"Waktu tamasya ke alam mimpi, Bangun-bagunnya berwajah tampan, Meski tanpa restu orang sirik sayang, Adek langsung bawa abang pulang~"
Suara Cristian mulai memenuhi halaman sekolah. Tidak lupa, dia mempersembahkan cover lagu Jablai dari lagu yang liriknya telah dirombak olehnya. Nahasnya, arti lagu ketika didengar serasa narsis yang berujung gangguan mental.
Semua orang tahu lagu ini merupakan lagu lelucon handalan Cristian. Mereka tersenyum geli melihatnya bernyanyi dengan gaya lebay. Berusaha memancarkan pesona tanvamnyah di atas panggung.
"Lalalalala panggil abang si tampan,
Abang sering pulang,
Banyak juga yang damba~uuwuuu."Tidak ingin menarik perhatian para penikmat lagu aneh Cristian, Maya dan Angkasa berjalan diam-diam. Mereka terlambat, memilih duduk di sudut menikmati kehebohan.
Kali ini Maya menghadiri reuni setelah sekian lama tidak hadir. Menurutnya, selama ini acara reuni tidak memberi motivasi untuk hadir. Orang yang hadir di acara reuni biasanya ingin melihat sesuatu, entah itu cinta pertama atau emang murni teman? Tapi paling banyak adalah melihat kekasih lama. Makanya tragedi rumah tangga banyak pula berawal dari acara reuni.
Itu sebabnya Maya jarang hadir. Malas melihat teman-teman yang pamer akan kehidupan, gosip tentang kehidupan teman ini-itu, atau mengamati tatapan panas mata dari teman sekelas yang memiliki mantan pacar yang kisahnya telah usai sesama alumni sekolah. Menurut Maya itu membosankan.
Sekarang ia hadir dengan Angkasa, Maya seketika tahu akan nasib menjadi ajang gosip mantan teman sekelas. Hanya saja, di satu sisi ia bahagia kembali dengan Angkasa.
Angkasa menatap Maya, melihat ekspresinya yang kusut. Jemari telunjuk mengetuk kursi dengan pelan. Melihat Cristian menyanyi di atas panggung, ia berjalan menuju panggung secara diam-diam. Menatap pembawa acara di depannya, "Pinjam sentar." Ia memainkan mic di tangannya dengan mata berkilat penuh inspirasi.
"Lalalalala panggil abang si tampan,
Abang sering pulang,
Banyak juga yang damba~asek lalala."Cristian menyanyikan lagu dengan gaya sangat menghayati. Angkasa berjalan mendekati panggung, ikut bernyanyi. Nyanyian kalem Angkasa yang diluar konteks mulai terdengar. Seketika, keberadaannya mengacaukan lagu receh Cristian.
"Burung kakak tua, hinggap di jendela~"
"BAHAHAHA!" Metta sebagai istri salah satu vokalis di panggung, dia profokator penegak suara tawa. Menyumbangkan suara tawa terbesar di acara ini.
Nyanyian receh Cristian, ditimpali nyanyian sumbang Angkasa, dan suara tawa Metta. Lengkap sudah kacaunya.
Orang-orang mulai terdiam, saling melirik asal suara. Ketika mereka memahami, suara tawa mulai terdengar. Satu persatu orang mulai ikut tertawa. Seakan tawa itu menular, suara tawa menggelegar memeriahkan suasana.
Ditengah-tengah tawa gila penonton, Maya melongo. Ia melihat perilaku kekanakan antara Angkasa dan Cristian. Fokus Maya hanya satu, hanya Angkasa. Maya melihat Angkasa di panggung memegang mic, lalu melirik kursi yang entah kapan kosong. Ia mulai bertanya-tanya, kapan Angkasa naik ke atas panggung dan menghilang di sebelahnya?
Kontemplasi Maya terhenti ketika kursi tempat Maya duduk sudah bergetar. Melihat sumbernya, tangan Metta yang memukul pegangan kursinya seraya tertawa keras. Baru saat inilah, Maya menyadari bahwa ia duduk di samping Metta.
"Maaf May, refleks ni tangan mukul kursinya. Asli ngakak parah. Hahaha...."
Kembali Metta memukul pengangan kursinya, kursi yang ia duduki juga terkena pukulan tangannya. Maya menerima nasibnya, merasakan guncangan kursi dengan tenang. Anggap saja lagi duduk di kursi pijat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date (Completed)
RomanceDi saat saudara kembar dan teman-temannya telah menikah, Maya bertahan dengan kesendiriannya. Bahkan ia sampai mengadopsi anak dan membesarkan sendiri. Bagi Maya itu tidak masalah. Namun, tidak dengan para tetua. Mereka tidak setuju dengan kesendi...