"Diminum Maya ...."
Melihat gelas dengan isi cairan bewarna kehitaman. Maya tanpa sadar menengak saliva. Bau menyengat sangat tercium bahkan sebelum Maya mendekati keberadaan gelasnya. Belum apa-apa ia sudah mulai ingin kabur.
Sekuat hati Maya menahan tangannya agar tidak bergerak menutupi hidungnya. Tangan kanan Maya gemetar memengang gelas. "Ini ... buat apa Oma?"
"Buat kamu biar seger pas nikahan nanti."
Rika membanggakan resep buatan mereka, "Ini resep turun menurung nenek moyang di keluarga kami. Yakin khasiatnya ok punya."
Perasaan tidak enak hati menghampiri ketika Maya melihat raut wajah penuh penantian para oma.
Jemari tangan Maya mengambil tangkai cangkir yang diserahkan Rika. Gelas tampak bergetar saat Maya memasukkkan jamu racikan oma ke dalam mulutnya.
Hati Maya penuh dengan lantunan kata-kata pencucian otak pada diri sendiri.
'Maya, tenang. Jangan liat dari bentuk dan baunya. Lihat dari khasiatnya.'
Tegukan besar Maya ambil. Jiwanya seakan hendak lepas dari tubuh ketika isi ramuan itu habis dalam tiga tegakan paksa.
Para oma tampak puas, mereka langsung menyeret Maya untuk melakukan perawatan tubuh dan menyiapkan segala persiapan pernikahan.
Diseret paksa oleh para oma membuat Maya ingin menangis, tapi cairan tidak keluar dari rongga matanya. Hanya cairan di lambung yang ingin segera melesat keluar. Tubuh Maya bergetar. Rasa pahitnya sangat mendominasi. Otak Maya berdengung, lidah kebas. Semua ini tercipta karena jamu turun-menurun yang dipersiapkan secara 'khusus' oleh para oma.
===oOo===
"May, ini diminum lagi."
Baru pulang dari tempat kerja, Maya kembali disuguhkan segelas minuman 'khusus berkhasiat'. Reaksi refleks badan Maya seketika kejang mengenang rasa pahit.
Kembali Maya mengugesti diri. Isi di dalam gelas seakan membentuk wujud setan yang memaksanya segera melapor ke neraka.
Tangan Maya gemetar. Hampir ia menumpahkan isi dalam gelasnya. Walau dalam hati, Maya sangat-sangat ingin menumpahkannya.
Alisnya sedikit terpelintir, bulu matanya bergetar. Ini sangat pahit. Lebih pahit daripada obat tumbuk yang pernah diminumnya.
Untuk Maya pecinta makan manis, hal pahit seperti ini merupakan siksaan batin.
Setelah minum, dengan langkah kaki sepoyongan ia melangkah menuju kamar. Ella segera menyerahkan permen ke Maya.
Manisnya permen sedikit menutupi rasa pahit.
Ingin Maya bertanya komposisi jamu yang telah ia kosumsi ini ke pada para oma. Jeritan hati, Maya sungguh tidak kuat lagi.
===oOo===
"Tolongin aku...."
Maya mengacak rambutnya frustasi. Para oma sangat terlalu berlebihan dalam mempersiapkan pernikahannya.
Pagi ia dipaksa bangun untuk olah raga, lalu minum jamu.
Siang, bila bisa ia diseret perawatan, lalu jika tidak bisa para oma akan membawa jamu secara langsung ia minum.
Malam, diberi pengajaran private oleh para oma. Minum jamu.
Lama-lama dia bisa gila.
"Aku nggak lebay asli. Pahit banget. Rin, Mike bantuin aku buat keluar atau bujuk oma."
Karina memahami kepahitan hidup Maya. Ia juga diberi minum kata oma ini aman untuk kehamilan karena itu tonik penguat kandungan.
Tapi Karina tidak pernah minumnya. Karina juga malu untuk mengatakan bahwa minuman obat oma telah dia sumbangkan untuk kucing dan bonsai para oma.
Apalagi Maya telah minum jamu itu. Karina menepuk bahu Maya. "May, aku sangat salut padamu."
"Gimana kalau kamu kabur aja? Ke tempat ayah di Bandung."
Mata Maya berbinar. Ia menangkupkan tangan Mike dengan penuh semangat berkata, "Thanks Mike."
Tanpa basa-basi Maya segera bergerak. Ia ingin langsung ke sekolah Ella untuk minta izin. Kabur ke tempat ayahnya di Bandung sebelum para oma menyadari.
"Kita nggak temenin Maya?" Karina segera menatap Mike. "Kita juga udah lama nggak ke rumah ayah kamu di Bandung."
Wajah Mike stagnan. Hubungannya dengan ayah kandungnya masih tidak begitu dekat. Kebanyakan canggung. "Oklah. Langsung berangkat."
===oOo===
"Ini ... kalian nemenin aku kabur, tapi kok ... aku berasa kita pergi piknik?"
Maya menatap Karina dan Mike di dalam mobilnya. Di sebelah ada Angkasa yang tengah menyetir. Di belakang sekali ada Tama dan Ella.
"Mike, Rin kalian berangkat pakai mobil sendiri napa? Nggak modal banget."
"Kan enak barang-bareng Maya. Entar kalau yayang Angkasa lu capek seret aja Mike buat lanjut nyetir. Mari kita manfaatkan sumber daya manusia yang ada."
"Aku udah kabari Dennis, nih guys. Kapan lagi kita-kita ke Bandung."
Merasakan kehangatan tangan kanannya Maya segera menoleh.
Angkasa menyetir matanya fokus ke depan, tapi salah satu tangannya yang tidak memengang stir diam-diam meraih tangan Maya.
"Ngomong-ngomong, Cristian sama Metta katanya bakal nyusul."
Sebelum Maya menjawab terdengar sorakan Karina. "Bagus."
"Kata Dennis sama Rean mereka sekeluarga bakal nyusul juga."
"Makin rame, makin seru."
Suara perbincangan Mike dan Karina mulai terdengar. Serta suara anak-anak yang sedang bermain pula.
Entah mengapa, Maya meragukan langkah kaburnya kali ini. Perasaannya mengatakan bahwa langkahnya sia-sia.
Firasat Maya terbukti, ketika sampai di rumah ayahnya, ia langsung disuguhi segelas jamu. Katanya, dikirim langsung dari para oma.
Gelas di tangan Maya diambil. Maya melihat itu Angkasa. Angkasa membawa Maya ke dapur. Langsung menghabiskan jamu di tangan Maya.
Sebelum Maya bisa bahagia, tindakan mereka ketahuan. Maya diperlihatkan 10 bungkus jamu ada di dalam kulkas.
Maya tahu, semua tindakannya sia-sia.
Sejak saat itu Maya menerima nasibnya.
Mungkin karena terpaksa, dipaksa, hingga dia jadi terbiasa.
Sampai mendekati acara pernikahan Maya mulai merasakan perubahan pada tubunya akibat perawatan cermat para oma.
Ternyata tidak seburuk itu ...
-------
Bab ekstra buat cerita ini ada 5 (diluar cerita khusus para tokoh sampingan). Semoga suka sama bab ekstranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date (Completed)
RomanceDi saat saudara kembar dan teman-temannya telah menikah, Maya bertahan dengan kesendiriannya. Bahkan ia sampai mengadopsi anak dan membesarkan sendiri. Bagi Maya itu tidak masalah. Namun, tidak dengan para tetua. Mereka tidak setuju dengan kesendi...