Mata Maya terpaku mengamati layar ponselnya. Di layar ponsel menampilkan kondisi di ruang makan. Ia mengamati interaksi antara para oma dan anaknya Ella dengan tenang. Sayang sekali, kamera CCTV ini tidak dapat mendengarkan suara.
Di ruang makan sedikit terdengar suara. Sumber suara berupa para oma yang tengah mengepung Ella. Mereka menelusuri sekitar ruangan memastikan keadaan aman. Dara sebagai perwakilan mulai membuka suara, "Jadi kemarin Maya pergi sama Angkasa?" tanya Dara memastikan.
Kepala Ella mengangguk pasti mengangkat jari telunjuk bersamaan dengan jari tengah, berkata dengan nada yang sangat meyakinkan, "Suerr, Oma. Kemarin Mama pergi sama Papa. Katanya pergi reuni. Ella liat sendiri, Mama kemarin pulangnya juga dengan Papa. Seriusan."
Demi menjadi mata-mata para oma yang berkelas, Ella sampai merelakan jam tidurnya. Bayangkan, ia yang biasanya tidur di bawah jam 12 malam, kemarin sampai tidur hingga jam 1 malam. Kurang berdedikasi apa dia coba?
Ella mengagumi ketekunan dirinya sendiri.
Para oma saling menatap. Rika yang paling bahagia karena ia menang taruhan. Dara dan Sara walau merugi kalah taruhan, mereka tetap bahagia untuk kelangsungan hidup Maya. Para oma yang telah mengecap rasa manis, asam, asin, dan pahit kehidupan tidak ingin Maya tidak menikah seumur hidup.
Era baru telah menegakkan bahwa wanita juga bisa setangguh pria. Wanita bisa berdiri setara dengan pria. Tetap saja bagi para oma, tanpa pendamping di usia senja itu penuh rasa kesepian. Anak-anak belum tentu bisa menemani di saat tua.
Anak-anak tentu akan sibuk dengan keluarga kecil mereka sendiri. Pasangan itu dibutuhkan sebagai sandaran guna menemani kehidupan senja dengan tenang.
Walau hati manusia tidak dapat diprediksi, tidak ada salahnya mencoba mencari pendamping. Itulah sebabnya para oma berusaha menarik Maya untuk keluar dari zona nyaman. Bila tidak keluar untuk mencoba, bagaimana kita akan tahu hasilnya.
Hidup sekali, cobalah, jangan menyesal di kemudian hari.
Dara mengangguk mulai memberi instruksi lanjutan untuk Ella, "Ella, kamu pas ketemu Papa Angkasa coba tanya, kapan mau lamar Mama Maya?"
"Kalau bisa, coba bujuk Papa Angkasa biar cepet lamar Mama. Kasian, Maya umurnya udah nggak muda lagi," saran Sara menambah bujukan untuk Ella.
"Ingat Ella, ini demi kebahagiaan Mama," kata Rika menyemangati sembari memasukkan uang ke tas kecil berbentuk kelinci punya Ella.
Dara dan Sara juga melakukan gerakan yang sama. "Ini demi kebahagiaan Mama."
Ella tersenyum sumringah, diam-diam mengelus tas tangan kelinci yang mulai menggembung, melambangkan kejayaanya. Ia mengulangi kata-kata para oma dengan mengepalkan kedua tangannya, "Pasti Oma. Ini demi kebahagiaan Mama." Juga kebahagiaan dompetnya.
Ella berlari dengan riang, mulai bersendung. Membuka pintu mobil, duduk di co-pilot.
"Udah siap, sayang mama?"
"Siap, Ma." Ella menatap Maya, menatap tas kelincinya. Mulai membuka tas, menghitung uang di dalamnya dengan senyuman. Setelah menghitung, ia mulai menutup tas dengan hati-hati. Kembali menatap Maya menyusun rencana agar segera mempertemukan Maya dengan Angkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date (Completed)
RomanceDi saat saudara kembar dan teman-temannya telah menikah, Maya bertahan dengan kesendiriannya. Bahkan ia sampai mengadopsi anak dan membesarkan sendiri. Bagi Maya itu tidak masalah. Namun, tidak dengan para tetua. Mereka tidak setuju dengan kesendi...