Pantulan wanita dengan senyum merekah dapat memperlihatkan suasana hatinya. Hari ini adalah hari yang membahagiakan untuk Maya. Hari yang telah lama ia tunggu-tunggu. Bahkan dulu untuk berpimpi pun ia takut akan hanyut dalam khayalan. Tidak pernah menyangka akan takdir hendak menentukan arah hidupnya ke jalan yang ia impikan.
Tentu saja Maya dapat memahami dengan pasti bahwa hal ini tidak lepas dari kontribusi orang-orang di sekitar Maya. Bila para oma tidak memaksanya untuk kencan buta, bahkan diam-diam memasukkan Angkasa ke dalam pasangan kencan butanya.
Kata para oma, mereka melihat foto dirinya dan Angkasa di album yang tidak sengaja ditemukan Ella.
Dennis juga membantu untuk mencari info tentang Angkasa. Lalu bertemu Samudera secara tidak sengaja karena Ella berteman dengan Tama yang merupakan anak paman Tama.
Tidak tahu apa sebabnya, Samudera mau bekerja sama untuk mendekatkan ia dengan Angkasa. Meski dengan awal yang berliku-liku. Agar ia tidak curiga diberikan pasangan kencan buka yang akan pasti gagal. Pasti akan gagalnya kencab buta karena pelaksana kencan merupakan perusahaan kencan buta usaha sampingan milik Samudera.
Segalanya telah diatur dengan cermat.
"Maya, selamat untukmu." Maya dengan gila berguman pada pantulan dirinya sendiri di cermin.
Pintu masuk kamar sedari tadi menjadi hal yang selalu tanpa Maya sadari akan ia lihat. Menanti kedatangan Angkasa.
Telah puas memandangi tampilan dirinya, Maya mengambil ponsel untuk berfoto. Ketika Maya mencoba pose naif yang nanti pasti hanya akan diabadikan untuk diri sendiri, ia terigat dengan gaya tren saat ini yaitu memoyongkan bibir.
"Walau malu tapi mumpung lagi sendiri nggak ada salahnya dicoba?"
Bibir Maya tengah monyong dengan mata mencoba mengedip satu dengan centil, tapi yang terjadi malah kedua matanya menyipit. Tidak ingin menyerah Maya mencoba lagi mengedip satu mata.
"Ay, ini aku bawain makanan ..."
"Akh!"
Seketika keheningan melanda.
Angkasa masuk dengan membawa nampan yang berisikan makanan dan minuman. Ketika mendengar seruan Maya, kepalanya langsung mendongak. Dia medapati Maya tengah memicingkan mata, lalu mengedipkan mata. Meletakkan nampan, Angkasa melangkah ke arah Maya bertanya dengan cemas, "Mata kamu sakit?"
Di dalam hati, Maya mulai merutuki kebodohannya. Ia segera menganggukkan kepala atas pertanyaan Angkasa. Tanpaknya Angkasa salah mengartikan pose narsisnya dengan mata kelilipan. Tidak apa, malunya terselamatkan. Layar ponsel saat ini masih terpampang hasil potret kegagalan menirukan gaya narsis yang lagi viral. Maya duduk di atas kasur, diam-diam mematikan layar ponsel.
Aroma napas berbeda mulai terasa mendekati. Maya menahan panas, kepalanya menunduk dari sudut mata, ia dapat melihat Angkasa menundukkan badan mendekatinya.
Jemari yang hangat menyentuh dagunya, Maya mengepalka kedua tangan.
"Aku tiupin, ya?"
Kehangatan napas Angkasa rasanya menyapu wajah Maya. Entah mengapa kegugupan meningkat. Bagai anak ayam yang tengah mematuk nasi, ia mengangguk. Maya menutup mata erat.
Angkasa tertawa, meniup kelopak mata istrinya. "Gimana aku mau niupin kalau kamu nutup erat matanya."
"Eh, ya ...." Ketika Maya membuka mata, wajah Angkasa sangat dekat dengan wajahnya. Hidung Maya dan Angkasa saling menyentuh. Jantung Maya mulai meracau kembali.
Kehangatan kali ini merasa pada kelopak matanya, Angkasa menggunkan jemarinya membuka kelopak mata Maya dengan lembut. Maya melihat prosesnya, wajah angkasa sangat-sangat dekat. Sampai Maya dapat menghitung bulu halus yang hendak tumbuh dari kumis Angkasa yang telah dicukur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date (Completed)
RomansaDi saat saudara kembar dan teman-temannya telah menikah, Maya bertahan dengan kesendiriannya. Bahkan ia sampai mengadopsi anak dan membesarkan sendiri. Bagi Maya itu tidak masalah. Namun, tidak dengan para tetua. Mereka tidak setuju dengan kesendi...