~ Dipersalahkan Ratri ~

60 3 0
                                    

Sebelum jam tujuh pagi, aku sudah sampai di lokasi. Di lokasi masih sepi, belum ada satu orang pemain pun yang datang. Prastowo juga belum terlihat batang hidungnya, aku menikmati pagi itu dengan menikmati sarapan, dan membaca skenario.

Di saat sepi, Pimpinan produksi datang menghampiri aku, dia menasehati aku agar jangan memberikan reaksi apa pun, jika artis papan atas (sebut saja namanya Ratri), datang mengajak ribut. Aku tanya sama pimpro, masalahnya apa?

"Emang masalahnya apa mas? Kenapa dia mau ajak aku ribut?" Tanyaku pagi itu

"Ratri di tegur sama produser, mungkin saja dia menduga kamu mengadu sama produser." Jawab pimpro

"Padahal, kemarin aku malah bela dia mas, aku bilang sudah selesai masalahnya."

"Selesai produksi ini, dia akan di skorsing untuk beberapa produksi berikutnya." Ujar Pimpro

"Ya aku juga dengar itu dari produser, karena dianggap apa yang dilakukan Ratri adalah pelanggaran yang serius."

Saat aku ngobrol dengan pimpro, Prastowo datang menyapaku, aku senang sekali pagi-pagi sudah di panggilnya cinta,

"Selamat pagi cinta ... selamat pagi mas Agus," sapa Prastowo, " lagi bahas soal apa nih?" Tanya Prastowo

"Pagi mas, biasalah mas membahas soal gossip pagi." Jawabku

"Oh ya? Ada gossip apa pagi-pagi gini? seperti infotainment aja pakai gossip pagi?" Canda Prastowo dengan tanya yang menyelidik

"Nanti aja mas dengar sendiri, aku akan selesaikan masalah ini, biar gak berlarut-larut." Aku menjelaskan pada Prastowo

Sambil menunggu yang lain datang, aku dan Prastowo latihan dialog peran yang akan kami perankan. Aku melihat pagi itu Prastowo sangat bahagia, aku yakin tidurnya tadi malam sangat pulas, karena pagi ini dia terlihat sangat fresh.

Di sela-sela latihan dialog itu, kadang-kadang Prastowo terus menatap wajahku dengan sangat dalam, aku jadi salah tingkah. Untung aja mas Agus Pimpro sudah tidak berada di antara kami berdua.

"Mas ... tatapannya kok kayak gitu sih? Aku jadi deg-degan, biasa aja kali mas.."

"Kenapa? Kamu gak suka ya aku mengagumi wajah kamu?" Tanya Prastowo

"Aku suka sih, tapi jantungku yang berdebar mas, karena tatapan kamu menusuk sampai ke jantungku tauk."

"Berarti gak salah dong aku tatap kamu seperti itu, karena tujuannya memang begitu." Jawab Prastowo

Di saat aku sedang ketawa-ketiwi dengan Prastowo, Ratri datang, dan menghardik aku,

"Hei!! Perempuan jalang!! Kamu ngomong apa sama pak Lim? Kok aku sampai di skorsing?" Hardik Ratri pagi itu

"Aku justeru bilang kalau masalahnya sudah selesai, kalau gak percaya dengar rekaman ini." Jawabku, sambil aku putar ulang percakapanku dengan pak Lim.

rekaman dialog antara produser dan Gadis

"Okey ... itu modal yang bagus untuk kamu lebih maju, kemarin saya dengar kamu digampar pemain ya?" (Suara pak Lim)

"Ya pak ... hanya insiden kecil pak, ujian buat saya." (Suara Gadis)

"Insiden kecil kata kamu? Itu pelanggaran serius lo, dan itu tidak diperbolehkan terjadi saat shooting berlangsung." (Suara pak Lim)

"Saya sudah memaafkan pak, saya tidak ingin persoalan itu diperpanjang." (Suara Gadis)

"Bagi saya itu masalah besar Gadis, dan pemain itu akan saya skors untuk beberapa produksi kedepan." (Suara pak Lim). Hasil rekaman tersebut selesai.

Untungnya aku sempat merekam pembicaraan dengan pak Lim, sehingga bukti itu menjadi otentik, dan tidak bisa dibantah oleh Ratri

"Kamu dengar sendirikan? Apa yang aku katakan pada pak Lim? Kamu juga tahu kan apa yang dikatakan pak Lim?" Ucapku

"Itu rekaman asli gak? Jangan-jangan kamu sengaja rekayasa!!" Sergah Ratri

"Kalau kamu gak percaya, ayo kita ketemu pak Lim, untuk membuktikan apa yang aku katakan itu semuanya benar." Aku tantang dia.

Prastowo menengahi pembicaraan kami, dia berusaha untuk sebijak mungkin,


"Kalau saran aku, sebaiknya persoalan ini gak usah diperpanjang, kita saling akur aja di lokasi." Ujar Prastowo

"Tapi masalahnya, aku kena skorsing!! kamu tahu gak?" Suara Ratri meninggi

"Ya kalau gitu, kalian berdua ketemu aja sama pak Lim, jadi bisa tahu seperti apa kebenarannya." Saran Prastowo

Ratri yang merasa dirinya bersalah, akhirnya meninggalkan aku dan Prastowo, aku sih gak peduli dia mau marah atau bertindak apa pun, yang penting aku sudah membuktikan kebenaran ucapanku.

Begitu Ratri pergi, Prastowo menanyakan sama aku, soal rekaman pembicaraan aku sama pak Lim,


"Kok kamu kepikiran untuk merekam sih? Kamu kayak spionase aja?" Tanya Prastowo

"Itu spontanitas mas, aku kepikiran untuk membuat buktinya." Jawabku

"Tapi itu bagus Dis, dan tindakan itu secara hukum tidak bisa disalahkan." Ucap Prastowo. "dan orang seperti Ratri memang harus digitukan." Lanjut Prastowo

"Mas, aku memang harus lakukan itu, aku tahu sedang berurusan sama orang seperti apa." Jawabku

"Tindakan kamu itu sangat prepentif, dan itu penting sekali kamu lakukan, itu tindakan cerdas Dis." Puji Prastowo

Aku mengambi inisiatif untuk menyiapkan sarapan Prastowo, dan dia sama sekali tidak tahu kalau aku lakukan itu. Begitu aku datang membawa sarapan paginya, dia kaget;

"Lho? Kok kamu siapin sarapan aku? Kamu sendiri sudah sarapan belum?" Tanya Prastowo

"Gak usah kaget gitu kali mas ... biasa aja kali, aku kan teman baik kamu, aku sudah duluan sarapan soalnya."

"Terima kasih ya Dis, kamu itu suka bikin kejutan rupanya." Ucap Prastowo sambil melahap sarapan pagi.

"Aku berusaha untuk perhatian sama kamu mas, karena kamu juga sudah lakukan itu sama aku."

Pagi itu, hatiku rasanya senang banget, karena Prastowo sangat menghargai jerih payah aku. Sarapan yang aku berikan, dilahapnya sampai habis, dan dia merasa bahagia aku perhatikan.

Aku sampai lupa untuk bersikap biasa-biasa saja sama Prastowo, seperti yang aku pesankan sama dia, karena aku merasa sangat bahagia pagi itu. Prastowo sampai mengingatkan soal itu.

"Katanya kemarin gak boleh memperlihatkan kemesraan.." Canda Prastowo

"Aku sampai lupa mas, karena saking bahagianya, maaf ya mas ... aku gak bisa jaga ucapanku." Bisik aku pada Prastowo

"Lupakan aja Dis, aku juga senang kok kita bisa seperti sekarang ini. Gak usah terlalu peduli dengan anggapan orang lain." Ucapnya

Apa yang dikatakan Prastowo ada benarnya, hidup ini kalau kita terlalu memusingkan ucapan orang lain terhadap diri kita, kita jadi hidup hanya berdasarkan kepentingan orang lain, jadi tidak tahu apa yang harus kita lakukan sendiri.

Betapa capeknya hidup hanya karena terlalu memperdulikan ucapan orang terhadap diri kita sendiri, sehingga kita sampai tidak bisa menentukan apa yang terbaik bagi diri kita sendiri, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, karena takut disalahkan orang lain.

Hidup ini kita yang menjalankan, dan kita sendiri yang memastikan apa yang harus dilakukan, bukanlah orang lain. Baik buruknya yang kita lakukan, hanya kita yang akan menanggungnya, baik di dunia maupun di akhirat.

Bersambung..


Gadis Bukan Perawan [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang