Meskipun berkali-kali aku menenangkan diri, tetap saja kedua telapak tanganku berkeringat dingin. Aku tahu ini ulah siapa, tapi apa cukup hanya membela diri? Bahkan aku saja belum sempat melihat wujud isi kertas ujian tersebut.
Davina hanya meneriakiku, "she's cheating, Miss."
Aku kira dia hanya membual. Ternyata saat pengawas datang menghampiriku, dia mendapatkan selembar kertas dari kolong meja. Aku enggak sempat mengecek kolong meja.
Setelah datang ke sekolah, aku sibuk belajar di area dekat kolam renang. Di situ sepi. Kalau enggak salah, aku sempat melihat siluet seorang murid lelaki. Saat melihatku, dia pergi ke area belakang. Entah ke tempat latihan wushu atau ke vihara.
Terus aku masuk ke kelas ketika semua teman-teman sudah hampir 100% duduk rapi di dalam. Bahkan pengawas datang tepat di belakangku. Andai saja aku bisa tahu siapa dia.
"Saya heran, kenapa bisa soal ujian bocor sampai ke murid? Formatnya persis dengan soal yang dibagikan hari ini. Bahkan ada kop Russelia di atasnya. Bukannya setiap PIC memberikan soal ke panitia ujian?" Pak David menaruh lembaran sontekan tersebut ke atas mejanya.
"Saya PIC yang membuat soal Math dan enggak pernah membocorkan soal kepada murid, Pak. Lagipula soal ujian ada di komputer saya di ruang guru. Sepertinya enggak mungkin ada siswa yang berani mengutak-atiknya," terang Mrs. Shelly.
"Apa mungkin Mrs. Shelly memberikan les atau privat kepada Kinan? Bukannya saya menuduh, tapi tahun lalu sempat ada kejadian seperti ini di Elementary. Ada guru yang privat dengan salah satu muridnya dan memberikan latihan soal persis dengan soal Final Test," tanya Pak David lagi.
Wajah Mrs. Shelly merah padam. Namun setelah itu dia berdeham dan berlagak merapikan blouse putih yang dikenakannya.
"Kinan itu salah satu murid saya yang paling pintar, Pak. Dia enggak perlu privat, karena dia sudah bisa mengikuti pelajaran saya dengan baik. Memang dia sempat gagal olimpiade tahun lalu, cuma Kinan pernah bilang ke saya waktu itu ibunya sedang sakit. Jadi konsentrasinya buyar. Tapi bukan menjustifikasi bahwa kemampuannya menurun."
Aku terkesiap ketika mendengar penjelasan Mrs. Shelly. Ya, hanya Mrs. Shelly dan Dayana yang tahu bahwa ketika olimpiade tahun lalu bertepatan dengan Mama masuk rumah sakit. Asma Mama dan asam lambungnya kambuh. Lalu Papa tetap menyuruhku untuk melanjutkan olimpiade.
Jadi selama ini Mrs. Shelly enggak punya pilihan lain, selain menggeser diriku dengan Davina. Mrs. Shelly ternyata meyakini kalau sebenarnya aku bisa memenangkan olimpiade jika aku mencobanya sekali lagi.
"Lalu kenapa kertas soal ujian bisa bocor ke tangan murid?" Pak David mengusap wajahnya dengan gusar. Kumis tipisnya diusap-usapnya sambil terus menghela napas.
"Bisa saya lihat kertasnya, Pak?" pinta Mrs. Shelly.
Selagi Mrs. Shelly meneliti kertas tersebut, aku memberanikan diri untuk mengangkat tangan. "Pak, boleh saya berbicara?"
"Silakan, Kinan."
"Saya hari ini masuk ke kelas telat, karena belajar terlebih dahulu di area kolam renang. Di sana sepi. Terus saya datang ke kelas telat bertepatan dengan Miss. Ratna masuk. Saya enggak sempat mengecek kolong meja. Semua barang punya saya dimasukkan ke loker dan saya hanya membawa tempat pensil ke dalam."
"Tapi memangnya ada bukti kalau kamu enggak menyelipkan sebelumnya?" Aku enggak suka dengan tatapannya pria yang umurnya enggak jauh dari Papa ini. Kalau saja orang tuaku pejabat yang berpengaruh, Pak David ditelepon, selesai urusannya. Sudah menjadi rahasia umum kalau beliau adalah penjilat para wali murid yang "kaya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lazy Boy
Teen FictionKinan merutuki nasibnya gara-gara didepak oleh sekolah dari perwakilan olimpiade sains. Ini semua akibat kesalahan yang dilakukannya di tahun lalu. Ah, Kinan jadi gagal mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri! Padahal kalau dia berhasil membawa p...