Bab 12
Sekutu The Sassy Grandma
Hidup ini ...
tak ubahnya secarik kertas kosong,
mustahil terbaca ...
Sebelum dibubuhi goresan.
Akankah tiada atau bermakna goresan itu ...
diri sendirilah penentunya.
----------------------------------------------------
Setelah bertukar salam, mereka sama-sama diam. Tatapan Ella terhadap dandanan membahana Maya, seketika membuatnya menjadi pusing. Seharusnya dia lebih membujuk Maya."Ma ... ayo ...."
"Ma ...."
"Mama ...."
Ella menghela napas lelah terhadap reaksi Maya saat ini. Sadar bahwa aksinya adalah sebuah kesia-siaan, membuat Ella memutar otak guna menemukan opsi lain. Ella melirik Tama.
"Ya ampun!" Ella mendekap mulut dengan kedua tangan secara dramatis, ia langsung saja mengambil duduk di depan Tama. "Kakak nggak tau kalau ada Tama di sini!" serunya sangat antusias.
Tama linglung, mengalihkan perhatiannya dari permainan Jewel Quest di ponsel pintar milik papanya. "Hmm ... Kak Ella ..." ucapan Tama terputus, mulutnya sedikit terbuka, lalu tertutup lagi. Dia tampak berpikir keras akan dialog hasil hafalan atas opera sabun ciptaan Ella yang kini baru saja mulai berlangsung.
Kata demi kata yang telah dia latih bersama Ella seakan menguap tertelan dengan bekas berupa remah-remah buram pada saat pelaksanaannya. Padahal, mereka telah berlatih dan tetap saja hasilnya nihil.
Tama merutuk atas kelambatan pikirannya menyangkut hal-hal seperti ini. Rasanya seperti hendak melakukan sebuah kebohongan kepada papanya, mungkin hal inilah penyebab dari kelambatan kinerja otaknya.
"Syukurlah Ella dan Tama tampak ceria." Angkasa tersenyum, kembali berkata, "Ella mau makan apa?"
Pandangan Tama dan Ella langsung saja terfokus kepada sosok Angkasa yang kini tengah mengambil alih pembicaraan mereka. Di dalam hati, mereka sama-sama menghembuskan napas lega karena dialog gagal itu terselamatkan.
Sebelum berujar, Ella menggelengkan kepala sebagai jawaban. "Tunggu Mama dulu, Pa." Ia menunjuk Maya yang masih diam mematung, Ella sedikit menahan tawa melihat reaksi Maya begitu menyadari siapa pasangan kencan butanya.
Mata Maya membulat mendengar panggilan Ella untuk Angkasa. Ia bertanya-tanya sejak kapan hubungan mereka menjadi tingkatan memanggil panggilan 'Papa' sedekat itu?
'Papa ... Mama ....' Pikiran Maya seketika terbang dalam khayalan. 'Aku dan Angkasa ... akhhh ....'
"Tante?" Tama menatap Maya dengan heran, lalu menatap Ella meminta pencerahan.
Tampang bodoh Maya tidak bisa disembunyikan. Tubuh Ella condong ke depan, berbisik ke Tama, "Ini efek dari berkhayal, jadi Tama berkhayal ingat tempat, ya."
Walau Ella berbisik, Angkasa masih bisa mendengar, sekuat tenaga dia menahan tawa.
Angkasa menatap Maya. Sedikit banyak, dia telah mengetahui kehidupan Ella yang didengar langsung dari Ella. Ketika dia membawa Ella dan Tama ke taman bermain seminggu yang lalu. Saat itulah Angkasa mencoba untuk mengakrabkan diri dengan anak perempuan yang telah banyak membantu anaknya.
Apalagi, dia juga mendengar dari Ella bahwa wanita itu sama sekali belum menikah. Wanita itu rela menjadi single parent untuk anak yang bahkan tidak memiliki hubungan darah sama sekali dengan dirinya. Ketika mendengar Ella merinci kebanggaannya atas mamanya, dia juga kagum. Terlebih melihat dari raut wajah Ella menceritakan sosok mama angkatnya, menatap mata penuh kejernihan anak itu, membuat Angkasa juga mengetahui bahwa wanita itu membesarkan Ella dengan penuh kasih sayang. Tama juga menyukai sosok wanita itu. Entah seperti apa sosoknya membuat Angkasa menjadi penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date (Completed)
RomanceDi saat saudara kembar dan teman-temannya telah menikah, Maya bertahan dengan kesendiriannya. Bahkan ia sampai mengadopsi anak dan membesarkan sendiri. Bagi Maya itu tidak masalah. Namun, tidak dengan para tetua. Mereka tidak setuju dengan kesendi...