~ Tentang Masa Lalu ~

61 4 0
                                    

Pertahananku jebol juga akhirnya, Prastowo sangat pandai mengorek keterangan dari aku, sehingga aku tak kuasa untuk bertahan tidak untuk cerita pada Prastowo.

Di luar hujan masih sangat lebat, kilat dan petir saling menyambar, aku dan Prastowo ngobrol di ruang tamu kamar kost ku,

"Aku akan temani kamu sampai pagi Dis, aku bukan mau menagih janji kamu, ibarat seorang pengacara aku butuh keterangan dari kamu." Ucap Prastowo

Kami duduk berdampingan di sofa panjang kamar kost ku, meskipun aku tidak terlalu rapat dengannya, aku merasakan hawa hangat dari tubuhnya, meskipun cuaca saat itu cukup dingin.

Aku menatap Prastowo yang ada di sampingku, "Aku harus cerita apa mas? Keterangan apa yang kamu butuhkan?" Tanyaku sambil meraih tangan Prastowo, dan menggenggamnya.

"Apa pun yang kamu bisa ceritakan tentang masa lalu kamu, apakah itu yang baik, atau yang buruk sekali pun." Prastowo mengatakan itu sambil menatap kedua bola mataku.

Aku terdiam sejenak, airmataku mulai jatuh, saat aku merasa harus menceritakan peristiwa kelam itu pada Prastowo,

"Aku pernah di perkosa mas.." Ucapku lirih sambil berurai airmata. "Itulah yang membuat aku takut menceritakannya sama kamu mas." Aku mengatakan itu dengan tersedu-sedu

Prastowo merapatkan duduknya kearah tubuhku, dia memelukku dengan penuh kasih sayang,

"Kamu takut aku tidak bisa menerima kenyataan ini ya? Kamu salah Dis, aku justeru ingin membela kamu. Kamu pasti sangat tersiksa dengan masalah ini." Ucap Prastowo dengan terharu

Aku bertambah terharu mendengar ucapan Prastowo, aku tumpahkan airmataku dibahunya, "Aku takut kamu meninggalkan aku mas, setelah tahu siapa aku."

"Kan aku sudah bilang Dis, kamu salah kalau beranggapan seperti itu, kalau pun kamu bukan kekasih aku, aku tetap akan mendampingi kamu dalam menyelesaikan masalah ini."

Akhirnya aku cerita sama Prastowo, bahwa aku bukan cuma di perkosa, tapi hak aku sebagai wanita dipasung mister Yo.

Mendengar hal itu Prastowo marah dan kesal,

"Dis!! aku bisa hadapi itu orang, aku bisa perkarakan dia, itu kalau kamu izinkan. Orang seperti itu tidak bisa dibiarkan Dis!!" Ucap Prastowo dengan sangat emosional.

"Sehabis di perkosa, aku harus menandatangani perjanjian, aku tidak boleh melapor kepada pihak yang berwajib mas, dan aku tidak boleh menikah selama masih dalam perjanjian itu." Aku ceritakan itu pada Prastowo sambil terus menangis

Dia melepaskan pelukannya, dia memegang kepala dengan kedua tangannya, wajahnya sangat geram,

"Edan!! Ya tuhan ... kok ada manusia seperti itu, kamu ditindas habis-habisan Dis!! Aku harus cari orang itu Dis!! Seketika wajahnya terlihat mengeras penuh kemarahan

"Mister Yo itu kuat sekali mas, uangnya gak ada serinya, aku gak berani melawannya."

"Aku punya cara hadapi dia Dis, kamu gak usah takut, aku akan bertanggung jawab terhadap nasib kamu ... ini bukan soal aku sayang sama kamu Dis, ini soal kemanusiaan!!" Tegas Prastowo

Aku ceritakan sama Prastowo, sejak peristiwa itu, aku menjadi wanita jalang, aku berhubungan bebas dengan setiap lelaki, karena aku dendam pada lelaki. Aku bari sadar kalau perbuatan aku itu sudah merugikan diriku sendiri, dan orang yang menyadarkan aku itu adalah Rasta.

"Dis, kalau aku semakin sayang sama kamu, bukan karena aku kasihan sama kamu, aku harus menyelamatkan kamu Dis." Prastowo kembali memelukku dengan hangat

Aku sangat merasa terlindungi oleh Prastowo, sedikit pun dia tidak mengambil kesempatan, untuk melampiaskan nafsunya. Padahal kalau dia mau, semua itu bisa dia lakukan, karena aku sudah memasrahkan diriku dalam pelukannya.

Itulah yang membuat aku semakin cinta dan sayang pada Prastowo, bahkan aku semakin takut kehilangan dia.

"Soal ini, harus segera kita selesaikan Dis, kalau tidak pasti akan ada korban yang lain."

"Aku siap mas, aku akan bantu kamu menyelesaikan masalah ini. Tapi aku minta, jangan terlalu terbuka ke publik, aku takut reputasi karir aku bisa rusak."

Tidak terasa aku dan Prastowo ngobrol sampai jam 3 pagi, tidak sedikit pun rasa kantuk. Prastowo juga menceritakan siapa dirinya, bahkan dia ceritakan kalau ayahnya merupakan lawyer dari beberapa Taipan terkenal.

Dia akan cari tahu, siapa yang menjadi lawyer mister Yo, dan dia akan berusaha untuk membangun komunikasi. Bahkan dia akan konsultasi dengan ayahnya soal itu. Aku merasa sangat senang, ternyata Prastowo punya kepedulian terhadap persoalan itu.

Selama kami ngobrol di kamar kost ku, Prastowo berkali-kali pesan makanan, karena kami memang belum sempat makan malam, sejak pulang shooting. Prastowo laki-laki yang sangat menghormati aku, dia sama sekali tidak pernah berusaha untuk bertindak lebih.

"Dis, kamu jangan berpikir kalau aku akan memanfaatkan situasi ini, untuk melampiaskan hasratku, aku tahu ini bukanlah situasi yang tepat bagi kita untuk melakukannya." Ucap Prastowo

"Aku tahu mas ... bisa bermanja-manja sama kamu aja aku sudah senang mas, pikiran kita sama mas."

Aku sampai tidak sadar kalau aku tertidur di pangkuannya. Saat aku terbangun, aku lihat Prastowo juga tertidur, dengan hanya menyandarkan kepala di sofa. Saat itu waktu sudah pukul empat pagi, aku biarkan Prastowo tertidur di ruang tamu, dan aku pindah ke kamar.

Tetap saja aku tidak bisa tidur, aku mau bangunkan Prastowo, tapi aku tidak tega. Aku mau minta dia pindah ke kamar, tapi aku tidak ingin mengganggu tidurnya yang pulas.

Aku buatkan kopi untuk Prastowo, biar begitu dia bangun, sudah ada kopi di hadapannya. Di kamar, aku hanya bisa berbaring tidak bisa memejamkan mata lagi.

Prastowo berhasil mengorek semua peristiwa di masa laluku, dan dia sangat prihatin dengan apa yang aku alami. Satu sisi, aku senang sudah menumpahkan segala uneg-uneg ku selama ini, tapi di sisi lain aku malu dengan Prastowo, karena dia sudah tahu aibku.

Saat aku masih berbaring di tempat tidur, Prastowo masuk ke kamar mencari aku,


"Udah bangun mas? Tiduran disini aja mas gak apa-apa kok, biar badan kamu gak sakit." Aku menawarkan Prastowo untuk tiduran di dekatku.

Dia menghampiri aku di tempat tidur, dan tiduran di samping aku, kami tidur berhadapan-hadapan, tangannya membelai rambutku,

"Kamu gak lanjutkan tidur tadi ya? Kenapa?" Tanya Prastowo

"Aku sudah gak bisa tidur mas, aku kasihan lihat kamu tidur seperti itu."

"Tapi kan tidur aku cukup pulas Dis, jadi aku gak masalah."

"Kopinya sudah di minum mas? Tanya ku

"Udah Dis, tinggal setengah gelas tuh."

Kami meneruskan ngobrol di tempat tidur, hanya ngobrol, tidak ada akrivitas lainnya. Aku benar-benar kagum sama Prastowo, dia sama sekali tidak berhasrat untuk memanfaatkan situasi. Semua yang kami lakukan, hal-hal yang wajar saja.

Bersambung..


Gadis Bukan Perawan [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang