~ Diancam Mister Yo ~

46 4 4
                                    

Aku goyah mendengar gossip tentang Prastowo dan Ratri, meskipun aku tahu semua peristiwa yang di gossipkan Dora itu. Perhatian dan kebaikan pak Lim, menggodaku, dan menggoyahkan kepercayaanku pada Prastowo. 

Aku mulai bingung, tapi aku butuh Prastowo, yang ingin membebaskan aku dari jeratan mister Yo. Aku berada di persimpangan jalan keraguan, ada keinginan aku untuk memastikan semua gossip itu pada Prastowo. 

Sepanjang perjalanan arah pulang, semua keraguan itu berkecamuk di dalam benakku, aku kembali mengingat-ingat apa saja yang sudah di lakukan Prastowo terhadapku, rasanya semua adalah sikap tulus yang tidak mendua. 

"Oh Tuhan .. apakah aku harus luluh pada semua tawaran kemewahan? Yang akan memasukkanku dalam perangkap kesesatan dunia?" Itulah pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di dalam pikiranku. 

Sangat mudah bisa aku dapatkan semua itu, aku tinggal menyerahkan seluruh jiwa ragaku pada pak Lim, aku menjadi Sugar Baby pak Lim. Tapi semua itu bukanlah tujuan hidupku, aku ingin mengubah hidupku lebih baik. Aku tidak ingin menjadi perempuan 'jalang' yang semata mengejar dunia. 

Ponsel di tanganku yang aku 'silent' belum sempat aku ganti nada deringnya, tiba-tiba bergetar. Di layar ponsel tertera nama Prastowo, aku segera mengangkatnya, 

"Hallo mas ... aku baru pulang dari kantor." Aku jelaskan pada Prastowo 

"Gimana hasilnya Dis? Di kasih peran apa sama pak Lim?" Tanya Prastowo 

Aku mengatur posisi dudukku di mobil, agar lebih nyaman, "Aku di kasih peran antagonis mas, kata pak Lim biar cepat populer." 

"Wah!! bagus itu Dis, jadi pelakor ya?" Canda Prastowo 

"Ya mas, kan lagi trending kehidupan pelakor sekarang ini." Aku berkelakar pada Prastowo 

Sebelum dia jawab, aku langsung cerita soal gossip dia dengan Ratri, 

"Kamu juga populer di kantor mas ... jadi gossip di kantor." 

Prastowo hampir tidak percaya apa yang aku katakan,
"Yang benar Dis? Populer dalam hal apa nih?" Prastowo mulai penasaran 

"Kamu di gossipin 'cinlok' sama Ratri mas, sering nge-date di mobil Ratri." 

"Terus kamu percaya Dis? Kan kamu ada saat aku di ajak ke mobil oleh Ratri?" 

"Aku sih gak percaya, aku bilang sama orang-orang di kantor, kalau aku tahu kejadian itu." Aku jelaskan begitu pada Prastowo 

"Ntar pulang shooting, aku ke tempat kost kamu deh, gak enak bahas soal itu di telepon." Ujar Prastowo 

Dia memutuskan sambungan telepon, aku lega sudah cerita sama Prastowo soal itu. Apa yang mengganjal di hati aku, sudah aku lepaskan. 

Supir jemputan aku ikut nimbrung bicara soal gossip Prastowo dan Ratri, "Di lokasi sempat heboh tuh mbak kemarin, jadi omongan para driver jemputan." Ujar supir jemputan 

"Masak sih mas? Emang ada ada yang lihat apa yang di lakukan mereka berdua?" Aku tanya untuk memastikan 

"Wah, kurang tahu mbak kalau soal itu, yang jelas sih jadi omongan." 

Aku gak mau memperpanjang pertanyaan, dan aku tidak ingin mengorek gossip itu lebih dalam. Semakin aku banyak tahu, semakin aku ragu pada Prastowo nantinya. 

Sampai di tempat kost, aku kembali dibayangi iming-iming pak Lim. Saat aku semakin tidak yakin dengan kesetiaan Prastowo, aku semakin merasakan kedekatan pak Lim sama aku. 

Aku harus mendengar penjelasan Prastowo, aku harus menguatkan hati untuk tetap percaya pada Prastowo. Aku harus yakin, bahwa Prastowo adalah pangeran yang aku impikan selama ini, yang bisa membawaku untuk mengubah keadaan. 

Begitu mobil sudah sampai di tempat Kost, aku langsung masuk setelah mengucapkan terima kasih, pada supir jemputanku. Di kamar, aku memanfaatkan waktu untuk membaca tuntas skenario yang sudah aku terima. Bukan cuma itu, aku juga sudah tanda tangan kontrak, dan itu artinya aku harus profesional. 

Membaca karakter peran itu bagi aku, untuk mengenal jiwa yang akan aku perankan, dan itu sangat penting. Aku larut dalam jiwa yang aku perankan, aku sadis dan bengis, tidak peduli dengan hidup orang lain. 

Saking asyik membaca skenario aku tertidur, dan baru terbangun saat ada ketukan di pintu kamarku. Aku turun dari tempat tidur, dan segera membuka pintu, 

"Hai Dis ... maaf saya kalau saya menggangu." Di hadapanku berdiri sosok mister Yo 

"Ada apa mister Yo?" Aku tanya dia. "Saya tidak bisa menerima tamu di dalam." Aku menolak mister Yo yang mau masuk 

"Ya gak apa-apa, ngobrol di luar juga tidak masalah." Ujarnya 

Aku ajak mister Yo ke taman yang ada di depan kamarku, kami ngobrol di situ, aku kuatir kalau Prastowo tiba-tiba datang, dan aku yakin kalau Prastowo akan sangat marah sama mister Yo. 

Seperti biasanya, pembicaraan mister Yo masih seputar ingin mengajakku jalan, aku menolaknya. Aku katakan padanya kalau aku sudah punya kekasih. Mendengar aku punya kekasih, mister Yo mengeluarkan ancaman, 

"Perjanjian kamu sama saya masih berlaku Dis!! kalau kamu langgar, saya tidak segan-segan habisi kamu!!" Ancam mister Yo 

"Sampai kapan perjanjian itu baru selesai? Apa saya tidak bisa hidup layaknya manusia pada umumnya?" 

"Selama kamu terikat perjanjian itu, hidup kamu di bawah kekuasaan saya Dis!!" Ucap mister Yo, dan dia ngeloyor pergi begitu saja meninggalkan aku. 

Aku sudah tidak takut dengan ancaman mister Yo, karena aku sudah punya Prastowo. Aku bersyukur mister Yo pergi begitu saja, aku tidak peduli dia mau marah atau pun kecewa.

Aku kembali masuk ke kamar, saat itu hari sudah mulai menjelang maghrib. Baru saja aku menutup pintu, dan menguncinya, pintu kembali di ketuk dari luar, aku sudah berpikir kalau mister Yo balik lagi karena penasaran. 

Aku buka pintu dengan perasaan yang sangat kesal,
"Ada apa lagi sih?" Aku menyergah 

Ternyata yang berdiri di hadapanku bukanlah mister Yo, tapi Prastowo, "Maaf mas .. aku kira mister Yo balik lagi, tadi dia kesini." Ucapku

"Mau apa dia? Mengancam kamu lagi?" Tanya Prastowo
Aku ajak Prastowo mask ke kamar. 

"Yuk!! kita obrolin di dalam aja mas." Aku ajak Prastowo ngobrol dia ruang tamu. 

"Tadi saat aku tidur, mister Yo datang, tapi aku gak ajak masuk. Kami ngobrol dia taman depan." 

"Dia datang itu mau apa?" Prastowo mengulangi pertanyaannya 

"Seperti biasanya, dia mau mengajak aku jalan, tapi aku tolak. Saat aku bilang aku sudah punya kekasih, eh dia marah dan mengancam aku." Aku cerita pada Prastowo 

Wajah Prastowo terlihat sangat dongkol, "apa ancamannya terhadap kamu?" Tanya Prastowo. "Lain kali kalau bicara sama dia, kamu record semua pembicaraan." Saran Prastowo 

"Dia ingin habisi aku kalau aku melanggar perjanjian." Jawabku 

Aku baru melihat wajah Prastowo saat marah, wajahnya seketika memerah, "Dis, aku harus segera perkarakan mister Yo, kalau gak, kamu akan terus terancam. Orang seperti itu tidak bisa terus dibiarkan!!" Intonasi suara Prastowo meninggi 

"Jadi aku sebagai korban perkosaan, akan ikut terlibat dong dalam perkara itu?" Tanyaku

"Ya kamu kan saksi korban, harus terlibat, kalau gak gimana bisa memperkarakan dia." Jawab Prastowo 

Aku jadi mikir, kalau banyak orang tahu aku pernah di perkosa, bagaimana aku bisa menutupi aib itu. Sementara untuk memperkarakan mister Yo, aku harus mau mengakuinya, dan menjadi saksi di pengadilan.

Bersambung.. 

Gadis Bukan Perawan [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang