Bab 14
Yang Terlupakan
Kau merasa pandanganmu paling benar,
kau merasa paling tepat,
kau begitu muak sekadar menatap,
kau begitu jengah sekadar menyapa ...
hanya saja ada yang terlupakan,
kau lupa bahwa ....
apa yang kau rasa itu subjektif,
bukan objektif.------------------------------------------------------------
BRUK
Mereka yang tadinya begitu sibuk akan pembahasan perihal katalog bulan depan sontak langsung saja menatap sumber suara. Eren yang baru menyadari bahwa tindakannya itu telah mengganggu aktivitas orang lain memohon maaf, dia membungkukkan badannya berkali-kali dengan perasaan bersalah. Maya memberikan isyarat melalui mata kepada seluruh karyawannya untuk kembali ke tempat bagian mereka masing-masing bekerja, setelahnya Maya sedikit menggeser badannya mendekati Cika seraya berbisik, "Eren kenapa?"
Cika sekilas kembali melirik Eren, setelahnya barulah dia menatap Maya. "Biasa, Kak. Dosen kutub."
Maya mengulum senyumnya, Eren dan Cika memang masih berstatus sebagai mahasiswa. Maya awalnya menempatkan mereka pada bagian pelayanan, dan lama-lama setelah ia dekat dengan dua karyawannya itu dia menjadi mengetahui kepiawaian mereka terlebih mengenai penataan dan penjahitan baju. Sudah tiga setengah tahun mereka berkerja part time di butik Maya, saat ini adalah tahun di mana mereka tengah menyusun skripsi. Hanya saja, Eren tidak bernasib semulus Cika, dia harus menahan hasratnya dalam-dalam. Dia memiliki satu mata kuliah yang selalu mendapatkan nilai D, meski dia telah melakukan pengulangan sebanyak dua kali. Tahun ini adalah yang ketiga kalinya. Sial memang.
"Aku bukannya bodoh ya, Kak. Banyak kok mahasiswa mengulang di suatu mata kuliah tapi bukan berarti mereka bodoh. Menurut aku ada tiga golongan mahasiswa mengulang; satu─ yang malas berupa sering tidak masuk kelas serta kehadiran kurang dari kontrak perkuliahan parahnya tidak hadir ketika ujian, dua─dia nggak aktif di kelas karena ada dosen yang kadang lebih menilai tinggi sebuah keaktifan, lalu ... tiga─ bermasalah dengan DOSEN dari mata kuliah itu, Kak. Dan aku masuk di dalam golongan nomor tiga!" Eren meremas-remas salah satu bukunya dengan histeris. Seakan buku itu adalah sang dosen tercinta Eren.
"Ingat, itu buku perpustakaan, Ren." Cika memutar bola matanya malas dan langsung beranjak pergi dari duduknya.
"Dari Cika ... yang Kakak dengar kamu itu sering buat masalah sama sang dosen. Tapi, seingat Kakak, bukannya kamu suka sama yang unik seperti itu? Katanya Dosen kamu itu adalah seorang dosen muda, sigle, mapan, tampan, berkarisma, tapi ... killer, juga sangat pelit nilai. Makanya mahasiswa di kampus kamu menjulukinya sebagai 'Dosen Kutub'. Hanya saja kamu perli hau bahwa dosen killer itu sebenarnya galak-galak sayang, dan dosen dengan ciri-ciri seperti itu sangat jarang ditemui. Jadi, bukankah dia juga termasuk dalam kategori antik?" tanya Maya mengerling jahil.
"Nggak! Untuk yang satu itu wajib dibinasakan, Kak!"
"Ingat, Ren. Benci dan cinta itu bedanya sangat tipis, loh ...." Maya menepuk bahu Eren sedikit kencang. "Udah, ayo kerja!" serunya riang, ia menatap Eren dengan kilatan jahil seraya berjalan kembali ke dalam ruangannya. Siapapun Dosen kutub yang selalu menjadi ajang bahan curhatan Eren di kala senggang pasti lama-lama akan ada suatu tahap di mana dia sadar akan kesalahannya mengapa bisa mengulang di mata kuliah sang dosen.
Begitu sampai di ruangannya, Maya memandang pajangan gulungan kecil dari benang-benang jahit yang ia jadikan seperti penyemangat di masa-masa terberat dan lelah dalam hidupnya. Ya, hingga saat ini Maya masih saja menyimpan hadiah terakhir dari Angkasa. Sontak Maya jadi teringat akan kejadian kencan butanya beberapa hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date (Completed)
RomanceDi saat saudara kembar dan teman-temannya telah menikah, Maya bertahan dengan kesendiriannya. Bahkan ia sampai mengadopsi anak dan membesarkan sendiri. Bagi Maya itu tidak masalah. Namun, tidak dengan para tetua. Mereka tidak setuju dengan kesendi...