~ Ketemu Produser ~

52 3 0
                                    

Saat aku masih ngobrol dengan Prastowo pagi itu, pak Lim produserku telepon, dia tahu aku hari ini break. Pak Lim mengajak aku ketemu di apartemennya, aku terus terang pada Prastowo, meskipun hati aku berat untuk mengatakannya.

Aku benar-benar serba salah, satu sisi aku takut kehilangan Prastowo, di sisi yang lain aku harus mengikuti keinginan pak Lim. Prastowo tidak ada masalah aku menemui pak Lim, karena baginya kami belum ada ikatan apa-apa, jadi dia tidak berhak untuk melarang aku.

"Gimana menurut kamu mas? Perlu gak Aku menemui pak Lim?" Tanyaku

Dia yang masih tiduran di samping aku, dengan enteng menjawab, "Temui aja Dis, siapa tahu dia mau kasih kamu peran yang bagus." Jawab Prastowo sambil main ponselnya

"Mas gak keberatan aku ketemu sama pak Lim?" Aku mau tahu sikapnya.

"Kenapa aku harus keberatan Dis?" Jawabnya. "Kan demi karir kamu juga, aku belum punya hak untuk melarang kamu Dis, karena kita belum ada ikatan apa-apa." Lanjut Prastowo

Jawaban Prastowo itu membuat aku bingung, dari jawaban itu aku menduga kalau dia sebetulnya keberatan, tapi tidak bisa untuk melarangku, karena hubungan kami belum punya status apa-apa.

Prastowo menatap kearah aku yang masih terdiam mendengar jawabannya, aku cuma bisa membalas tatapannya.

"Salah ya Dis jawaban aku? Kok kamu sepertinya gak yakin dengan ucapan aku?" Tanya Prastowo

"Aku takut salah mas, karena apa yang kamu katakan itu benar, hubungan kita belum ada status apa-apa." Jawabku

"Takut salah kenapa Dis? Kan tujuan ketemu pak Lim itu benar? Ada hubungannya dengan karir kamu, terus kenapa takut salah?" Selidik Prastowo

Prastowo benar, harusnya aku tidak boleh punya pretensi apa-apa ketemu sama pak Lim, aku harus berpikir positif.

"Kamu benar mas, harusnya aku tidak perlu takut salah, karena niat aku baik ketemu sama pak Lim, hanya saja aku masih trauma dengan masa lalu aku." Jawabku

"Buang semua pikiran itu Dis, kamu harua menatap jauh kedepan, berpikir positif saja pada pak Lim." Ucap Prastowo

"Aku akan ikuti saran kamu mas, apa pun keadaannya nanti, aku tetap akan ceritakan sama kamu mas," aku jawab begitu

"Aku akan support kamu Dis, aku gak mau bawa perasaan dalam hal ini, gimana pun perasaan aku terhadap kamu." Jawab Prastowo

Aku memeluk Prastowo yang ada disampingku, aku sandarkan kepalaku di bahunya. Aku mengelus-elus wajahnya, dan bilang sama dia,

"Mas .. aku terima kasih atas dukungan kamu, meskipun aku bukan siapa-siapa kamu, tapi aku tetap menganggap kamu adalah kesayangan aku mas." Aku katakan itu dengan menatap ke wajahnya

Prastowo memalingkan wajahnya kearah wajahku, dia mencium keningku dengan sangat lembut.

"Aku nyaman dengan keadaannya kita sekarang ini Dis, walau pun kita tidak terikat dalam satu hubungan, tapi hati kita punya rasa yang sama." Ujar Prastowo

Rasanya aku ingin selalu berada dalam pelukan hangat Prastowo, aku malas sekali memenuhi panggilan pak Lim. Aku merasakan kalau Prastowo sangat sayang sama aku.

Prastowo yang bersandar di kepala tempat tidur, dan aku menyandarkan tubuhku di dadanya yang bidang. Dia memeluk tubuhku dengan penuh kasih sayang.

"Aku juga sangat nyaman dalam pelukan kamu mas, berat rasanya aku mau meninggalkan suasana ini, hanya untuk ketemu pak Lim." Ucapku

"Yang seperti ini, kapan waktu pun bisa kita lakukan Dis, tapi kesempatan kamu ketemu pak Lim itu kesempatan langka, mungkin banyak yang ingin dapat kesempatan seperti itu." Jelas Prastowo

"Berat banget aku berpisah sama kamu mas, aku merasa sangat tenang dalam pelukan kamu."

"Kamu temui pak Lim deh, nanti kalau kamu sudah ketemu pak Lim, kita bertemu lagi ya, sekarang aku pulang dulu, nanti aku telepon kamu." Bujuk Prastowo

Prastowo melepaskan pelukannya, dia turun dari tempat tidur dan siap-siap untuk pulang.

"Aku pulang dulu ya Dis," pamitnya, dia memeluk dan mencium keningku sebelum meninggalkan tempat kost aku.

Aku mengantar Prastowo sampai depan pintu kamar, dan menatap kepergiannya. Aku masih merasakan kehangatan tubuh Prastowo, dan itu sangat membahagiakanku. Aku baru masuk ke kamar, setelah mobilnya menghilang dari pandanganku.

Aku menuju ke kamar mandi. Sambil berendam di Bathtub, aku membayangkan kalau Prastowo ada bersamaku di dalam bathtub. Alangkah bahagianya kalau itu sampai terjadi.

Setelah selesai mandi, aku menuju ke meja rias, dan merias wajahku. Aku lebih memillih make up yang natural, aku tidak ingin pak Lim berpikir yang aneh-aneh padaku nanti.


Aku juga memillih gaun yang lebih tertutup, karena aku memang ingin mengubah penampilan, agar laki-laki yang memandang, tidak berniat melecehkan aku.

Lama aku mematut-matut diri di depan cermin, sebelum aku yakin pakaian aku sudah lebih tertutup, baru aku siap untuk ketemu pak Lim. Setelah aku benar-benar yakin dengan penampilan aku, barulah aku person taksi online.

Selang tidak berapa lama, taksi online sudah ada di depan kamarku, aku langsung berangkat menemui pak Lim di apartemennya.

Di jalan, aku baru mikir kalau memang pak Lim memanggil aku untuk urasan pekerjaan, kenapa aku harus menemuinya di apartemen. Padahal seharusnya bisa ketemu di kantor.

Aku mencoba tetap berpikir positif sama pak Lim, aku tetap beranggapan kalau dia memang ingin memberikan aku peran yang lebih bagus seperti yang pernah di janjikannya.

Begitu sampai di apartemennya aku masuk ke lobby, begitu ketemu sekuriti aku bilang mau ketemu pak Lim, sekuriti sudah tahu dan langsung memberikan aku akses untuk naik ke lantai apartemen pak Lim.

Sampai di lantai apartemen pak Lim, keluar lift aku cari nomor kamar pak Lim, begitu ketemu aku ketuk pintu kamarnya. Seorang lelaki yang berpenampilan seperti sekuriti membukakan pintu,

"Siang mbak ... sudah ditunggu pak Lim di ruang tamu," ujar orang itu

"Siang mas, terima kasih ya." Ucapku


Aku menemui pak Lim yang sudah menunggu aku di ruang tamu, aku merasa lega karena ada orang lain juga, selain pak Lim di apartemen itu.

"Selamat siang pak, maaf kalau saya terlambat datangnya." Aku menyapa pak Lim dan menyalaminya

"Siang Gadis, silahkan duduk ya," sambut pak Lim. "Gak terlambat sih, saya juga baru sampai kok dari kantor." Jawab Pak Lim

Di apartemen itu hanya ada aku dan pak Lim, sekuriti sudah tidak terlihat berada di situ. Aku berusaha untuk bersikap ramah pada pak Lim, karena biar bagaimana pun dia adalah produserku, orang yang sudah memberikan kesempatan pada aku untuk mengembangkan karirku.

Pak Lim melanjutkan pembicaraan, saat aku masih belum bicara,

"Kamu tahu gak kenapa saya panggil Dis?" Tanya pak Lim

"Saya belum tahu pak, makanya saya menemui bapak, untuk menanyakannya." Jawabku.

Bersambung..


Gadis Bukan Perawan [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang