Naufal memutuskan untuk bermalam di rumahnya karena apartemennya belum sepenuhnya rapih, masih banyak barang yang belum ia pindahkan.
Naufal memasukan barang-barangnya kedalam kotak satu per satu, sambil bergumam "tuh buku kenapa ada bisa sampe kebawa ya?".
"abang." sapa Winda dengan nada memelas.
Naufal melihat Winda yang berada didepan pintu sedang mentenderkam kepalanya. "ngapain lo?" tanya Naufal.
"jangan ke apart, nanti makin sepi rumah ini." pinta Winda. "gue janji bakalan jadi adek yang nurut, tapi lo jangan pindah ke apart." sambungnya.
"gue ke apart kalo weekend atau ya kalo bokap lo lagi kambuh nyuruh-nyuruh gue aja si." jawab Naufal, "lo juga bisa ke apart gue, nanti gue kasih kartu akses sama password kamar gue." sambungnya.
"oiya," ucao Naufal mengingat sesuatu, "misalnya nih, cowo lo ketauan masih nyimpen barang mantannya gimana? Ini misalkan doang si." sambungnya.
"ya kalo gue ngamuk si," jawab Winda yang dibalas anggukan oleh Naufal. "tapi kayanya kalo kak Laura gak akan ngamuk." sambungnya dengan wajah meledek.
"ko Laura si?" tutur Naufal tak terima, "gue bukan cowo gitu ya." sambungnya membanggakan diri.
"gue gak bilang kalo lo cowo gitu si." jawab Winda singkat yang mampu membuat Naufal bungkam.
"udah ah gue mau ke kamar," pamit Winda. "oiya bang, lo punya cewe sebaik kak Laura awas aja kalo lo sakitin." sambungnya mengamcam Naufal lalu meninggalkan Naufal yang masih sibuk dengan barang pindahannya.
🐰🐰🐰
Tak seperti biasanya, Andri, Naufal dan Winda bisa makan malam dirumah bersama. Mungkin bisa dihitunh dengan jari berapa kali mereka makan bersama dalam satu tahun ini.
"tumben banget pah, bisa makan bareng gini." ucap Winda sambil menyendokan satu suapan ke dalam mulutnya. "lagi free ya?" sambungnya.
"paling ada maunya." jawab Naufal.
"lo bisa gak si gak usah ngancurin suasana?" protes Winda.
"udah lama aja papah gak nyempetin waktu bareng kalian." jawab Andri.
"Naufal udah selesai, mau ke kamar dulu." tutur Naufal sambil meletakan alat makannya.
"duduk gak lo?" ancam Winda, "nikmatin waktu dulu kenapa bang?" keluh Winda melihat sikap Naufal, "lo gak kangen kita bisa kumpul gini?" tanya Winda. Mendengar ucapan Winda, Naufal langsung kembali duduk dan menunggu Winda juga Andri menyelesaikam makannya.
"gimana apartemen kamu Fal?" tanya Andri.
"tinggal pindah-pindahin barang aja." jawabnya singkat.
"pah," ucap Winda dengan nada ragu, Andri hanya membalas dengan ekspresi yang menggambarkan bahwa ia menunggu smabungan ucapan dari Winda. "Winda setuju kalo papah menikah lagi." sambungnya.
Ucapan Winda membuat Naufal sangat terkejut, bukan hanya Naufal tapi Andri tak kalah terkejutnya dari Naufal. "apa-apaansi lo?!" protes Naufal.
"loh kenapa? Gue setuju papah nikah lagi, kalo lo gak setuju ya udah." balas Winda.
"gue cabut dulu." ucap Naufal yang langsung pergi meninggalkan Andri dan Winda berdua di meja makan.
Winda yang sudah tak tahan dengan ke-egois-an Naufal itu langsung menaruh sendok dn garpunya dengan keras lalu menghampiri Naufa, "pah, Winda ke abang dulu ya." pamit Winda.
Winda melangkahkn kakinya menuju tangga demi tangga, hingga dia sampai di kamar Naufal dengan pintu penuh sticker yang memang Naufal kumpulkan sejak kecil.
"lo gak bisa ya kaya gini terus!" protes Winda sambil membuka pintu kamar Naufal secara kasar.
"apaansi lo?" balas Naufal.
"gak usah egois." sindir Winda, "omongan kak Laura kemarin bener-bener ngebuka hati dan pikiran gue banget." sambungnya. "lo bisa bayangin gimana stress nya papah, hidup sendiri dan cuma ngurus bisnis?! Papah bukan robot yang hidup nya cuma buat kerja!" teriak Winda.
"lagian selama mamah hidup, papah selalu nemenin mamah! Papah gak pernah sedikitpun ngebiarin orang lain buat nyentuh mamah!" lanjut Winda dengan nada yang semakin meninggi, "dari mulai nyuapin, bahkan sampe keramasin rambut mamah, itu siapa kalo bukan papah?".
"terus kenapa sekarang papah gak boleh nemuin bahagia-nya lagi?" tanya Winda.
"lo sadar ga kalo lo egois? Jangan karna papah selalu nuntut lo buat lanjutin bisnis, lo jadi mau hidup papah gak sebahagia dulu. Lo liat mata papah? Itu mata lelah, dan dia butuh teman hidup." sambung Winda.
Naufal tertegun tak bisa membalas berkataan Winda, perkataan Winda benar. Tapi, ada perasaan ego yang mengganjal di hatinya.
"percuma gue ngomong sama manusia hati batu kaya lo." tutur Winda yang langsung pergi meninggalkan Naufal dengan membanting pintu kamar Naufal.
Naufal yang emosinya mudah terpancing itu langsung membanting ponselnya kearah lain sambil berteriak, "BAJINGAN LO FAL!".
Naufal mengambil jaket dan kunci mobilnya yang berada di meja belajar yang bahkan tak pernah ia gunakan itu, kemudian Naufal langsung keluar sekedar untuk mencari ketenangan.
🐰🐰🐰
Setelah mengitari Jakarta, Naufal memutuskan untuk kedalam club malam yang dulu ia, Abel dan Baskara datangi. Mereka bertiga merupakan teman dekat di sekolah menegah, mereka selalu bersama namun semua berubah ketika Abel dan Baskara berulah.
Naufal yang belum cukup dewasa itu tetap bisa masuk karna Naufal sudah mengenal pemilik bar disini, jadi ia bisa masuk tanpa tanda pengenal sekalipun.
Tampa ragu, Naufal langsung memesan whiskey yang dicampur dengan sedikit soda agar mendapatkan rasa manis dan aroma yang tak terlalu menyengat.
Satu gelas....
Dua gelas....
Hingga Naufal ingin menenggak gelas ketiga, tangannya terhenti karna ada yang menahannya.
"lo gila? Lo minum beer aja udah mabok, ini udah mau gelas ke tiga lo minum whiskey." ucap Abel menahan tangan Naufal.
"berat banget ya masalah lo?" tanya Abel, "sampe seorang Naufal yang udah berhenti minum malah balik minum lagi." sambungnya.
Naufal tak menanggapi ucapan Abel, Naufal langsung meneguk kembali whiskey tersebut hingga habis.
Kepala Naufal rasanya ingin meledak, ia sudah lama tak mengonsumsi minuman beralkohol lagi, ditambah dengan alunan musik yang besar juga lampu yang berkelap-kelip.
"gue mau balik dulu." ucap Naufal dengan kesadaran yang sudah tak stabil, "jangan gila. Lo mabok gini." jawab Abel.
"gue mm-au balik." keluh Naufal dengan mata yang sudah tak kuat terbuka, namun ia tetap mencoba.
"ck! Kenapa si dari dulu lo selalu repotin gue atau Baskara setiap mabok?" protes Abel, "mana kunci lo? Biar gue tang nyetir." sambungnya.
Naufal tak menggubris ucapan Abel, namun Abel yang merogoh kantung celana Naufal dapat menemukan kunci mobil tersebut. Tanpa fikir panjang, Abel langsung membantu Naufal berjalan karna tubuh Naufal sudah tak memiliki kestabilan.
Dengan mudah Abel menemukan mobil Mercy hitam milik Naufal yang terparkir rapih, Abel langsung memposisikan Naufal di tempat duduk penumpang dan Abel yang menyetir.
Abel yang bersiap ingin melaju, malah melihat kunci akses apartemen tang berada di dasbor mobil Naufal, Abel menyungkingkan senyum liciknya dan menjalankan mobil menuju apartemen tersebut.
-to be continued-
1 kata buat Abel coba?
![](https://img.wattpad.com/cover/274678815-288-k424473.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us [end]✔️
Storie d'amoreLaura, perempuan yang berhasil membuat Naufal menjauh dari dunia malamnya yang kelam. Namun kisah mereka tak semulus kelihatannya. Ada masalah keluarga mereka yang membuat hubungan mereka menjadi renggang. Apa Naufal dan Laura bisa tetap bersama ata...