Jia terduduk lemas tepat di depan makam ibunya, jia memaksa jaehyun untuk melihatnya meski seharusnya jia masih harus banyak istirhat, tapi jaehyun tidak tega dengan jia yang menangis terus-terusaan."Eomma... maafin jia"
Isaknya"Ini salah jia..."
Jaehyun tak bisa melihat pemandangaan ini, ia benar-benae tidak mau jia berteriak nangis seperti ini.
"Jia sudah, tidak ada yang salah. Ini kecelakaan hm, oppa juga tidak bisa menerima ini, tapi selagi oppa punya jia, oppa terima" ucap jaehyun namun jia tetap menggeleng kepala dia masih terus terduduk memegangi nama ibunya itu.
Maaf appa, eomma, jaehyun enggak bisa buat jia bahagia selalu batin jaehyun
Sudah beberapa menit namun jia masih tetap duduk di sana dan menangis, jaehyun hanya bisa menemani adiknya yang masih berisi keras tidak mau pulang.
Namun tak lama, jaehyun melihat dua mobil berhenti, dan itu adalah somi dan jay.
Jaehyun membiarkan somi yang berlari memeluk jia, mungkin dengan somi atau jay jia akan bisa tenang."Jia, kau sudah baik-baik saja?" Tanya somi
Jia menangis di pelukaan somi, ia masih tak bisa menjawab apapun di pikirannya masih terus memikirkan ibunya.
Somi melepaskan pelukannya dan berkata "berhentilah menangis ya, bibi hyerin akan sedih nanti melihat putrinya nangis ya jia"
"A-aku bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pada eomma, aku t-tidak bisa kehilangannya" ucap jia
"Jia"
Mendengar suara jay, jia langsung berlari kepelukaan jay.
Jay tak mau banyak bertanya pada jia, kali ini ia mau membuat jia lebih tenang, dan mencoba membuat jia merelakaan bahwa ibunya sudah tiada."Sshhh, menangislah sepuas mu. Tapi berjanji setelah puas jangan mengeluarkan airmata lagi" ucap jay membiarkan jia puas memeluknya, dan menangis
....
7.00PM
Di malam hari, setelah jaehyun mengajak somi dan jay makan bersama di rumah mereka. Kini mereka tengah mengobrol bersama.
Namun dari wajah jia terlihat dia masih merasa sangat kehipangaan, meski sudah tak menangis seperti siang tadi."Jika masih merasa tidak enakaan, besok tidak perlu masuk" ucap jay lalu membelai rambut jia
"Tidak apa-apa, aku akan masuk. Aku merasa baik-baik saja, tidak seperti habis kecelakaan" kata jia
Namun di saat jia melamun, dia mengingat akan Jake, selama dia sadar tadi jia sebenarnya membutuhkan jake. Dia ingin memeluknya, namun sepertinya hingga saat ini jia tak melihat jake menjenguknya. Namun dirinya tidak lupa bahwa jake juga heeseung dan sunoo adalah mahluk lain, apalagi kini jia tau bahwa selama ini yang mengincarnya adalah sunghoon yang pasti bisa saja rasa benci muncul pada jia terhadap sunghoon.
"Jia"
"Ya somi?"
"Supir ku telah menjemput, aku pulang duluan ya besok ketemu di sekolah. Ingat jangan memaksaan diri" ucap somi dan memeluk sahabatnya lagi
"Iya tenang aja, hati-hati ya" ucap jia sembari melambaikan tangan
Dan kini jia menatap jay yang sedari tadi terus khawatir akan jia.
"J-jay""Ya?"
"Jake, apa dia sempat menemui ku saat tidak sadar?" Tanya jia membuat jay terdiam
Di dalam hati jay jujur sakit, jia sudah mulai bertanya soal jake, ketakutaan jay mulai terasa dimana dia akan harus merelakaan jia pada takdirnya.
"A-aku tak begitu tau pasti jia" jawab jay
Jia menghela nafas lalu bergumam "padahal aku membutuhkannya"
"Jia, ini waktunya minum obat mu" ucap jaehyun yang baru saja muncul dari dapur
"Ah baik oppa"
"Kalo begitu, jia, dan jaehyun hyung aku pamit pulang ya. Sudah larut malam" ucap jay
Jia mengangguk "hati-hati jay, terimakasih telah menemani ku"
Setelah jay pergi, jia meminum obatnya. Dan kini ia bisa merasakaan hawa rumah yang semakin sepi, hanya di tinggali oleh dua sodara ini.
"Jia, maaf rumah semakin sepi. Oppa harap kau bisa menerimanya walau perlahan, tapi oppa akan berjanji akan selalu ada ya" ucap jaehyun melihat jia yang melihat sisi-sisi rumah
"Tidak masalah oppa, jia akan mencoba menerimanya. Dan jia janji tidak akan merepotkan oppa, jia sudah bisa mengurus diri jia sendiri" kata jia
"Oppa percaya pada mu, kita saling percaya. Sudah istirahatlah jika besok mau sekolah" ucap jaehyun
"Iya"
Setelah mengobrol singkat dengan jaehyun, jia masuk ke kamarnya, namun saat ia merebahkan dirinya ia mengingat mimpi aneh saat dia sadarkan diri.
"Jake, heeseung, perempuan muda, dan Raja yang namanya sama seperti nama appa ku Jung Jihan..." gumam jia
"Ah sial, apa mimpi itu, dan kenapa jake dan heeseung di sana seperti anak kecil, apa mungkin..."
"Ck, sudahlah aku harus tidur" monolognya
....
Di sekolah pagi ini jia banyak mendapatkan ucapan berita duka dari angkatannya, adik kelasnya dan teman-teman yang lain.
Jujur itu malah membuat jia semakin teringat ibunya, dan tanpa sadar dia kembali menyalahkan dirinya sendiri.Sesampainya jia di kelas, hal yang pertama kali ia lihat adalah jake yang berdiri diam menatap jendela kelas.
Kenapa dia seakan asing pada ku, kemana jake yang lalu batin jia
"Jak–"
"Gawat! Semuanya ada berita"
Baru saja jia berniat memanggil jake seseorang murid kelasnya heboh kareja suatu berita"Apa?!"
"Iya ada apa?!"
"Berita apa?"
"Aku mendapatkan kabar kalo, Park Sunghoon yang di kelas kita benar-benar menghilang seperti di telan bumi, bahkan polisi sudah menelusurinya semenjak kamping dia menghilang itu, namun anehnya tidak ada satupun keluarganya yang dapat di hubungi"
Jia terdiam kaku seketika mendengar kata sunghoon membuatnya takut, apalagi melihat kejadian itu.
"Yak! Kenapa ramai pagi-pagi ck, duduk kalian semua" ucap jay dengan tegas yang baru saja masuk kelas mendengar berita sunghoon
Jia beranjak duduk di kursinya, namun tak sengaja ia dan jake saling bertemu tatapan satu sama lain.
Aku harus mengajaknya bicara, tak perduli jika dia vampire batin jia
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side || Jake Sim [Enhypen]
Fiksi PenggemarJung Jia yang memiliki trauma dan ketakutaan sedari umurnya yang masih sangat kecil, yang terus di ganggu, dan diincar semenjak kecil oleh mahluk yang pada zaman kini orang-orang berkata, tidak ada, namun bagaimana jika Jia sendiri selalu merasakann...