Bab 18. Mari Kita Mulai dari Awal

2K 178 54
                                    

"Maya, ini, kamu ambil dan simpan diam-diam."

"Apa ini, Oma Dara?" Maya membuka jemari tangan kanannya, melihat benda yang diam-diam diberikan para oma.

Dara melirik sekitar, "Kenapa kamu buka? Cepet simpan, entar ketahuan orang."

Sara dan Rika menutupi tangan Maya agar tidak terlihat oleh kerumunan orang.

Tatapan Maya tidak percaya, terutama ketika melihat adanya kuncup melati di dalam ngenggaman tangannya. "Ini ... buat apa, Oma?"

Jujur, Maya bingung dengan tingkah aneh para oma. Awalnya, mereka menarik Maya untuk menemani mereka menghadiri pernikahan cucu teman mereka. Beberapa waktu ini Maya merasa tingkah laku para oma menjadi aneh. Seketika intensitas menghadiri acara pernikahan orang menjadi meningkat. Maya juga ikut terseret untuk menghadiri.

Sara menepuk tangan Maya, menutup kembali agar melati itu tidak jatuh dari tangan Maya. "Kami lakuin ini buat kamu juga, May."

"Sulit banget kita ngambil diam-diam ini, ya," ujar Rika mengetuk layar ponsel pintarnya. "Tapi emang di sini tertera kesulitan ngambil ini bunga melati diam-diam dari pengantin."

Dara menimpali, "Mana itu melati diiket kuat pakai benang lagi. Beberapa waktu ini kita sering gagal. Untung kali ini strategi kita berhasil."

Ada mitos yang mengatakan, dengan mengambil bunga melati pengantin akan dimudahkan jodohnya. Maya baru ingat akan mitos ini ketika mendengar percakapan para oma.

Kembali Maya melihat tangan kanannya yang tergenggam. Entah kenapa melati di tangannya terasa panas. Maya melihat para oma yang masih sibuk berdiskusi dengan tatapan rumit. Seketika matanya terasa panas, ia segera menunduk, menyeka sudut matanya dengan cepat.

"Oma Dara, Oma Rika, Oma Sara ..." Suara Maya tercekat, " ... terima kasih."

Meskipun hal ini merupakan mitos, usaha para oma membuat Maya merasa hangat.

Reaksi Maya sepertinya membuat para oma menjadi salah tingkah. Melihat para oma yang gugup membuat Maya tertawa. Bagaimanapun tanpa campur tangan para oma, ia belum tentu akan bertemu Angkasa lagi.

Pada akhirnya, orang tua kebanyakan tidak akan asal memilih pasangan. Ya, sekalipun pasangan kencan butanya, tentu kecuali Angkasa, mereka tidak beres semua. Maafkan ia yang sempat sangat meragukan visi para oma.

"Lho, bukannya itu ..." Maya merasa ia melihat Eren, salah satu karyawannya yang paling heboh. Terlihat Eren dengan seorang pria, apa itu pasangannya? Maya bertanya-tanya. Eren merupakan orang yang heboh dan paling suka curhat. Rasanya, dia tidak pernah mengeluh tentang seorang pria, selain dosennya yang diklaim dosen kutub menyebalkan.

Apa pria itu dosennya? Senyum usil, rasa penasaran membuat ia melangkah secara tersembunyi. Pria pasangan kondangan Eren tengah membelakangi Maya, ia sama sekali tidak dapat melihat wajah pria itu.

Mata Maya memicing, berusaha menajamkan pengelihatannya untuk menangkap rupa pria itu saat ia menoleh ke belakang. Tidak melewatkan satu detik pun momen Eren dengan pria itu.

"Woh, tampaknya mereka sangat akrab," guman Maya semangat, ia merasa telah mencium bau-bau gosip di sini. Tidak heran Dennis dan Karina menyukai gosip, ternyata menyenangkan sekaligus mendebarkan.

"Siapa yang akrab?"

"Itu mereka," jawab Maya bersemangat menunjuk oknum yang tengah ia amati.

"Menyenangkan?"

Rasa hangat di telinganya membuat Maya sadar. Tunggu, sejak kapan ia memiliki rekan dalam peliputan gosip perdananya ini?

Terlebih suara dan aroma orang di belakangnya tidak asing lagi. Orang di sampingnya itu pasti Angkasa.

Blind Date (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang