5. Kinan

101 24 14
                                    

Aku berusaha enggak peduli dengan ucapan teman-teman yang heboh dengan berita Davina berhasil lolos Olimpiade Sains tahap Kabupaten.

Belum lagi Rania dan Carissa sedang asyik membicarakan soal Harvard dan Yale. Suara mereka berdengung bak tawon dari belakang punggungku. Soal rencana masuk GTC lah, bla bla bla.

Lalu salah satu dari mereka menyolek bahuku. "Eh, Kakak lo itu dapet beasiswa dari Jardine Foundation ya? Dia ikut GTC juga enggak sih buat ngurus Jardine dan Oxford?" Rania menyelipkan beberapa helai rambut tipisnya ke belakang telinga.

Aku sebenarnya agak malas berbicara dengan mereka. Rania itu tahun lalu menyabet medali emas pada OSN bidang Fisika dan Carissa medali perunggu di bidang Kimia. Mereka lolos sampai tahap nasional. Aku? Gugur di tengah jalan.

"Dia nyari info sendiri," jawabku singkat seraya memasang kembali headset untuk menyumpal pendengaranku dari ocehan mereka.

Namun sepertinya mereka berniat mengusik ketenanganku. Aku pun mengutuk Mr. Julian, guru Physics yang tak kunjung datang ke kelas.

"Tanyain dong ke Kakak lo. Dia daftarnya gimana ke Jardine sama Oxford. Daftar Oxford-nya lewat UCAS ya?" tanya Carissa yang ikut-ikutan menyolek bahuku.

"Bukannya pada ikut GTC? Nanti tanya aja ke mentornya."

Mereka berhasil bungkam. Rasain tuh! Waktu itu aja aku mau ikut nimbrung ngobrol soal studi di Ivy League, mereka sok jual mahal. Seakan aku mengidap penyakit menular, padahal aku cuma gagal di Olimpiade Sains.

"Ikut GTC aja, biar enggak pusing," ujar Rania kala itu.

Ya, kalau aku bisa masuk GTC dengan gratis, enggak bakalan sepusing ini kali!

Ternyata menjadi adik yang kakaknya kuliah di Oxford jurusan Engineering ternyata berat. Apalagi Kak Mira mendapatkan beasiswa dari Jardine Foundation. Ekspektasi orang terhadapku terlalu tinggi.

Banyak yang bertanya, kenapa aku enggak mengikuti jejaknya? Aku sebenarnya sudah berniat untuk tetap daftar Oxford dan Jardine nanti. Cuma semenjak aku gagal olimpiade, aku jadi merasa down. Apakah orang yang gagal di olimpiade sepertiku layak untuk masuk Oxford? Kalau aku diterima Oxford dan ditolak Jardine, aku enggak bisa kuliah di Oxford tanpa beasiswa. Memangnya aku anaknya pengusaha? FYI, info beasiswa S1 sangat sulit.

Belum lagi ada yang namanya tes interview Jardine dan lokasinya di Hong Kong. Aku ingat banget kalau orang tuaku menghabiskan banyak uang untuk persiapan semuanya. Dimulai dari biaya pesawat ke Hong Kong, hotel di sana. Belum lagi sesama peserta mengadakan dinner bersama. Ditambah harus mengurus banyak hal lain.

Dulu mungkin kakakku bisa leluasa meminta ini dan itu. Namun belakangan ini keuangan orang tuaku sedang enggak baik. Belum lama ini bisnis mereka di Bogor yang diurus oleh pamanku sendiri bangkrut. Penyebabnya, pamanku dan istrinya menggunakan uang modal untuk merenovasi rumahnya.

Beda dengan beasiswa dari Russelia. Enggak perlu banyak keluar uang untuk persiapan. Makanya mereka meminta timbal balik dan yang terpilih cuma tiga orang saja. Aku sih enggak masalah kalau harus mengabdi setahun-dua tahun di sekolah ini. Cuma sebentar kok.

Terus aku bisa apply ke kampus selain Ivy League yang kemungkinan chance diterimanya lebih besar. Soalnya beasiswa Russelia enggak terbatas pada universitas tertentu. Makanya dulu rencanaku kalau bisa ikut GTC gratis, aku akan memilih Oxford di urutan pertama dan beberapa kampus lainnya di urutan selanjutnya sebagai safety net.

Itulah kenapa aku mengotot sekali untuk bisa ikut olimpiade dan join GTC dengan gratis. Namun aku sudah mengubur opsi itu semenjak aku ditendang dari Olimpiade Sains. Walaupun begitu, Kak Mira terus mendorong dan menyemangatiku supaya tetap untuk mengikuti tes Oxford dan Jardine.

Lazy BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang