"Hah, gagal?!"
Maya menutup telinga mendengar suara para oma yang merdu---merusak dunia.
"Kenapa?" tanya Dara dengan gusar membayangkan uangnya akan melayang lagi. Kalah taruhan.
"Ya sudah, pilih lagi." Rika terlihat senang menyerahkan tumpukan foto ke Maya. Membayangkan suntikan dana akan kembali menebalkan kantong, ia mendehem melihat tatapan tajam Sara dan Dara.
Tatapan Maya memicing, melihat reaksi oma. Beberapa waktu lalu, ia telah menyadari bahwa diam-diam para oma menjadikan ajang kencan butanya sebagai sarana hiburan. Mereka akan bertaruh apakah kencan butanya akan gagal atau tidak.
Dari informasi yang disebarkan Dennis, selain uang, para oma juga menerapkan hukuman. Entah hukumannya apa.
Maya malas berdebat. Kali ini, ia mengalami rasa tidak yakin. Kenangan kencan buta tadi mulai teringat.
Flash back
"Saya Aldian, Mbak."
Alis Maya sedikit naik. Jiwa muda Maya merasa terhina oleh panggilan Mbak dari pria ini. Maya mengertakkan giginya.
Kenapa ia merasa seakan tua?! Berapa umur pria ini? Sok muda!
"Maya," jawab Maya sekenanya.
"Ok, Mbak Maya."
Aldian mengeluarkan tas kerjanya.
Entah kenapa Maya memiliki firasat buruk.
Please, jangan yang aneh lagi.
"Maka dari itu Mbak Maya harus mencoba produk dari perusahaan kami. Kualitas dan kuantitas terjamin. Ini silahkan Mbak lihat di sana tertera harga, terdapat garansi juga. Dijamin Mbak Maya tidak rugi ...."
Maya menatap kosong katalog di atas meja.
Omaaaaaaaaaa ....
Flash back end
Maya mengusap wajah, lelah. Ia mulai merasa curiga dengan calon-calon yang disediakan Oma.
Tumpukan foto-foto di tangannya terasa berat. Seakan ia tengah memegang tumpukan besi, bukan tumpukan kertas.
Haruskah ia memilih lagi? Pria kencan buta keempatnya.
===oOo===
"Ada yang bisa gue bantu?"Maya menghentikan kegiatan mengaduk bahan-bahan berupa telur, gula, emulsifier yang telah dicampur dengan air. "Emang lo mau?" tanyanya ragu.
Dennis mencebik. "Kayak gue pemalas aja di mata lo."
"Lah, kenyataan!" Maya terkekeh. Ia kembali melanjutkan kegiatannya, membiarkan Dennis melongo begitu saja.
Cukup lama Dennis hanya diam mematung memperhatikan kegiatan Maya membuat kue ulang tahun untuk Ella. Ya, Ella hari ini berulang tahun yang kesembilan tahun.
"Kenapa nggak minta tolong Abang aja sih, May?"
"Gue mau bikin sendiri. Lagian gini-gini gue juga lumayan doyan masak."
"Lu sadar diri kek, masakan lu nggak enak."
"Cuma lu doang yang bilang gitu!"
Dennis memutar bola mata malas.
Maya tersenyum lebar. Sebenarnya dulu ia sangat anti dengan yang namanya me-ma-sak. Tapi, semenjak hubungannya dengan Mike membaik, ia menjadi ikut menggemari kegiatan tersebut. Kegiatan nan amat sangat digemari oleh saudara kembarnya, meski Mike itu adalah pria. Bagai terbawa arus Maya ikut membantu menemani Mike di dapur, sehingga lama-kelamaan Maya juga menggemari kegiatan memasak. Terlebih Mike mengajarinya dengan sabar. Padahal, dulu Maya hanya suka cuci mata dengan jalan-jalan ke mal dan juga menikmati tayangan beserta majalah berbau fashion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date (Completed)
RomanceDi saat saudara kembar dan teman-temannya telah menikah, Maya bertahan dengan kesendiriannya. Bahkan ia sampai mengadopsi anak dan membesarkan sendiri. Bagi Maya itu tidak masalah. Namun, tidak dengan para tetua. Mereka tidak setuju dengan kesendi...