bab 15. Aku Tak Bisa Membencimu

1.8K 166 32
                                    

Sejatinya cinta itu dapat dirasa
Sejatinya terbukti dari perbuatan
Sejatinya ketulusan terlihat seiring waktu berjalan
Sayangnya logika sangat senang mengelak,
bagai maha tahu atas segala.
Hingga logika menjadi buta,
akan kepalsuan atau ketulusan.

------------------------------------------------------

"Kalau gue bilang, gue itu adalah adik dari mamanya Tama ... lo mau apa?"

"Lo mau apa?"

"Mau apa?"

"Mau apa?"

"Apa?"

Hah

"Lo bilang apa?"

Samudera tersenyum licik, ia setelah membisikkan kata itu kembali duduk tenang menyesap kopinya. "Gue ngga harus mengulang kata-kata gue sekali lagi." Samudera menyilangkan kakinya, ia meletakkan gelas kopi yang isinya telah habis setelah itu berkata, "Lambat laun lo akan tau, bedanya gue ngasih tau lo lebih dulu. Harap lo sadar diri."

Maya meremas jemarinya di bawah meja. Ia menggigit bibirnya. Mulutnya beberapa kali terbuka, lalu setelah itu tertutup lagi. Hendak mengatakan sesuatu, hanya saja hal yang akan ia ucapkan tertelan begitu saja.

"Ini"

Maya menatap selembar foto yang disodorkan Samudera ke ararnya. Itu adalah foto yang sedikit lusuh, di foto itu terlihat Samudera tengah merangkul seorang wanita muda yang tengah hamil. Maya mengenali wajah wanita itu.

"Tamara...."

Gumanan pelan Maya terdengar oleh Samudera. "Ya, Tamara itu kakakku, dia adalah istri Angkasa."Setelah memastikan Maya telah melihat foto itu, Samudera kembali menyimpannya ke dalam dompet.

Maya mendongakkan kepalanya. "Apa mau lo?"

"Bukannya gue udah bilang?" Samudera mendengus, menatap Maya penuh kebencian.. "Lo haru jauhi Angkasa."

Kebisuan Maya tampaknya membuat Samudera semakin kesal. "Lo itu bagaikan duri yang siap melukai Angkasa kapanpun. Kemana lo saat itu? Saat Angkasa meyerah akan lo, dan lo dengan mudahnya diam melihat dia pergi dan memilih menemani laki-laki yang bahkan nggak membalas perasaan lo?"

"Ah!" Samudera mendesah kasar, melanjutkan perkataannya, "Saat itu kakak gua yang memenami Angkasa, lo kemana? Ngga berusaha samasekali mengejarnya, padahal saat itu Angkasa menanti kabar dari lo!"

Samudera tidak sungkan untuk memperlihatkan tatapan penghinaan ke Maya. "Lalu setelah semua berlalu, kembali tenang... lo kembali lagi? Apa lo nyesei? Cih, memang benar sesuatu hal yang selalu ada akan tak berasa berharga sebelum tiada. Coba lo diposisi Angkasa? Benci nggak lo sama diri lo sendiri?"

"...."

"Kenapa lo diam?"

Menghirup napas dalam, Maya berusaha keras menutupi emosinya. ia berdiri, berjalan meninggalkan tempat itu, saat dia baru melangkah, tanpa berbalik untuk melihat sosok pria di belakangnya ia berkata, "Bayar makanan gue. Sebagai pengganti hutang dari pesanan lo waktu itu."

Tanpa menunggu jawaban Samudera, ia segera meninggalkan tempat itu.

===oOo===

Maya menghela napas untuk yang kesekian kalinya. Kata-kata Samudera beberapa hari lalu masih membekas dalam ingatan. Saat itu, Maya memiilih untuk melarikan diri. Matanya kembali berkaca-kaca, bukannya ia tak sadar akan kesalahan di masa lalu, bukan ia tak ingin mengejar Angkasa kembali.

Blind Date (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang