30

141 19 0
                                    

Laura sudah berada didalam mobil bersama Naufal, taktik dari Grezy benar ampuh. Laura yang merupakan anak ekskul PMR bisa mendapatkan surat izin sakit, untungnya saat Laura dan teman-temannya mengambil surat sakit sedang tidak ada yang menjaga.

"maaf lama." ucap Laura dengan tangan mengarah kearah seatbelt.

"gapapa sayangkuuu." ucap Naufal dengan mencubit gemas pipi gembul Laura.

"oke, kita mau kemana?" tanya Laura.

"hmm aku mau masak bareng kamu, mau nonton series netflix sama kamu." ucap Naufal, "kita ke apart ya?" tanya Naufal.

"okei, berarti kita beli bahan masakan dulu?" tanya Laura, yang dibalas gelengan oleh Naufal, "aku udah beli." ucap Naufal sambil memberi isyarat agar Laura melihat ke kursi belakang yang penuh dengan bahan masakan yang sudah Naufal beli sebelumnya.

Mereka berdua pun membelah jalanan Jakarta yang tak terlalu padat siang itu.

Sunyi, tak ada yang memulai percakapan. Sekaran keduanya tenggelam dengan fikiran masing-masing. Hanya terdengar suara radio yang sengaja dinyalakan.

Radio tersebut memutar lagu Mahalini yang berjudul Melawan Restu. Kata-kata indah dalam lirik lagu itu seakan menyindir keduanya.

Indah semua cerita
Yang t'lah terlewati dalam satu cinta
Kita yang pernah bermimpi
Jalani semua, hanya ada kita

Namun ternyata pada akhirnya
Tak mungkin bisa kupaksa
Restunya tak berpihak
Pada kita

Mungkinkah aku meminta
Kisah kita selamanya?
Tak terlintas dalam benakku
Bila hariku tanpamu

S'gala cara t'lah kucoba
Pertahankan cinta kita
S'lalu kutitipkan dalam doaku
Tapi ku tak mampu melawan restu.

Naufal meneguk saliva nya karna merasa lirik dari lagu benar-benar menyindir perasaannya saat ini.

Akhirnya, perjalanan mereka sampai. Entah hanya perasaan atau apa, tapi perjalanan menuju apartemen Naufal kali ini terasa sangat lama dari pada biasanya.

Keduanya membawa beberapa totebag berisi bahan makanan yang sudah dibeli Naufal sebelumnya, mereka menuju kamar Naufal yang berada di lantai 15.

Ting... bunyi lift menandakan mereka usah sampai di lantai yang mereka tuju.

Mereka sudah berada didepan kamar nomor 1523, Naufal memencet beberapa nomor yang ia pasang sebagai password apartemennya, sampai saat ini belum ada yang memulai pembicaraan.

"ini aku taro sini ya." ucap Laura, akhirnya Laura bersuara.

"kamu duduk dulu aja, aku beresin dulu." ucap Naufal yang langsung membereskan bahan makanan yang sudah ia beli tadi.

Hening kembali menyelimuti keduanya.

"Fal,"

"Lau,"

Ucap mereka bersamaan.

"kamu dulu." ucap Laura.

"kamu aja, ladies first." jawab Naufal.

Laura berdiri dari sofa, dan berdiri kikuk "aku mau ke kamar mandi." tutur Laura.

"yaampun, kirain ngomong apa." jawab Naufal, "yaudah sana kamar mandi, segala izin." sambungnya.

Lalu Laura langsung masuk kamar mandi dan Naufal kembali sibuk memebereskan belanjaannya.

Clek... Suara pintu kamar mandi yang menandakan Laura sudah selesai menggunakan kamar mandi itu.

"temen-temen kamu pada nginep ya? atau Winda? Soalnya ada dua sikat gigi." ucap Laura.

"oh itu si Winda kemarin nginep, mau liat apart katanya." jawab Naufal bohong. Sebenarnya itu sikat gigi yang Abel kenakan sebelum Abel pergi dan Naufal lupa membuangnya.

"oiya kamu mau ngomong apa?" tanya Laura.

"oh itu hmm apa si namanya," jawab Naufal kikuk, "pilih film yang kamu mau di netflix." sambungnya.

"oh kirain apa, masak dulu aja kita. Aku laper bangettt." keluh Laura, "cacing di perut aku udah pada demo kayanya deh ini." sambungnya.

"aduh gemes banget pacarnya aku." balas Naufal yang tak kuat dengan kelakuan Laura yang menurutnya menggemaskan.

Mereka pun memasak makanan simple, hanya pasta dengan minumanya cola, tentu saja ditemani dengam berbagai camilan seperti ciki maupum coklat.

"okeiii pilih film apa nih kita." ucap Naufal dengan tangan yang memegang remot mencari film netflix yang akan mereka tonton beberapa jam kedepan.

"Naufal," ucap Laura terdengar seperti ada yang ingin disampaikan namun sulit. "aku gak yakin kita bisa bareng terus." sambung Laura.

"ohook," Naufal tersedak oleh pasta yang ia masak tadi, "bentar-bentar." ucapnya mencoba menenangkan dirinya.

"maksudanya gimana?" tanya Naufal.

"Abel." satu kata dari Laura ini membuat hati Naufal terasa melongos, sakit harus menerima kenyataan bahwa Laura seperti sudah mengatahui hal itu.

"waktu aku nyariin kamu habis kamu berantem sama Winda, aku liat Abel didepan lift." pernyataan Abel membuat Naufal bungkam.

"awalnya, aku mikir kalo Abel tinggal disini juga jadi aku gak ambil pusing." ucap Laura.

"tapi, aku denger obrolan kalian di Jogja. Aku maish gak mau ambil pusing dan positif thinking, ditambah lagi pas kepala Abel kebentur jeep, tapi dia malah ngelus perutnya." sambung Laura.

"its doesn't make sense," turut Laura. "sampe dimana aku denger dari Abel sendiri di rooftop tadi. She's pregnant." sambung Laura.

"aku nyesel kenapa aku ikutin kamu pas kamu mau ambil korek, aku jadi denger dan tau itu semua." ujar Laura dengan suara yang terdnegar menahan tangisnya.

"Fal, Abel butuh kamu. Abel sama kamu udah terikat. Kita udah bener-bener gak bisa bareng lagi Naufal." ucapan Laura ini membuat tangisnya pecah, sakit mengetahui fakta bahwa ia dan Naufal harus berpisah demi kebaikan kedepan nanti.

"Laura, maaf. Satu kata itu gak cukup buat ngobatin luka yang aku kasih tapi it was an accident. Aku mabok, aku stress karna Winda bahas tentang pacar papah. Aku gak siap ada yang gantiin mamah, tapi aku malah bikin kesalahan yang harus kehilangan kamu juga, maaf." jelas Naufal dengan penuh penyesalan.

"Fal, kamu gak bisa egois. Papah kamu butuh teman hidup Fal. Kamu bayamgin deh setiap hari dia cuma ke kantor dan pas papah kamu pulang, anak-anaknya sibuk sama kegiatannya." tutur Laura.

"andai kamu tau pacar papah siapa Lau." batin Naufal.

"lucu ya Lau? Bahkan kalau bukan karna Abel kita juga akan berpisah demi kebahagiaan orangtua kita." batin Naufal.

"Fal, selama pacaran kamu selalu treat me like a queen. Aku bahagia sama kamu. Tapi aku gak mau egois, Abel lebih butuh kamu." tutur Laura

"makasih ya Fal udah buat Laura yang awalnya hidup hanya penuh dengan buku dan karna Naufal hadir, hidup Laura lebih berwarna, makasih." sambung Laura dengan dirinya yang langsung memeluk Naufal, pelukannya terasa berat seperti pelukan perpisahan.

Laura tak kuat menahan tangisnya yang sudah ia pendam sejak lama, melihat fakta bahwa mereka harus pisah dengan rasa yang masih ada didalam benak mereka. Rasa sayang yang harusnya menjadi sebuah kebahagiaan harus dikubur dalam karna sebuah kesalahan adalah hal yang paling menyakitkan.

Pelukan diantara keduanya berasa sangat menyakitkan, menyakitkan karna dua insan yang saling menyanyangi harus berpisah karna keadaan semesta yang bahkan tak memihak kepada keduanya. Lantas, mengapa mereka harus dipertemukan bahwa akhirnya mereka dipisahkan? Atau mereka dipertemukan hanya untuk membuat luka? Entah lah, semesta selalu bercanda.



-to be continued-

Between Us [end]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang