Bab 2. Kencan Buta Pertama

4K 317 21
                                    

"Mayaaaa jangan lupa, yaaa. Nanti jam tiga tepat di Rose kafe," ujar Rika mengingatkan untuk kesekian kali-kalinya. Para oma mengingatkan bergantian. Sampai telingamya panas, sampai ia muak mendengarnya.

Sara segera mengambil alih pembicaraan, menunjuk Maya dengan jari telunjuknya dengan tatapan menantang. "Jangan coba-coba kabur lhoo. Oma sengaja milih lokasi di kafe milik Lili, biar tau kamu pergi atau nggak."

"Awas saja kalau kamu sampai kabur, May!" Dara menambahkan dengan tangan mengepal, memasang raut wajah yang menandakan bahwa dia tidak main-main dengan ancamannya.

Seketika Maya membidik ngeri.

Baru saja terlintas dibenaknya untuk melarikan diri dari kencan buta.

Maya berupaya untuk tetap tersenyum manis, ia mengangguk singkat sebagai jawaban.

Seharian ini, hidup Maya sangat-sangat tidak tenang. Dari kemarin ia mendapati puluhan chat beserta panggilan dari para Oma. Inti dari pesan-pesan tersebut hanyalah perihal pertemuannya dengan pasangan kencan butanya.

Maya juga harus menghadapi kericuhan The Sassy Grandma melalui video call di WhatsApp. Walau panggilan hanya atas nama Oma Rika, Maya mendapatkan paket lengkap dalam panggilan tersebut. Paket lengkap yang membuat kebahagiannya menyusut seketika.

Dalam satu panggilan yang setara dengan panggilan grup ini, tidak habis-habisnya para oma mengingatkan Maya. Tidak lupa menyelipkan ancaman-ancaman di dalamnya.

Ini sungguh teror yang mengerikan!

"Iya, Oma. Maya 'pasti' tiba nanti, ya," terang Maya untuk kesekian kali dengan penekanan kata pasti. "Eh ... sudah dulu, Oma. Ada pelanggan, dia ingin Maya mendesain baju nikahnya−" belum sempat Maya melanjutkan kalimatnya para Oma telah menyela ...

"Kapan sih, kamu mau bikin baju untuk nikahan kamu sendiri, May?!"

"Ini nih, gara-gara sibuk ngurusin baju pengantin orang, sampai lupa sama baju pengantin sendiri!"

"Makanya, Maya jangan sibuk kerja. Cepat cari pendamping sana!"

"Pokoknya Oma nggak mau tau, jangan lupa nanti jam tiga."

"Mau ada petir atau hujan badai, apa pun alasannya, kamu harus pergi. Oma nggak mau tau!"

"Kamu wajib datang. Jangan lagi banyak alasan. Udah basi tau!"

Kata-kata mutiara para oma menohok Maya. Bahkan, Maya sampai tidak tau lagi harus menjawab apa, ia hanya bisa menulikan telinga.

Hormati para tetua. Hormati para tetua. Maya mengelus-elus dada.

"Maya tutup dulu panggilannya, ya ...."

Kali ini tanpa menunggu jawaban dari para Oma, dengan cepat Maya memutuskan panggilan tersebut. Ia menatap horor ponselnya. Memilih mode diam untuk kesejahteraan diri. Karantinakan saja benda itu kedalam tas. Lebih baik, benda itu untuk beberapa jam ke depan jauh dari jangkauannya.

Maya tidak tahu bahwa alasannya ternyata merupakan bumerang bagi dirinya sendiri.

Kosa kata yang berkaitan dengan jodoh, pernikahan, dan sebangsanya harus Maya hindari ketika berhadapan dengan para Oma.

===oOo===

"Kak, tadi ada panggilan dari Oma Dara, karena di telepon nggak Kakak angkat-angkat, jadinya Oma Dara menelepon lewat telepon butik. Beliau meminta jika nanti jam setengah tiga aku harus memberi tau Kakak. Nah, sekarang telah jam setengah tiga," ujar Cika salah satu pegawainya.

Maya menghentikan kegiatan membuat pola baju, dengan panik melirik arlojinya. Sesegera mungkin ia merapikan benda-benda di atas meja yang sedari tadi dibiarkan berserakan begitu saja.

Blind Date (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang