~ Mister Yo Seperti Hantu ~

394 10 0
                                    

Bagi aku mister Yo itu seperti 'hantu' yang terus menghantuiku. Sulit aku melupakan tragedi yang menyakitkan itu. Sesuatu yang sangat aku banggakan sebagai seorang wanita, yang merupakan kehormatanku dia renggut begitu saja, hanya karena hasratnya yang tak tersalurkan pada isterinya.

Kenapa mister Yo aku bilang seperti hantu? Dia tiba-tiba bisa muncul di mana saja, di tempat aku berada. Sepertinya dia terus memata-matai kehidupanku, dengan menempatkan seseorang untuk terus mengikuti aku.

Pernah suatu pagi dia datang ke tempat kost ku, padahal pagi itu aku baru saja tidur. Aku pulang shooting di saat hari menjelang pagi. Aku kaget dengan kedatangannya, aku tidak tahu kalau dia yang menggedor pintu kamar kost ku saat itu, aku pikir yang punya kost yang menggedor kamarku, begitu aku buka pintu, mister Yo berdiri dihadapanku.

"Ada apa mister Yo pagi-pagi kesini? Tahu dari mana tempat kost ku?" Tanyaku saat itu

"Saya rindu sama kamu Dis ... " katanya. "Boleh saya masuk?" Tanya mister Yo

Aku tidak ingin dia masuk ke kamarku, meskipun di kamarku ada sofa dan ruang tamunya

"Kita ngobrol di taman situ aja mister Yo." Ucapku, sambil mengajaknya kearah taman yang ada di depan kamar kost Ku

"Kenapa gak di kamar aja Dis?" Tanya mister Yo. "Tidak diperbolehkan menerima tamu lelaki di kamar." Jawabku

Padahal aku sering mengajak teman lelakiku untuk menginap di kamar kost ku, karena tempat kost itu memang termasuk bebas. Mister Yo masih penasaran dengan aku, dan selalu berusaha membangun keintiman dengan aku, namun aku tidak tertarik sama sekali berintim-intim dengannya.

"Dis ... saya merasa kehilangan kamu, berilah saya waktu dan kesempatan Dis." Pintanya saat itu

"Kehilangan kenapa? Kan saya bukan siapa-siapa mister Yo? Saya adalah orang yang menjadi korban kebuasan mister Yo, terus mau apa lagi?" Dengan ketus aku katakan semua itu

"Kamu kan pernah jadi sekretaris saya Dis, dan cukup lama, wajar dong saya merasa kehilangan kamu." Ucapnya

"Udahlah mister Yo, lupakan saja semua itu ... saya orang yang menjadi korban mister Yo aja bisa melupakan kok!!" Ucapanku mulai meninggi

"Dis ... kalau saya pemilik perusahaan itu, saya sudah tinggalkan isteri saya Dis, demi memperisteri kamu." Ujarnya mulai memelas

"Tapi kenyataannya memang tidak begitu mister Yo, terima saja kenyataan itu ... saya ini baru tidur, saya baru pulang pagi, bisa gak kasih waktu saya istirahat!!?" Tempo suaraku semakin meninggi

"Dis ... mobil yang saya kasih kemarin, ambil saja buat kamu, supaya kamu bisa gunakan buat shooting." Tawar mister Yo

"Maaf mister, saya tidak mau ada ikatan apa pun dengan mister Yo, saya tidak ada masalah dengan kendaraan, saya diantar dan dijemput oleh crew shooting." Jawabku

Aku tidak terlalu percaya dengan laki-laki yang menawarkan kebaikan, apa lagi laki-laki tersebut sudah merusak masa depanku, sudah merenggut satu-satunya harta yang paling berharga dalam hidupku.

Berbagai tawaran di berikan mister Yo saat itu, semua aku tolak, karena aku sangat faham kalau itu semua bagian dari akal bulusnya. Dia hanya ingin menciptakan peluang agar ada alasan untuk selalu dekat denganku.

"Yaudah Dis ... saya pamit dulu ya, kalau ada kebutuhan yang mendesak, telepon aja saya Dis." Ucapnya

"Ya mister, saya sudah ngantuk berat nih." Aku jawab sekadarnya saja, karena aku benar sudah ngantuk berat.

Mister Yo akhirnya meninggalkan tempat kost ku, aku tidak peduli, dia mau kecewa atau pun tidak dengan sikapku. Bagi aku saat itu cuma bagaimana cepat-cepat mengusirnya pergi.

Begitu aku masuk ke kamar, aku tidak bisa menahan kesedihanku, apa lagi ketika aku mengingat peristiwa pagi yang na'as saat itu, hatiku terasa tercabik-cabik. Mister Yo itu betul-betul seperti hantu yang menakutkan. Aku merasa dia adalah laki-laki psikopat, yang terobsesi dengan perempuan lain, selain dari isterinya.

Aku sudah kehilangan kehormatan, juga kehilangan Rasta, laki-laki yang pernah sangat mencintai ku, dan ingin memperisteriku. Inilah yang membuat hatiku tambah pilu, tapi semua itu juga yang membuatku ingin bangkit dari segala keterpurukan.

Rasta adalah laki-laki yang pernah sangat memuji kehebatan dan ketegaranku dalam menjalani kerasnya hidup. Dia selalu setia mendampingi aku di saat shooting, dia sangat tahu kalau dunia entertainment itu sangat rentan bagi perempuan seperti aku, itulah yang membuat dia merasa perlu untuk selalu mengawal aku.

Dalam tidur, aku sering di pertemukan dengan Rasta, yang masih sangat berharap bisa memperisterikan aku. Tapi itu semua hanya dalam mimpi, bukan lagi di dunia nyata. Kedatangan Mister Yo pagi ini, benar-benar sudah mengganggu tidurku, aku semakin sulit memejamkan mata.

Kemarin aku mendapatkan lawan main yang cukup simpatik, dia seorang laki-laki yang sangat tampan, yang berprofesi sebagai lawyer, masih sangat muda. Namanya Prastowo Bramasto, masih lajang, juga sangat sempurna secara fisik.

Kemarin adalah shooting hari pertamaku dengan Prastowo, sayangnya dia sangat cuek, dan terkesan sangat angkuh. Tapi aku tidak melihat soal keangkuhannya, bagi aku laki-laki angkuh itu biasanya dikarenakan sikapnya, dia punya prinsip.

Memang sepintas sikapnya terhadapku hanya sebatas sebagai lawan main, kami sebagai pasangan muda, dari sebuah keluarga yang baru saja menikah. Secara chemistry, peranan kami berdua banyak yang memuji, tapi aku menganggap itu hanya dalam lakon yang kami perankan, tidak lebih dari itu.

Membayangkan Prastowo, aku Kadang jadi membayangkan sosok Rasta yang cool, Prastowo juga sangat cool, sehingga terkesan sangat cuek tidak penuh perhatian. Berbeda dengan Rasta yang sangat perhatian.

Aku berharap, callingan nanti sore masih di pertemukan dengan Prastowo, aku ingin menikmati lakon perananku dengan dia secara maksimal. Bahkan aku akan berusaha berakting untuk merebut perhatian dia.

"Oh indahnya ... seandainya dalam lakon itu ada adegan yang menunjukkan percintaan aku dengan Prastowo." Seperti itulah imajinasiku saat mengenang kebersamaanku dengan Prastowo saat akting

Aku sangat percaya kalau Tuhan sudah menyiapkan jodoh yang lebih baik bagi aku, Rasta adalah laki-laki yang baik, tapi rupanya Tuhan belum memberikannya untuk menjadi suami aku. Tuhan sangat tahu siapa yang pantas menjadi jodohku.

Dengan mengenang saat-saat Indah di lokasi shooting, membuat mataku mulai mengantuk, dan berbeda dengan saat aku mengenang peristiwa getir yang pernah aku alami. Aku tidak ingin kenangan peristiwa na'as itu terus menghantuiku.

Aku membayangkan kebersamaanku dengan Prastowo di lokasi shooting, saat dia lupa dialog ketika dalam adegan itu aku memegang tangannya, dia begitu gugup dan lupa dengan dialog yang harus dia ucapkan. Sehingga adegan tersebut harus di ulang berkali-kali.

Aku mengingatkan dia tentang apa yang harus dia ucapkan, dan dia sangat berterima kasih. Tapi sayangnya, setelah 'take' selesai sikapnya biasa-biasa saja, itulah yang membuat aku semakin penasaran ingin mendekati Prastowo.

Bersambung

..


Gadis Bukan Perawan [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang