~ Lamaran Prastowo ~

26 4 0
                                    

"Kejutan yang ingin aku katakan pada kamu, bukanlah soal kompensasi yang kamu terima, atau juga kebebasan yang kembali kamu dapatkan." Ujar Prastowo 

"Emang ada kejutan apa lagi mas? Kamu mau bikin aku jantungan ya mas?" Aku benar-benar penasaran dengan apa yang dikatakan Prastowo 

Prastowo berdiri dari duduknya, dia mengeluarkan sebuah kotak perhiasan dari saku celananya, dia menghampiri aku, dan mengajak aku berdiri. Prastowo membuka kotak perhiasan, dan mengeluarkan isinya, sebuah cincin yang berhiaskan berlian, 

"Dis ... maukah kamu menikah dengan aku?" Tanya Prastowo, tangannya mengangkat jari tangan aku, dia memasang Cincin itu di jari manisku, tanpa menunggu aku menjawab pertanyaannya. 

Aku menatap Prastowo seakan tak percaya apa yang di katakannya, "Kamu serius mas? Apakah ini cuma mimpi mas?" Aku bertanya pada Prastowo 

"Coba saja kamu cubit pipi kamu, sakit gak?" Prastowo balik bertanya, "Kalau sakit artinya bukan mimpi Dis." Ucapnya 

Aku langsung mendekati Prastowo, dan memeluknya, "Aku mau mas menikah dengan kamu ... apa pun syaratnya, aku akan patuhi mas." Aku sangat terharu, aku seakan-akan sudah menemukan apa yang selama ini aku idam-idamkan. 

Aku siap meninggalkan karirku, kalau pun Prastowo ingin Aku hanya menjadi ibu rumah tangga. 

"Kamu tetaplah seperti sekarang ini Dis, pernikahan kita tidak akan mengubah karir kamu." Ujar Prastowo, aku semakin terharu di buatnya, Prastowo benar-benar mencintai aku. 

Saat aku masih dalam pelukan Prastowo, tiba-tiba aku mendengar suara musik akustik, ternyata ada tiga orang pemusik akustik menyanyikan lagu, I'm Falling in Love With You, yang di populerkan Elvis Presley Prastowo mengajak aku untuk berdansa mengikuti irama lagu tersebut. 

Aku hanyut dan larut dalam alunan lagu itu, kami berdansa dengan penuh hikmad, dan aku sangat menikmatinya. Ternyata Prastowo sangat romantis.
Prastowo berbisik di telingaku, "Dis ... kamu gak usah kuatir, kita tidak harus buru-buru menikah, nikmatilah dulu kebebasan kamu." Bisik Prastowo 

"Aku sudah tidak butuh kebebasan mas, kalau aku sudah jadi isteri kamu, aku harus bersyukur dengan statusku sebagai seorang isteri." Aku balas ucapan Prastowo juga dengan sedikit berbisik. 

Setelah musik selesai, Prastowo mengantar aku untuk duduk. Setelah itu dia pun duduk di kursinya di hadapanku. 

"Kita akan menikah setelah urusan kamu sama mister Yo selesai Dis, aku tidak ingin ada yang mengganjal dalam kehidupan kita nantinya." Ucap Prastowo 

"Aku terserah kamu saja mas, sebagai pihak perempuan, aku hanya menunggu keputusan kamu." 

Malam itu rasanya sangat Indah, aku diperlakukan Prastowo dengan sangat spesial, dia mengemukakan apa alasan dia ingin menikahi aku segera, 

"Kamu tahu gak kenapa aku melamar kamu malam ini? Aku Ingin apa yang kita lakukan adalah halal, aku tidak ingin kita terus melakukan hal yang dilarang agama Dis." Ucap Prastowo 

Ucapan Prastowo itu menyadarkan aku, aku tidak menyadari kalau selama ini sudah mengikuti hawa nafsuku. Prastowo ingin memperlakukan aku selayaknya sebagai seorang isteri, bukanlah sekadar pemuas nafsunya. 

Setelah selesai acara makan malam, Prastowo mengantar aku pulang. Dalam perjalanan dia mengingatkan aku, agar jangan cerita sama siapa pun tentang dia sudah melamarku. 

"Soal lamaran aku tadi, cukup kita berdua yang tahu ya, aku gak mau nanti banyak orang yang tahu tentang ini." Pesan Prastowo 

Aku bilang sama Prastowo, kalau aku sendiri tidak ingin orang lain tahu tentang hal itu. Cukuplah itu menjadi rahasia kami berdua. Aku pun tidak ingin orang-orang dilingkungan kerja kami tahu tentang hal itu. 

Setelah sampai di tempat kost aku, Prastowo tidak lagi mampir, seperti biasanya dia mencium kening aku, setelah itu pamit pulang. Aku sangat memahami semua itu, Prastowo ingin menjaga hubungan kami, agar kami tidak kebablasan. 

Aku masuk kamar, dan rebahan di tempat tidur, pikiranku menerawang jauh. Aku mengingat semua peristiwa perkenalanku dengan Prastowo, 

Flashback
"Sayang ... apa yang sedang kita bangun saat ini, adalah sebuah mahligai kebahagiaan, tidak akan ada yang bisa menghalanginya" 

Kata-kata itu diucapkan Prastowo dengan penuh perasaan, sehingga aku jadi terbawa perasaan, seakan-akan apa yang dikatakan nya itu bukanlah dalam sinetron, tapi di dunia nyata. Sehingga adegan yang kami perankan itu membuat aku melambung tinggi. 

Selepas adegan itu kami lakukan, aku bertanya pada Prastowo, 

"Mas ... kamu tadi sepertinya menghayati banget dialognya? Apa benar dugaan aku?" 

"Ya Dis, aku terbawa perasaan banget, apa lagi saat aku memeluk kamu. Aku baru terasa chemistry kita terbangun dalam adegan tadi." Ujarnya dengan perasaan senang 

"Biasanya kalau kita merasakan hal seperti itu, penonton pun ikut menghayati adegannya mas." Ucap ku 

"Oh ya? Semoga ya, aku juga ingin tahu reaksi penonton." 

"Kita akan tahu setelah itu tayang nanti mas, siap-siap aja kamu akan di serbu penggemar," celotehku 

"Masak sih? Aku ini apa atuh, kok sampai diserbu penggemar?" 

"Yah ... lakon kita dalam sinetron ini kadang seperti hidup kita sehari-hari mas, aku mengalaminya kok." 

"Serius kamu Dis? Apa yang kamu alami?" Tanya Prastowo lagi 

"Pernah di satu judul, aku bermain sangat total, karena peranan itu menyentuh kehidupan nyata aku. Setelah tayang, aku didatangi penggemar di lokasi." Ceritaku 

Itulah kenangan pertama aku mengenal Prastowo, setelah pertemuan itu kami menjadi sangat dekat. Prastowo yang aku anggap sombong pada awalnya, ternyata penuh perhatian, dan mau membantu mengatasi masalah yang aku hadapi. 

Aku tidak menyangka sama sekali, kalau kejutan yang akan di berikan padaku, ungkapan hatinya ingin menikahi aku. Aku benar-benar surprise dengan permintaannya itu, sehingga aku tidak bisa menutupi perasaan senang aku saat itu. 

Saat aku sedang melamunkan malam yang Indahku bersama Prastowo, tiba-tiba pak Lim telepon aku, pikiranku mulai berkecamuk, aku tidak berharapa kalau pak Lim mengajak aku ketemu, 

"Selamat malam Dad.." 

"Kamu lagi apa Dis? Daddy ganggu gak?" 

"Gak sih Dad, kebetulan saya juga baru pulang shooting." 

Mungkin pak Lim tahu kalau aku pulang sudah lama, 
"Lho? Bukannya shooting udah selesai dari tadi?" 

"Iya sih Dad, tapi saya mampir ke mall dulu, biasalah belanja kebutuhan wanita." 

"Besok kan kamubreak, ada waktu gak ketemu sama Daddy?" 

Aku tidak langsung jawab pertanyaan pak Lim, aku bingung mau jawab apa. 

"Jam berapa Dad? Dimana ketemuannya?" 

"Besok Daddy kabari ya, kamu mau istirahat kan, yaudah besok Daddy telepon lagi." 

Mampus deh, aku tidak tahu gimana mencari alasan pada Prastowo, karena besok Prastowo ingin ajak aku jalan-jalan, kebetulan dia juga break shooting. Inilah yang aku takutkan, Prastowo sudah serius ingin meminang aku, godaan dari pak Lim pun datang. 

Aku tidak tahu ada apa pak Lim mengajak ketemu, kalau pun aku ceritakan pada Prastowo, dia pasti izinkan aku, karena dia selalu berpikir positif pada pak Lim, sementara aku, yang masih trauma dengan peristiwa kelam itu, sangat susah untuk menghilangkan prasangka negatif.

Bersambung.. 

Gadis Bukan Perawan [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang