~ Salah Duga pada Prastowo ~

62 6 0
                                    

Aku salah menduga kalau Prastowo laki-laki yang tidak punya hasrat, dan gairah bercinta, ternyata performa Prastowo di luar perkiraan aku. Justeru dia sangat bergairah, dia seperti kendaraan yang lambat panasnya, tapi begitu panas tenaganya luar biasa.

Aku baru terbangun menjelang malam, saat aku terbangun Prastowo tidak ada disampingku. Aku mencari Prastowo, ternyata dia sedang berendam di dalam bathtub, matanya terpejam. Aku menghampirinya secara diam-diam, tiba-tiba dia terbangun, dan menarik aku masuk ke dalam bathtub.

Kimono yang aku kenakan basah semua, aku dan Prastowo kembali memadu cinta di dalam bathtub. Tidak ada puas-puasnya dia, padahal sebelum kami tertidur, kami sudah melakukannya berulang kali. Prastowo lelaki yang memang sesuai dengan impianku.

"Lama kelamaan aku bisa gak pulang nih mas.." aku ngedumel, sementara Prastowo tetap cuek

"Dis, aku cuma gak mau kamu bilang gak bergairah, dan aku sudah membuktikannya." Ucap Prastowo

"Kamu udah dapat callingan buat besok? Biasanya jam segini callingan sudah masukkan?" Aku tanya Prastowo

"Udah, besok aku callingan jam 7 pagi, kamu belum terima?" Prastowo balik beratnya

"Belum tuh, kamu mungkin di calling khusus sama 'daddy' kamu." Canda Prastowo

"Enak aja ... ada apa ya mas? Jangan-jangan aku sudah gak di calling lagi?"

"Kamu jangan berprasangka negatif gitu, kali aja kamu di calling untuk judul baru Dis."

Aku Keluar dari bathtub, menuju ke shower, aku mandi di bawah shower untuk bersih-bersih badanku. Aku benar-benar gak habis pikir, Prastowo seakan-akan gak ada capeknya.

Saat aku selesai mandi, Prastowo masih berendam dalam bathtub,

"Kamu gak bersih-bersih badan mas? Aku mau pulang dulu ya?" Tanyaku

"Ntar aku antar kamu pulang Dis, tunggu aku mandi dulu ya." Ujarnya sambil keluar dari bathtub.

Aku keluar dari kamar mandi untuk berpakaian. Aku terus terbayang-bayang apa yang sudah kami lakukan, seakan-akan tidak lagi ada batas antara aku dan Prastowo, meskipun hubungan kami masih tanpa status.

Aku berhias sejenak dengan make up yang natural, saat aku berhias, Prastowo keluar dari kamar mandi,

"Kamu buru-buru amat Dis, emang mau kemana sih?" Tanya Prastowo sambil mengeringkan rambut dengan handuk.

"Buru-buru gimana mas? Udah berapa jam aku disini mas, kalau balapan, udah berapa putaran nih?" Aku candain Prastowo

"Iya Dis, kamu benar aku yang lupa." Jawab Prastowo

Aku masih bertanya-tanya dalam hati, kok aku belum terima callingan, padahal hari sudah malam. Biasanya jam-jam segini aku sudah terima callingan.

"Kamu sudah siap Dis? Kalau sudah siap, yuk kita jalan?" Ajak Prastowo

"Udah mas..yuk deh," aku pun siap bergerak keluar dari apartemen Prastowo.

Saat menuju lift, Prastowo memeluk pinggangku, dia berusaha untuk tetap bersikap hangat, dan aku sangat bahagia rasanya.

"Kalau begini, kita sudah seperti orang pacaran belum Dis? Tanya Prastowo sambil menatap aku

"Emang kita belum pacaran ya mas? Padahal kita sudah lebih dari sekadar pacaran ya?" Aku balik bertanya

"Kamu masih belum butuh status juga Dis? Padahal apa yang kita lakukan, sudah lebih dari sebuah status itu."

Sampai kami masuk lift, Prastowo tidak melepaskan pelukannya.

"Kita jalanin aja dulu mas, kalau kamu sudah yakin aku adalah kekasih kamu, baru kita lanjutkan lebih serius gimana mas?" Tanyaku

"Kalau aku sih yes, kamu gimana?" Dia bertanya balik

"Aku juga yes sih.." Jawabku

Keluar lift, kami menuju ke mobil Prastowo yang di parkir tidak jauh dari situ. Seperti biasanya, Prastowo membukakan pintu buatku, dan menutupnya kembali, setelah dia yakin aku sudah mengenakan safety belt.

Prastowo masuk dan siap di belakang kemudi, dan mobil Prastowo langsung meluncur kearah tempat kost ku. Di perjalanan, Prastowo kembali mengatakan kalau kami sudah menjadi sepasang kekasih, meskipun belum di ikrarkan.

"Aku senang mas mendengar pengakuan itu, itu artinya aku harus bisa menjaga hubungan kita." Ucapku

"Yang terpenting, kita harus saling percaya Dis, tidak saling curiga. Aku akan tuntaskan urusan kamu sama mister Yo." Janji Prastowo

"Aku juga ingin terbebas dari cengkraman dia mas, tidak selalu dihantui ketakutan. Dia itu suka muncul tiba-tiba, baik di tempat kost, atau pun dilokasi shooting." Aku jelaskan seperti itu pada Prastowo

"Waduuh!! itu harus segera di cegah Dis, gak bisa dia seenaknya terhadap kamu."

Aku senang sekali mendengar pernyataan Prastowo, aku sekarang merasa ada yang melindungi, sehingga sangat merasa aman dan nyaman.

"Ya seperti itulah mister Yo terhadap aku, segitu aku sudah tidak mau menerima bantuannya, coba kalau aku masih di bantu dia, mungkin dia bisa seenak hatinya terhadap aku mas." Jelasku pada Prastowo

Prastowo sangat geram terhadap mister Yo, dia ingin segera ketemu sama mister Yo, hanya saja aku bilang, jangan sampai mengganggu shooting.

"Aku sih bisa aja atur anak-anak di kantor untuk menemui dia Dis, kalau sudah berperkara, baru aku yang hadapi."

Prastowo tidak main-main ingin selesaikan masalah aku sama mister Yo, dia sungguh-sungguh ingin berhadapan dengan mister Yo. Aku sih senang aja, tapi aku juga ada rasa kuatir, takutnya mister Yo menggunakan seluruh kekuatannya.

Aku juga percaya kalau Prastowo punya cara tersendiri menghdapi mister Yo, dan aku juga yakin dia akan atur strategi secara hukum, untuk menghadapi mister Yo.

"Kamu duduk manis aja Dis, aku akan atur supaya kamu tetap aman, tidak berhadapan sama dia." Ujar Prastowo

"Aku percaya sama kamu mas, aku akan support kamu, aku sekarang sudah tidak takut lagi dengan ancamannya."

"Sekarang kamu sudah punya penasehat hukum Dis, cukup penasehat hukum kamu yang menghadapinya." Ujar Prastowo sambil mengerlingkan matanya.

Prastowo benar-benar menjadi pangeran yang ada dalam impianku, dia ingin menyelamatkan aku dari masalah, yang selama ini sangat membelengguku.

Aku merasa bersyukur pada Tuhan, karena telah dipertemukan dengan laki-laki yang sangat baik hati. Sehingga aku merasa aman dan nyaman berada disisinya. Aku berharap pada Tuhan, agar Prastowo adalah lelaki yang terakhir dalam hidupku.

Sampai di tempat kost aku, Prastowo tidak ikut turun, dia mau kerumah Papanya. Dia harus bicara sama Papanya soal mister Yo,


"Aku gak mampir ya Dis, aku harus kerumah Papa, mau tanya soal mister Yo," ujar Prastowo saat membukakan pintu buat aku

"Ya mas gak apa-apa, hati-hati di jalan mas."

Prastowo mencium keningku sebelum dia jalan, itu kebiasaan yang selalu dia lakukan terhadap aku, dan kebiasaannya itu yang selalu aku ingat, dan membuat aku selalu ingat pada Prastowo. Prastowo adalah pengeran yang ada dalam mimpiku selama ini.

Bersambung..


Gadis Bukan Perawan [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang