~ Kenalan Baru Gadis ~

22 2 0
                                    

Saat mentari baru menampakkan sinarnya, aku berlari-lari kecil di halaman rumah. Aku tidak menyadari jika ada sepasang mata yang sedang memandangku, dari arah rumah yang berhadapan dengan rumahku. Aku memang belum terlalu mengenal lingkungan perumahannya, karena baru kali ini aku menginap di rumah ibu.

Aku gak tahu sama sekali kalau lelaki itu sudah dari tadi mengamati aku, aku baru sadar ketika dia sudah ada di luar pagar rumah dan menyapaku,

"Hai.. selamat pagi, maaf .. kamu baru ya tinggal disini?" tanya lelaki itu

Aku tidak langsung menyahut sapaannya, aku pasati dia dari jauh, baru aku menghampirinya,

"Maaf, mas siapa ya? Saya baru disini, jadi belum banyak kenal dengan orang di sekitar sini." jawabku

Dia mengulurkan tangannya dari sela-sela pagar, "Namaku Tristan, nama kamu siapa?" tanya Tristan

"Aku biasa di panggil Gadis, nama panjangku Gadis Indah Purnama." Aku menyambut uluran tangannya

Aku menatap Tristan dengan pasat, ternyata dia cukup ganteng, proporsi tubuhnya juga cukup ideal. Di tengah lamunanku memandang Tristan, tiba-tiba dia bilang,

"Boleh aku masuk? Gak enak rasanya dilihat tetangga ngobrol dari luar pagar, boleh gak?" tanya Tristan

"Eehh iya boleh.." aku segera membuka pintu pagar yang tidak terkunci.

Aku ajak Tristan ngobrol di teras depan, aku tawari minum dia gak mau.

"Aku dari tadi memperhatikan kamu dari teras itu." ujarnya sambil menunjuk teras lantai atas rumahnya, yang persis di depan rumahku

"Oo ya? Kamu tinggal di depan? Oawala..., kenapa kamu sampai memperhatikan aku?" tanyaku

"Karena kamu seperti mahluk asing di lingkungan sini, penampilan kamu sangat menarik, makanya aku sampai ingin kenalan sama kamu." jawab Tristan

"Perasaan aku sih biasa-biasa aja, tidak Ada yang istimewa di diri aku."

"Itukan menurut kamu, menurut aku sih ya istimewa.." ujar Tristan

Aku mencoba menyelidiki statusnya, aku mau tahu dia masih lajang atau sudah beristeri,

"Kamu tinggal sama siapa? Masih lajang atau sudah beristeri?" tanyaku lagi

"Kalau aku sudah punya isteri, gak mungkin aku nekad masuk halaman rumah kamu." jawab Tristan

Aku kok tiba-tiba senang dengar pengakuannya, aku merasa nyaman ngobrol sama dia, karena tidak ada yang mencemburui.

"Ini rumah ibu kamu ya? Kok kamu baru kelihatan di sini?"

Akhirnya aku bilang sama Tristan, kalau aku selama ini tinggal di kosan, baru beberapa hari yang lalu pindah kesini. Tristan cerita kalau dia tinggal sama adiknya di rumah itu, dan dia belum berkeluarga.

Ternyata dia berprofesi sebagai wiraswasta, baru merintis perusahaan Startup. Dan dia belum lama tinggal di perumahan tersebut.

Yang aku heran kok dia bisa merasa langsung akrab gitu, dan tidak canggung sedikit pun saat ngobrol.

"Eh..Dis, ngomong ngomong kamu sudah punya cowok belum? Atau kamu sudah punya suami?" tanya Tristan

"Aku kelihatan sudah punya suami ya?" tanyaku, "aku belum berkeluarga, dan tidak punya pacar, tapi aku punya calon suami." Aku bilang gitu sama Tristan

Tristan seperti bingung mendengar penjelasan aku, sebelum melanjutkan ucapannya, dia seakan-akan berpikir,

"Maaf.. aku kurang mudeng dengan jawaban kamu Dis, gak punya pacar, tapi punya calon suami, maksudnya gimana tuh?"

"Maksudnya, aku tidak berstatus pacaran lagi, tapi sudah siap untuk menikah."

"Wah!! telat ya aku ketemu kamu, beruntung sekali calon suami kamu."

"Kamu kan baru kenal sama aku hari ini Tris? Gimana kamu bisa tahu siapa aku?" tanyaku lagi

Dia meremas-remas tangannya sendiri, aku gak tahu kenapa, apakah dia gugup, atau dia menyesali baru kenal aku. Dia terus menatap wajahku,

"Dis, aku kalau melihat wanita dengan feeling, dan aku percaya dengan felling aku." jawabnya

Aku bilang sama Tristan, bahwa feelingnya salah, aku bukanlah seperti wanita yang dia bayangkan. Dia kembali memasati wajahku, dan dia seperti mengingat-ingat sesuatu,

"Kamu artis sinetron ya Dis? Kok sekilas aku pernah lihat wajah kamu di TV?"

"Bukan artis sih, cuma pemain sinetron aja, kalau aku artis, sudah terkenal dong."

Tristan tanya siapa laki-laki yang jadi calon suami aku, dan tanya apa profesinya. Aku jawab apa adanya saja, aku sebut nama Prastowo, dan aku ceritakan apa profesinya. Aku juga ceritakan kalau kami sudah lama pacaran, hanya saja aku sempat di tinggal nikah sama Prastowo.

"Lho? Kalau dia sudah menikah, kok dia bisa jadi calon suami kamu?" tanya Tristan

"Belum satu bulan menikah, dia di gugat isterinya, dan dia menikah karena dijodohkan orang tuanya." jawabku

Sedang asyik ngobrol, ibu keluar cari aku, ibu kaget lihat ada lelaki ngobrol sama aku,

"Ini siapa Dis? Teman kamu?" tanya ibu

"Ini Tristan bu, tetangga depan rumah kita." Aku perkenalkan ibu sama Tristan, dan Tristan langsung cium tangan ibu,

"Saya Tristan bu, saya tinggal di depan dan baru satu minggu tinggal disini."

"Wah maaf ya, ibu sampai gak kenal sama tetangga, habis ibu gak pernah keluar rumah." ujar ibu

Akhirnya ibu pamit masuk ke dalam, karena ibu gak mau nimbrung ngobrol sama aku dan Tristan. Dia tanya sama aku, kapan rencana nikahnya? Aku bilang sama dia masih lama, karena Prastowo belum lama bercerai dengan isterinya.

Gak lama setelah itu, Tristan pamit, karena dia harus berangkat kerja. Dia minta nomor telepon aku, dan minta izin kalau dia ingin telepon aku suatu saat. Aku memberikan nomor telepon, dan dia juga coba telepon aku, agar aku bisa simpan nomor teleponnya.

Setelah Tristan pulang, aku pun siap-siap untuk mandi, karena sebentar lagi mobil jemputanku datang. Baru saja aku mau masuk ke kamar, ibu ajak aku bicara,

"Kok kamu bisa kenal dengan anak itu Dis? Dia yang memperkenalkan diri?" tanya ibu

"Iya bu, dia yang memperkenalkan diri, saat aku lagi olah raga di halaman depan. Aku gak tahu kalau dia sudah memperhatikan aku dari rumahnya." jawabku

"Masih bujangan atau sudah punya isteri?"

"Masih bujangan bu, anaknya sih baik kelihatannya, dan ramah."

"Dia tahu kamu sudah punya calon suami? Kamu cerita gak sama dia?" tanya ibu

"Aku cerita apa adanya bu, dia menyayangkan baru ketemu sama aku."

Ibu nasehati aku, agar jangan cerita sama Prastowo, bahwa kamu punya kenalan baru. Ibu takut kalau Prastowo jadi terus mencemburui aku. Aku bilang sama ibu, kalau Prastowo bukanlah tipe lelaki pencemburu.

"Kamu gak usah terlalu percaya kalau lelaki bilang dia tidak pencemburu, karena tetap saja semua lelaki itu ada rasa cemburu terhadap pacara atau isterinya." ujar ibu

"Emang semua lelaki begitu bu? Bukannya ada lelaki yang gak mudah cemburu?"

"Kalau lelaki mencintai kamu, pastilah dia punya perasaan cemburu, emang dia malaikat?"

Aku terima nasehat ibu tersebut, memang aku gak terlalu tahu apakah Prastowo itu pencemburu atau tidak. Hanya saja mungkin dia tidak memperlihatkan perasaan cemburunya sama aku.

Bersambung

Gadis Bukan Perawan [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang