~ Bercinta dengan Prastowo ~

130 7 0
                                    

"Besok aku ceritakan sama kami Dis, udah dulu ya, aku mau kerumah orang tuaku." Prastowo menutup teleponnya

Setelah puas curhat via telepon sama aku, Prastowo menutup teleponnya. Aku tidak bisa mencampuri urusan rumah tangga Prastowo, yang aku tahu, ujian seperti itu akan membuat dia lebih kuat nantinya.

Sepanjang malam aku berpikir tentang sebuah quote, "Laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik, dan perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik."

Tapi kenapa pada kenyataannya tidak seluruhnya benar? Kenapa Prastowo mengalami hal yang tidak sesuai keinginannya?" Itulah pertanyaan yang ada di dalam hatiku.

Aku membayangkan betapa tidak beruntungnya Prastowo, entah apa rencana Tuhan di balik semua itu. Bagi aku Prastowo tidak pantas menerima keadaan seperti itu, tapi pastinya Tuhan akan berikan yang terbaik bagi Prastowo.

Pagi-pagi sekali ada yang ketuk pintu kamarku, aku masih sangat ngantuk, sepanjang malam aku sulit untuk memejamkan mata. Aku beranjak dari tempat tidur dengan baju tidur yang tipis transparan, tapi karena aku takut yang datang mister Yo, aku tutup tubuhku dengan handuk.

Perlahan-lahan aku buka pintu kamarku, ternyata bukan mister Yo, tapi Prastowo,
"Ada apa mas? Tumben Kamu pagi-pagi kesini?" Tanyaku

Prastowo tidak langsung jawab pertanyaanku, dia tarik aku untuk masuk ke kamar, dan menutup pintu kamarku. Kami ngobrol di ruang tamu, Prastowo menatap dandananku yang aneh,

"Kok dandanan Kamu aneh gitu Dis? Udah pakai baju tidur, terus pakai handuk pula?" Tanya Prastowo

Aku mendekat duduk di sebelah Prastowo, "Aku pikir tadi yang datang mister Yo mas, makanya aku lapis baju aku dengan handuk."

"Mister Yo gak akan ganggu kamu lagi Dis, gak usah di pikiran." Ujar Prastowo

Aku membuka handuk yang melilit tubuhku, sehingga tinggal baju tidurku yang membalut tubuhku. Prastowo menatapku dengan tersenyum,

"Kalau saja kamu yang jadi isteriku Dis, aku tidak akan menderita seperti ini, aku seperti sampah yang di cuekin isteriku lebih dari seminggu Dis." Ucap Prastowo

"Terus kalau aku yang jadi isterimu, kamu apain aku mas?" Tanyaku sambil bercanda

"Aku habisin kami Dis selama tujuh hari tujuh malam, gimana aku bisa tahan kalau lihat dandanan kamu seperti ini." Dia memandang tubuhku bagaikan singa lapar yang menatap mangsanya

"Aku jadi takut mas, aku tutup pakai handuk lagi ya?" Tanganku bergerak mengambil handuk

Prastowo menepis tanganku, "Jangan Dis! biarkan seperti ini, aku cuma ingin memandang tubuh Indah kamu Dis, tidak lebih dari itu." Tahan Prastowo

Aku menjadi sangat risih oleh tatapan mata Prastowo, aku bisa membayangkan seperti apa dia menahan hasratnya, sejak malam pertama setelah pernikahan, dia sama sekali belum menyentuh isterinya, padahal itu adalah hal yang halal untuk dia lakukan.

"Kamu ada apa mas pagi-pagi kesini? Dari tadi kamu belum jawab pertanyaan aku?" Aku mengulangi pertanyaan ku

"Aku mau cerita tentang hasil pertemuan aku dengan orang tuaku Dis." Ujarnya

"Ya ceritakanlah mas, kalau hal itu memang bisa membuat kamu tenang." Ucapku sambil menggenggam tangannya

Ada guratan sedih di wajahnya, matanya terlihat mulai basah, dia menatap wajahku,
"Kamu percaya gak Dis? Kalau aku mengalami hal yang buruk sekarang ini?" Tanyanya

Aku rengkuh kepalanya ke arah pangkuanku, aku tahu apa yang dia butuhkan saat hatinya begitu sedih,

"Tumpahkanlah mas semuanya, biar hati kamu lega." Ucapku sambil mengusap-usap kepalanya

Dia menumpahkan airmatanya di pangkuanku, "Kamu tahu gak apa jawaban orang tuaku? Saat aku ceritakan apa yang aku lihat?" Tanya Prastowo dengan terus bersedih

"Apa mas jawaban mereka? Apakah mereka membela kamu?" Aku balik bertanya

"Mereka hanya suruh aku bersabar Dis, mereka tidak anggap itu persoalan serius." Jawab Prastowo

Aku hampir tidak percaya dengan apa yang di ceritakan Prastowo, kok ada orang tua seperti itu, yang menganggap persoalan penyimpangan perilaku seorang isteri, sebagai sebuah persoalan yang biasa-biasa saja, padahal anaknya menjadi korban dari perilaku tersebut.

Aku tanya sama Prastowo, apa langkah dia selanjutnya, dan seperti apa dia akan menyelesaikan masalah rumah tangganya? Prastowo tidak bisa kasih jawaban, dia tidak tahu harus melakukan apa lagi, setelah dia melihat tidak ada tanggapan dari kedua orang tuanya.

Prastowo bangun dari pangkuanku, dia menghapus airmatanya, dan duduk tenang di sampingku,

"Kamu punya saran Dis? Tentang apa yang harus aku lakukan?" Tanya Prastowo sambil menatap mataku

Lama aku berpikir untuk memberikan solusi apa pada Prastowo, aku cuma bilang sama dia, "Mas, mungkin kamu memang harus bersabar, kita tidak tahu apa rencana Tuhan di balik semua ini."

"Tapi sampai kapan Dis Aku harus bersabar?" Tanya Prastowo

"Ya sampai ketentuan Tuhan datang mas, karena sabar yang di inginkan Tuhan itu batasnya sampai ketentuannya datang." Jawabku

Aku menambahkan saran pada Prastowo, "Kamu tidak perlu membuka aib isteri kamu pada orang lain mas, biarkanlah Tuhan yang akan kasih dia pelajaran."

"Inilah yang aku suka sama kamu Dis, kamu membuatku lebih tenang, tidak ikut memanaskan aku." Ujar Prastowo

"Gini mas, kalau kamu malah membuka aib isteri kamu, maka aib kamu pun akhirnya akan terbuka, biarlah itu menjadi wewenang Tuhan mas."

Prastowo memeluk tubuhku, dia membisikkan sesuatu di telingaku,
"Dis, kamu mau temani aku tidur pagi ini?" Tanya Prastowo

Hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. Prastowo berdiri, dan dia menggendong tubuhku ke kamar, dan meletakkan tubuhku di atas tempat tidur.
Aku membisikkan ketelinga Prastowo yang berbaring di sebelahku, "Aku sikat gigi dulu ya mas?" Prastowo pun membalasnya dengan anggukan kepala.

Aku pergi ke kamar mandi untuk sikat Gigi, dan membersihkan bagian-bagian intim tubuhku, aku tidak ingin kalau sampai Prastowo tidak nyaman. Aku juga menyemprotkan parfum di beberapa bagian tubuhku, setelah semuanya selesai, aku beranjak ke tempat tidur.

Aku duduk di tepi tempat tidur, "Parfum kamu itu khas banget ya Dis, dan sangat menggoda aromanya." Ujar Prastowo

Dia menarik tubuhku ke dalam pelukannya, aku merasakan kalau dia sudah tidak bisa lagi menahan hasrat, yang sekian lama ingin dia tumpahkan. Prastowo begitu liar menjelajah wilayah sensitifku, dan aku berusaha untuk mengimbanginya.

Prastowo begitu bersemangat pagi itu, dia tidak memberikan kesempatan padaku, untuk melakukan hal yang sama terhadap dirinya. Aku malah berpikir, jangan-jangan Prastowo sedang membayangkan bercinta dengan isterinya, bukan dengan aku.

Prastowo yang biasanya lebih romantis, kali ini dia begitu liar, dan tidak terkendalikan. Kalau di ibaratkan seorang pembalap, dia sudan mencapai garis finish sebelum waktunya, sementara aku masih belum apa-apa.

Prastowo terkulai lemas di sisiku, aku bahagia melihat dia bisa menikmati keintiman bersama kami, meskipun dia lebih dahulu melakukan pelepasan, dan aku tidak terlalu menikmati hubungan tersebut, namun bagiku, bisa membuatnya bahagia saja aku ikut bahagia.

Bersambung

Gadis Bukan Perawan [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang