Aku lupa up bab tambahan ini kemarin barengan sm bab 15. Happy reading.
----------------------"Mama kenapa?" Ella menatap cemas akan sosok Maya yang terlihat berbeda dari biasanya. Seakan ada hal lain yang memberatkan pikirannya. Beberapa hari ini, Ella mendapati Maya banyak merenung, entah apa yang Maya renungkan. Ella tak dapat sedikitpun bocoran informasi dari Maya, bahkan setelah beberapa kali ia mencoba untuk mengais informasi perihal kegundahan Maya.
"Apa Mama ada masalah dengan teman Mama atau pekerjaan?"
Tetap gigih, Ella mencoba mendapatkan jawaban dari Maya. Hanya saja, lagi-lagi yang ia dapati hanyalah gelengan beserta senyum sekilas yang dipaksakan Maya. Setelah itu lagi-lagi Maya kembali merenung, entah apa yang ia renungkan.
Ella mengepalkan tangannya, siapapun yang berani membuat mamanya bersedih akan menanggung risiko. Mendengus kesal, Ella mencoba menenangkan diri. Sejujurnya ia memiliki beberapa dugaan, hanya saja ia dapat menjamin bahwa ini berkaitan dengan seseorang yang selalu dipikirkan Maya.
"Mama ... Papanya Tama ...."
Seketika tubuh Maya menengang. Hal tersebut tidak luput dari pengamatan tajam Ella, sebelum Maya membuka mulutnya Ella kembali berujar, "Eh nggak ada, Ma. Ini Ma, Ella buatin teh hangat, semoga dengan menghirup aromanya pikiran mama menjadi tenang, dan dapat mengisi energi mama."
Setelah menaruh gelas berisi teh buatannya, Ella tersenyum dan perlahan keluar kamar. Ketika pintu telah ditutup senyum kepuasan tersungging di bibirnya.
Ternyata benar ini karena Angkasa.
Ella berjalan perlahan ke ruang tamu, pagi ini ruangan itu sepi para Oma entah tengah pergi kemana dan anggota keluarga sepertinya memiliki aktivitas lain di luar. Maya masih berada di rumah tentu memang karena Maya memang tidak punya rencana hari ini. Bagaimanapun caranya, ia harus melakukan sesuatu agar Maya semangat kembali, dan Ella tahu dengan pasti sumber semangat Maya adalah Angkasa.
Tangan lentiknya meraih telepon rumah, menekan beberapa digit nomor yang telah sangat ia hapal. Jemarinya memainkan kabel telepon sembari menunggu sautan dari pihak yang tengah ia hubungi.
"Halo."
Seyum Ella mengembang, "Tama, udah di mana? Terjadi perubahan dari rencana kita ..." Ella mulai menjabarkan rencananya dengan suara yang pelan, pandangannya mengarah pada pintu kamar Maya. Memang saat ini ia telah berpakaian rapi, hari ini adalah waktu yang dijanjikan untuk Ella ikut ke taman bermain dengan Tama dan Papanya.
"Ok, Tama. Sampai jumpa." Ella menutup teleponnya. Ia melirik jam dinding. Menyeringai puas, kilatan jahil melintas di dalam sorot matanya. Ella dengan riang berjalan menuju kamar Maya dengan berbagai macam skema yang telah tersusun sedemikian rupa dalam benaknya.
"Baiklah, saatnya menjalankan rencana brilianku ini."
===oOo===
Di dalam mobil suasana sunyi dan sepi.
Entah mengapa Ella seakan-akan merasakan suhu ruangan ini mencapai titik beku, Ia memang berhasil membujuk Maya untuk menemaninya ke taman bermain dengan Tama, sehingga kini mereka telah berkumpul bagai keluarga lengkap.
Sesuai dengan rencana Ella, ia duduk di depan, tepat di samping Angkasa yang tengah mengemudi. Sedangkan Tama pindah ke belakang, duduk di samping Maya.
"Ella hidupin radionya, sepi sekali."
Meskipun terkesan tidak sopan, tapi ia adalah seorang anak-anak yang bertindak seakan tidak tahu apa-apa. Ia dengan acak memilih saluran.
Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepada ku meski kau tak cinta kepada ku ...
beri sedikit waktu biar cinta datang karena...KLIK
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date (Completed)
RomanceDi saat saudara kembar dan teman-temannya telah menikah, Maya bertahan dengan kesendiriannya. Bahkan ia sampai mengadopsi anak dan membesarkan sendiri. Bagi Maya itu tidak masalah. Namun, tidak dengan para tetua. Mereka tidak setuju dengan kesendi...