~ Pemberontakan Prastowo ~

19 4 0
                                    

Prastowo mekakukan pemberontakan terhadap penolakan orang tuanya terhadap kehadiran aku, dalam lingkungan keluarganya. Prastowo melakukan pembangkangan, dia menutup semua komunikasi dengan kedua orang tuanya. Aku meminta Prastowo ikhlas menerima semua itu, namun Prastowo tetap menganggap orang tuanya tidak adil.

Pembangkangan lain yang dilakukan Prastowo, dia tidak lagi masuk ke kantor Lawyer-nya, sehingga membuat Papanya kehilangan dia. Prastowo memilih berkarir di dunia entertainment, dia ajak aku untuk mencari job shooting.

Secara materi, Prastowo memang tidak kekurangan, dia ingin membuktikan kalau aku sangat berhak menjadi pendampingnya. Dia ingin aku bisa sukses berkarir di dunia entertainment, begitu juga dengan dirinya. Meskipun kami tidak di restui untuk menikah, Prastowo dan aku tetap menunda terlebih dahulu pernikahan kami.

Tidak mudah memang perjuangan aku dan Prastowo, sejak di keluarkan dari PH pak Lim, kami mencoba mencari peruntungan di PH yang lain. Satu minggu setelah keluar dari PH pak Lim, ada satu rumah produksi yang menghubungi kami, pertama yang di hubungi Prastowo, karena Prastowo yang lebih populer.

Tapi karena pasangan aku dan Prastowo sempat populer, dan di sukai penonton, maka PH yang menjadi pesaing PH pak Lim, merekrut kami berdua, untuk memerankan peran yang hampir mirip dengan casting yang pernah kami perankan.

Prastowo memberikan semangat padaku,
"Dis.., kita akan perjuangkan cinta kita secara bersama-sama, kita harus sukses kali ini, kita tidak memulainya dari nol lagi Dis." Prastowo memotivasi aku

"Iya mas, semoga perjuangan dan usaha kita ini di ridhoi Tuhan ya, dan apa yang kita jalan kan, dilancarkan Tuhan."

Di PH yang baru ini, kami tidaklah berhadapan dengan semua orang baru, sebagian crew dan pemain, ada juga yang merupakan pernah bersama kami di PH pak Lim, sehingga kamu tidaklah terlalu asing di lokasi.

Dari hari ke hari yang kami lalui, sangatlah melelahkan, namun karena semangat ingin meraih kesuksesan, membuat aku dan Prastowo konsisten menekuni karir setahap demi setahap. Tayangan baru dari PH yang baru ini, ternyata mendapat respon dari penonton, pasangan Prastowo dan Gadis, sangat di nantikan pemunculannya di layar TV.

Aku mengajak ibu dan adik-adikku untuk pindah ke Jakarta, uang kompensasi yang di berikan mister Yo, aku belikan rumah. Prastowo mendukung upaya yang aku lakukan, dia juga ingin melihat aku mampu mensejahterakan ibu dan adik-adikku.

Meskipun aku dan Prastowo belumlah sukses mencapai karir, tapi setidaknya populeritas kami perlahan-lahan semakin meningkat. Aku dan Prastowo berusaha untuk tetap low profile, meskipun kami berdua semakin populer.

Aku Ingin membuktikan pada orang tua Prastowo, bahwa keluarga aku juga cukup terhormat, meskipun berasal dari kampung. Aku tetap tinggal di tempat kost, sementara Prastowo tetap di apartemennya. Ibu dan adik-adikku, tinggal di sebuah rumah yang baru aku berikan, di sebuah perumahan, yang cukup bagus.

Aku terharu melihat usaha Prastowo untuk mempertahankan cinta kami, itu dia kemukakan saat kami pulang shooting, kami ngobrol di tempat kost aku,

"Dis, kamu masih kuat kan mempertahankan cinta kita?" Tanya Prastowo, "Aku ingin buktikan pada orang tuaku, bahwa kamu adalah wanita terbaik yang pernah aku kenal Dis." Ucap Prastowo

"Mas, aku akan selalu berusaha untuk kuat, demi cinta kita mas, semoga suatu saat Tuhan membuka pintu hati orang tua kamu mas.".

Prastowo memeluk aku, dengan terisak-isak, "Terima kasih Dis, pembangkangan yang aku lakukan, bukanlah perlawanan Dis, aku cuma mau buktikan kalau aku serius dengan pilihan aku sendiri."

"Udah lah mas ... jangan terlalu diambil hati, apa yang dilakukan orang tua kamu, ikhlas kan lah, biarlah itu menjadi urusan Tuhan."

Aku sangat kuatir kalau Prastowo terlalu ambil hati, soal penolakan orang tuanya. Yang lebih aku takutkan, dia menjadi stress karena soal itu. Padahal seharusnya aku yang sakit, tapi karena aku yakin Tuhan punya rencana yang lebih baik, maka aku tidak terlalu ambil hati.

"Hubungan kita memang perlu tantangan mas, supaya kita bisa menjaga cinta kita, kalau semuanya begitu mudah, takutnya kita malah tidak menghargai nya." Aku sampaikan itu pada Prastowo

"Tapi, tantangannya sangat berat Dis, aku seperti makan buah Simalakama, kesini aku berhadapan dengan orang yang aku cintai, kesana aku berhadapan dengan orang yang aku sayangi."

"Ya makanya kita harus bersabar mas, sampai kita dipersatukan oleh Tuhan, apa yang sudah dipersatukan Tuhan, tidak ada yang bisa pisahkan mas."

Prastowo menatapku, dia terkesima dengan ucapanku, yang menurutnya semakin bijak,
"Dari mana kamu mendapatkan kata-kata seindah itu Dis?" Tanya Prastowo

"Hasil perenungan aku mas, semakin aku tertekan, semakin aku berusaha mencari hikmah di baliknya. Tempaan hidup selama ini, memuat aku semakin dewasa."

Prastowo mengatakan padaku, dia semakin yakin untuk memperisterikan aku. Dimatanya, aku semakin matang dan dewasa, dan dia sangat menyukai wanita yang matang dan dewasa.

Aku bilang sama Prastowo, kalau aku berusaha untuk mengimbangi dia, makanya aku pun minta dia lebih dewasa dalam menyikapi hidup,

"Aku justeru belajar banyak tentang ketabahan dan kesabaran sama kamu Dis, karena aku sangat lemah dalam hal itu."

"Kita saling belajar, dan saling mengisi kekurangan masing-masing mas, itulah yang membuat Tuhan mempersatukan kita."

Aku bilang sama Prastowo, jangan sampai menyimpan dendam kepada orang tuanya, karena orang tuanya ingin yang terbaik bagi anaknya. Aku tidak ingin sikap itu malah memdatangkan pemderitaan bagi dirinya, yang mau tak mau, aku pun ikut merasakannya.

"Jadi aku harus gimana Dis terhadap orang tuaku?" Tanya Prastowo

"Kamu boleh tidak suka dengan sikap orang tua kamu, tapi kamu.tidak bisa membenci mereka, karena biar bagaimana pun, mereka memegang amanah untuk menjaga kamu."

Prastowo akhirnya tiduran di pangkuanku aku, dia ingin bermanja-manja dengan aku, dia ingin aku memperlakukannya, seperti ibunya memperlakukan dirinya. Aku bersandar di sofa ruang tamu ku, sementara kepalanya di pangkuan aku.

Aku usap-usap rambutnya, "Mas ... kalau seperti ini membuat kamu nyaman, teruslah tidur dipangkuan aku mas."

"Iya Dis, aku sangat nyaman, meskipun aku sudah sedewasa ini, Mama aku sering memperlakukan aku seperti ini."

Aku terus mengingatkan Prastowo, untuk tetap menjalin silaturahmi dengan orang tuanya, aku tidak ingin dia kualat dengan orang tuanya. Orang tua tidak bisa kita perlakukan seenak kita, meskipun kita tidak suka terhadap mereka.

Setiap ucapan yang keluar dari mulut orang tua, bisa menjadi doa, dan sebaliknya bisa menjadi sumpah. Semua itu tergantung seperti apa sikap kita pada orang tua. Karena aku sendiri, biar pun kesal dengan ayahku, tapi aku tetap akan mengakui dia sebagai ayahku.

Bersambung..

Gadis Bukan Perawan [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang