatapan matanya akan selalu mengikuti setiap pergerakan Maya.

Metta tertawa melihat tingkah laku suami dan sahabatnya, mengabadikan momen perjalanan. Setiap momen akan selalu bisa dilihat kembali.

===oOo===

Maya merasa penuh. Padahal ia hanya makan setiap stand itu satu porsi kecil. Satu porsi kecil itu akan dibagikan pula pada Tama, Ella, dan Angkasa. Sedih sekali. Beruntung ia merasa tidak kuat makan lagi ketika telah mencicipi semua makanan setiap stand yang ada menjual makanan.

Blind Date (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang