"Kembar?"
Tomy mengangguk mendengar pertanyaan Angkasa. "Iya, Pak Angkasa. Selamat, Ibu Maya hamil anak kembar."
Angkasa seketika pusing. Hamil satu anak saja sudah mencemaskan, apalagi sekali hamil langsung dua anak?
Rasa pusing Angkasa semakin mendera.
Apalagi ini kehamilan pertama Maya.
Angkasa semakin pusing memikirkannya.
Maya geli melihat reaksi gugup Angkasa. Hari ini adalah pemeriksaan kehamilan yang ketiga. Kehadiran anak lain yang datang dengan cepat sangat tidak terduga. Tangannya mengelus perut yang telah menggembung. Pantas saja perutnya lebih besar dari Karina yang tengah hamil anak kedua. Kata orang, kehamilan pertama bulan awal kehamilan tidak begitu terlihat. Namun, kehamilan Maya baru bulan kedua saja sudah terlihat.
"Kamu hati-hati jalannya, Ay." Angkasa merangkul pinggang Maya, matanya tidak lepas mengamati setiap langkah. Perasaan Angkasa semakin lebih waspada setelah tahu Maya hamil anak kembar. Kali ini ketika jalan, dia menjadi lebih menjaga langkah, takut akan tersandung.
Maya menepuk-nepuk pelan tangan Angkasa, menenangkan ekspresinya yang semakin lama, semakin terlihat menjadi-jadi. "Kamu tenang aja."
"Mencegah lebih baik sebelum terjadi, Ay."
"Tapi kamu jangan terlalu cemas gitu, aku jadi ikutan cemas kelamaan liatnya."
"Ok, kamu perhatikan langkah. Aku takut kamu ...." Angkasa menghentikan ucapan, ia teringat Tamara. Teringat aliran darah mengalir membasahi kaki, hingga bayi lahir prematur. Dia tidak ingin Maya mengalami masalah apa pun.
"Aku takut kehilangan kamu, Ay," guman Angkasa lirih.
Ekspresi sedih Angkasa membuat rongga mata Maya panas. Mungkin efek kehamilan, ia lebih sensitif. Berupaya menekan perasaan haru, Maya menghembuskan napas, lalu berujar, "Kalau gitu kita saling memperhatikan, ya?"
Angkasa mengangguk. Jika tidak mengenang sedang di luar, dia akan memeluk istrinya.
Langkah Maya dituntun oleh Angkasa dengan hati-hati. Senyum Maya menyeringai di dalam hati bahagia juga akan perhatian berlebihan suaminya. Berkah terselubung akan kehamilan. Tangan mengelus perutnya.
'Sehat terus, ya, Nak.'
"Gimana hasilnya?" tanya Karina dan Mike yang tengah menunggu di luar.
"Kembar," jawab Maya bahagia.
Mike tercengang. Gugup melihat saudarinya. "Perhatikan baik-baik Maya." Mike menepuk pundak Angkasa.
Angkasa mengangguk meyakinkan.
Karina mengelus perutnya. "Pantas saja perut kamu lebih besar dari aku. Padahal usia kehamilan kita sama."
Maya juga tidak tahu, momen kehamilan ia dan Karina akan bersamaan. Mereka bertemu di rumah sakit ini secara kebetulan tiga bulan yang lalu. Saat itu mereka sama-sama tercengang, lalu setelah mengetahui fakta kehamilan mereka lebih sering saling mengunjungi.
Mereka berempat melangkah dengan bahagia.
===oOo===
"Mike, ayo cobain masakan kami."
Mike meneguk saliva, melihat masakan Karina dan Maya. Ingin menolak, tapi ketika melihat raut wajah bahagia kedua wanita yang satu istrinya, satu lagi saudarinya membuat kata penolakan Mike tertahan di kerongkongan.
Tangan Mike mengambil piring, segala doa telah ia doakan untuk keselamatan indra pengecap. Melirik Angkasa di ujung mengelap lantai dan membereskan dapur dengan rajin, rasanya ingin mencari teman seperjuangan. "May, itu si Angkasa juga diajakin. Biar dia juga merasakan karya baru kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date (Completed)
RomanceDi saat saudara kembar dan teman-temannya telah menikah, Maya bertahan dengan kesendiriannya. Bahkan ia sampai mengadopsi anak dan membesarkan sendiri. Bagi Maya itu tidak masalah. Namun, tidak dengan para tetua. Mereka tidak setuju dengan kesendi...