~ Ending ~

201 6 1
                                    

Dua hari setelah Prastowo membatalkan rencana pernikahan kami, tiba-tiba dia muncul kerumah. Prastowo mengajak aku untuk ketemu Papa dan Mamanya, aku rasanya hampir tidak percaya dengan semua itu.

Aku dan Prastowo ngobrol di teras depan, aku tidak peduli kalau pun Tristan melihat kedatangan Prastowo di rumahku.
Yang membuat aku hampir tidak percaya lagi, Prastowo mengatakan kalau pembatalan rencana nikah itu hanya upaya dia untuk melihat reaksi aku,

"Kamu itu wanita yang luar biasa Dis, kamu sangat berjiwa besar, tidak memperlihatkan kekecewaan kamu pada aku." ujar Prastowo

"Kenapa mas bilang begitu?" tanyaku, "Aku sih cuma memberikan reaksi yang sewajarnya, karena aku pikir memang sudah begitu jalannya." penjelasan aku pada Prastowo

"Justeru reaksi kamu seperti itu yang membuat kamu aku anggap luar biasa Dis, dan tadi pagi Papa dan Mama minta aku ajak kamu ke rumah." ujar Prastowo

"Kamu serius mas? Kapan kita kerumah orang tua kamu?" Aku sangat senang rasanya, karena kali ini Prastowo tidak main-main

"Aku di suruh jemput kamu sekarang Dis, Papa dan Mama menunggu kamu di rumah sekarang." Jawab Prastowo

Aku ajak Prastowo ketemu sama ibu, dan menceritakan apa yang disampaikan Prastowo,

"Bu, ini mas Pras datang!!" Aku memanggil ibu. Ibu keluar dari dapur dan menyapa Prastowo,

"Apa kabar nak Pras, ada apa nih tumben kesini lagi?" tanya ibu

"Alhamdulillah baik bu, Pras mau ajak Gadis ketemu sama Papa dan Mama, makanya Pras jemput Gadis." jawab Prastowo

"Ibu kasihan sama Gadis, sudah dua hari ini dia terus murung." jelas ibu

"In Sha Allah, mulai hari ini Gadis tidak akan murung lagi bu, Pras di suruh Papa dan Mama jemput Gadis." terang Prastowo

Setelah mendapatkan penjelasan panjang lebar dari Prastowo, akhirnya ibu memberikan izin. Ibu berpesan pada Prastowo jangan sampai menyakiti aku lagi, dan Prastowo berjanji sama ibu, bahwa dia akan mencintai dan menyayangi aku untuk selamanya.

Aku dan Prastowo pamit sama ibu, mohon doa dari ibu, agar semua urusan kami di lancarkan. Ibu mendoakan kami agar selamat di jalan, dan di lancarkan urusan saat ketemu Papa dan Mama Prastowo.

Selama dalam perjalanan, Prastowo tanya aku, "Gimana perasaan kamu Dis hari ini? Sama gak dengan saat aku ajak kamu ketemu Papa dan Mama waktu itu?"

"Perasaan aku biasa aja sih mas, beda sih kalau di bandingkan waktu itu, aku sangat deg-degan." jawabku

"Kali ini, Papa dan Mama sudah menyadari kesalahannya, mereka sudah menyerahkan sepenuhnya sama aku." ujar Prastowo

"Syukurlah mas, semoga Tuhan benar-benar menjodohkan kita berdua. Aku masih sangat yakin kalau kamu adalah lelaki yang pantas aku cintai mas."

"Kamu tidak pernah ragu sedikit pun sama aku Dis? Atau kamu pernah ingin pindah kelain hati?" tanya Prastowo

"Tidak sedikit pun mas, bahkan saat tetangga baru aku, mau ajak aku jalan aku tolak." jawabku

Prastowo memuji sikap aku sebagai seorang wanita, yang tidak main-main dengan cintanya. Pujian itu aku tanggapi biasa saja, karena sudah sering dia memuji aku seperti itu.

Di dalam mobil, dia terus ajak aku bercanda, aku senang melihat dia begitu sangat gembira. Aku tidak salah sangat teguh mencintai Prastowo, karena dia sendiri juga tidak bisa berpaling dari aku.

Sampai di rumah orang tua Prastowo, aku langsung di ajak masuk. Begitu Prastowo mengucapkan Assalamu'alaikum, Papa dan Mama Prastowo langsung keluar menyambut aku dan Prastowo,

"Wah.. si cantik sudah datang, Mama senang sekali kamu mau datang sayang.." Ucap Mama Prastowo menyambut aku, dan memeluk aku sangat erat, "Maafin Papa dan Mama ya Dis." Aku tidak bisa menahan keharuan

"Terima kasih Ma, mau menerima Gadis, ini di luar dugaan Gadis Ma." ucap aku

Setelah itu aku mencium tangan Papa Prastowo, beliau juga sambutannya sangat ramah,

"Maafin Papa ya Dis.." ucapnya sambil mengusap-usap kepala aku

Kami ngobrol di ruang tamu, Papa Prastowo mengungkapkan penyesalannya, begitu juga dengan Mamanya,

"Papa dan Mama kurang memahami perasaan kalian, dan masih egois dengan keinginan kami sendiri, sehingga Prastowo harus menderita." ujar Papa Prastowo

"Ya Dis, kami tidak memikirkan kebahagiaan kalian, untungnya Prastowo anak yang patuh sama orang tua." ucap Mama Prastowo

"Meskipun saya tidak jadi menikah sama mas Prastowo, saya tidak pernah mengalihkan cinta saya pada pria lain bu, dan saya tidak sakit hati sama mas Pras."

"Syukurlah, ternyata kesabaran kamu berbuah manis Gadis, Tuhan takdirkan kalian berdua memang berjodoh."

Setelah pertemuan itu, Papa dan Mama Prastowo berjanji akan menemui bapak dan ibu, untuk melamar aku. Tanggal kedatangan mereka ke rumah juga sudah di tentukan, sehingga ibu terpaksa menemui bapak, untuk kasih tahu kalau keluarga Prastowo akan datang.

Bapak bersedia datang, dan akan memenuhi janjinya sesuai dengan waktu yang sudah di tentukan keluarga Prastowo. Aku dan ibu, juga Prastowo sibuk mendandani rumah, sebelum kedatangan keluarga Prastowo.

Tristan melihat kesibukan aku dan Prastowo, dia tidak berani menghampiri aku ke rumah, karena ada Prastowo. Pada saat keluarga Prastowo datang melamar, Tristan baru tahu, kalau aku jadi akan menikah dengan Prastowo. Aku sudah tidak terlalu peduli dengan Tristan.

Keluarga Prastowo melihat keluarga aku yang lengkap, Bapak dan ibu juga menyambut kedatangan mereka dengan baik, penampilan Bapak dan ibu juga sebandinglah dengan penampilan Papa dan Mama Prastowo, sehingga tidak ada lagi jarak diantara keluarga kami.

Lingkungan tempat tinggalku juga tidaklah memalukan, cukup berada di lingkungan perumahan Elite. Dalam acara lamaran itu, sekalian menentukan kapan pelaksanaan akad nikah dan peresmian akan di lakukan.

Satu bulan setelah acara lamaran, aku dan Prastowo resmi menikah, acara pernikahannya di lakukan di sebuah Ballroom Hotel Bintang Lima, di wilayah sekitar Jalan Jenderal Sudirman, dan di hadiri mulai dai kalangan pejabat, Pengusaha dan artis terkenal.

Aku dan Prastowo adalah pasangan yang sangat bahagia hari itu, meskipun menjadi Raja dan Ratu sehari, tapi kami sangat bahagia. Acara pesta peresmiannya sangat meriah, aku dan Prastowo mendapatkan banyak ucapan dari para Undangan.

Ini semua di luar dugaanku, tidak sia-sia aku mempertahankan cintaku pada Prastowo. Ternyata dia memanglah jodoh untukku, itulah yang membuat aku yakin untuk terus mencintai dia, agar Tuhan benar-benar mempersatukan aku dengan Prastowo.

Aku sangat bahagia, begitu juga dengan bapak dan ibu, terlebih Prastowo, dia sangat senang karena keinginannya mendapat restu kedua orang tuanya. Kehadiran keluarga besar Prastowo pun tidak membuat bapak dan ibu minder, karena bapak sendiri juga penampilannya tidak kalah sama mereka.

Aku sangat bersyukur, karena Tuhan sudah memenuhi semua doa-doaku selama ini, aku di pertemukan dengan bapak, dan aku dipersatukan dengan Prastowo.
Tristan juga hadir dalam peresmian pernikahan aku dan Prastowo, dia juga mendoakan agar pernikahan kami langgeng. Dia tidak menyangka kalau aku akhirnya jadi menikah dengan Prastowo.

TAMAT

Gadis Bukan Perawan [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang