~ Prastowo Tetap Tidak Direstui ~

27 4 0
                                    

Prastowo berharap dengan membawa foto keluarga aku, yang dia foto saat peresmian restoran Bapakku, orang tuanya akan bisa menerima aku, karena dari foto tersebut terlihat kalau keluarga aku juga bukan orang rendahan.

Pada kenyataannya usaha Prastowo kembali sia-sia, seperti yang sudah aku duga sebelumnya, bahwa orang tua Prastowo tidak mungkin bisa terima aku, karena aku bukan dari keluarga kalangan ningrat.

Keesokan harinya di lokasi shooting, Prastowo jelaskan sama aku, bahwa dia belum berhasil mempengaruhi orang tuanya. Prastowo menjelaskan itu pada saat pemain dan crew belum banyak yang datang.

Dengan wajah murungnya Prastowo menjelaskannya, "Dis, usaha aku meyakinkan kedua orang tuaku masih belum berhasil." Ujar Prastowo, dia tidak berani menatap wajahku

"Kan aku sudah bilang sama kamu mas, kalau aku mencintai kamu, tidak berharap untuk kamu nikahi, karena itu sangat tidak mungkin." Aku katakan itu agar Prastowo tidak lagi berharap ingin menikahi aku

"Kalau kamu sendiri sudah tidak berharap aku nikahi, untuk apa kamu mencintai aku Dis?" Tanya Prastowo sambil menatap wajahku penuh harap

"Aku sudah tahu mas resiko mencintai kamu, dan aku tahu kalau mencintai itu tidak harus memiliki mas."

Aku sudah nothing to lose, aku sudah tidak punya pamrih apa-apa dalam mencintai Prastowo, aku bangga mencintai dia, meskipun aku tidak bisa memilikinya. Orang tua Prastowo merasa dari kalangan ningrat, maka Prastowo harus menikah dengan sesama kalangannya.

"Itulah kenapa berkali-kali aku kenal lelaki, aku tidak ingin terikat dengan yang namanya pernikahan mas, karena aku tidak siap untuk sakit."

Prastowo masih terdiam, dia seakan-akan tidak bisa lagi berkata sepatah kata pun, aku menatap wajahnya yang sangat murung, aku ajak dia berpikir secara realistis.

"Mas, kamu harus bisa terima kenyataan ini dengan lapang dada, bahwa Tuhan mungkin belum menjodohkan kita."

"Kenapa nada bicara kamu seakan-akan tidak memiliki harapan sama sekali Dis? Dari kemarin kamu selalu katakan itu?" Tanya Prastowo

"Kan kemarin aku sudah bilang mas, untuk apa aku berharap, kalau pada Akhirnya aku harus kecewa? Kan itu akan sangat menyakitkan mas?" Aku balik bertanya

"Berarti kamu memang tidak berharap aku menjadi suami kamu Dis? Okey..kalau gitu aku yang harus mempersiapkan diri kehilangan kamu Dis."

"Salah mas, aku tidak akan pernah kemana-mana, bagaimana mungkin aku akan meninggalkan kamu? Sementara jodoh kamu sudah disiapkan orang tua kamu mas."

Prastowo tidak bisa lagi membantah ucapanku, karena memang Prastowo sudah di jodohkan dengan kerabat orang tuanya, yang juga dari kalangan ningrat. Prastowo mempertanyakan kelanjutan hubungan kami,

"Terus gimana kelanjutan hubungan kita Dis?" Tanya Prastowo

"Tetap saja hubungan tanpa status mas, aku ikhlas kok dengan kondisi itu." Jawabku

Setelah itu, kami kembali di sibukkan dengan kegiatan shooting, namun Prastowo kurang bersemangat, sementara aku biasa-biasa saja, seakan-akan tidak ada persoalan. Aku sudah terbiasa menerima keadaan. Di sela-sela shooting, dia masih tetap merayu aku, agar aku masih berharap kalau pernikahan kami akan direstui orang tuanya, tapi aku sudah tidak ingin berharap apa-apa.

Aku akan tetap mencintai Prastowo meskipun aku tidak mungkin memilikinya. Bagi aku sekarang, kalau Tuhan memang menjodohkan aku dengan Prastowo, meskipun nanti dia sudah menikahi wanita lain, dia akan kembali kepada ku.

Prastowo memberikan solusi padaku, dia ingin menikahi aku meski orang tuanya tidak merestui, aku menolaknya. Aku bilang sama Prastowo, aku tidak sanggup hidup tanpa ridho Tuhan.

"Dis, gimana kalau kita tetap menikah, meskipun tanpa restu orang tuaku?" Tanya Prastowo

"Aku tidak siap mas hidup tanpa di ridhoi Tuhan, ridho Tuhan itu karena adanya ridho orang tua. Dan juga kita cuma sekadar nikah siri mas jadinya."

Sepanjang hari di saat shooting, bolak-balik Prastowo hanya membahas soal itu, sementara aku sudah tidak ingin membahasnya. Bagi aku, untuk apa membahas sesuatu yang sangat tidak mungkin terjadi.

Aku konsultasi dengan pemain senior yang ada di lokasi, namanya ibu Ningsih,
"Bu, boleh bertukar pikiran gak? Mumpung belum take bu?" Tanya ku

"Soal apa ananda? Kamu punya masalah apa?"

"Gini Bu, tadinya saya dan Prastowo mau menikah, tapi ternyata orang tua Pras tidak setuju, karena aku bukan dari kalangan ningrat." Aku ceritakan gitu pada bu Ningsih

"Kalau saran ibu, jangan memaksakan diri kalau tidak di restui, kalian tidak akan sanggup dengan cobaannya nanti, karena restu orang tua itu akan di ridhoi Tuhan." Saran bu Ningsih

"Oo gitu ya bu, saya sih juga bilang gitu sama Pras, tapi dia nekad tetap mau nikahi aku, tapi aku menolaknya."

"Jangan sampai deh kalian langgar apa yang sudah dilarang orang tua."

Aku sangat setuju dengan nasehat dan saran bu Ningsih, karena apa yang dikatakan nya sangat masuk akal. Tapi Prastowo sangat sulit menerima kenyataan itu, karena dia tidak ingin di jodohi orang tuanya.

Prastowo juga cerita, kalau orang tuanya sudah bertemu dengan kerabat keluarga yang menjadi calon besan orang tuanya. Prastowo juga sudah di perlihatkan foto calon yang akan di jodohkan dengan, Prastowo tidak tertarik sama sekali.

Aku support dia untuk memenuhi keinginan orang tuanya, dan Prastowo menganggap aku tidak lagi mencintainya, aku bilang sama Prastowo;

"Mas, karena aku sangat mencintai kamu, maka aku senang kalau kamu bahagia."

"Gimana kalau seandainya setelah menikah aku tidak bahagia Dis?" Tanya Prastowo

"Ya kalau kamu tidak bisa terima calon isterimu dengan ikhlas, bagaimana mungkin kamu bisa bahagia mas." Jawabku

"Susah Dis, cinta itu tidak bisa di paksakan, aku tidak ingin terpaksa mencintai Dis."

"Mas kamu harus jalani dulu, jangan menolak dulu, aku sangat mendukung mas."

Cara aku dan Prastowo memandang masalah sangat berbeda, aku lebih berusaha untuk menerima keadaan, karena aku yakin dibalik semua ini, ada rencana yang lebih baik dari Tuhan. Sementara Prastowo sangat sulit menerima keadaan.

Aku terus dukung dia untuk menerima pilihan orang tuanya, aku tidak peduli kalau dia menganggap aku tidak lagi mencintainya. Aku ingin melihat Dia bahagia, karena dia memang pantas menikmati kebahagiaan.

Aku ingat ketika pertama kali menginjak rumah orang tuanya, dari situ aku sudah mengukur diri, bahwa aku bukanlah orang yang pantas untuk memberikannya kebahagiaan, karena aku bukanlah orang dari kalangan seperti orang tuanya.

Aku sangat bangga pernah mengenal Prastowo, dan dia sudah buktikan ucapannya, kalau dia akan membebaskan aku dari mister Yo. Dan aku memang sudah di bebaskannya dari mister Yo. Itulah yang membuat aku sangat mencintai Prastowo.

Saat selesai shooting, dia sengaja mengantarku, karena banyak yang ingin dia katakan. Di perjalanan pulang dia katakan sesuatu padaku,

"Dis, kalau seandainya setelah aku menikah, tapi aku tidak bahagia, dan bercerai dengan isteriku, kamu mau gak menikah dengan aku?" Tanya Prastowo

"Mas, selama itu kehendak Tuhan, aku tidak akan menolaknya mas, bagi aku kamu duda atau pun lajang, bukan masalah." Jawabku

Bersambung

Gadis Bukan Perawan [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang