~ Ditawari Jadi Sugar Baby ~

77 4 0
                                    

Pak Lim mau kasih aku peran yang lebih bagus, meskipun bukan peran utama, tapi menjadi pemeran kedua. Peran ini lumayan penting, karena porsinya juga cukup banyak.

Selain itu, pak Lim juga akan memberikan peran utama di FTV, itu pun di sesuaikan dengan cerita, karena usiaku tidaklah remaja lagi.

"Gimana Dis, kamu mau dengan peran seperti itu?" Tanya pak Lim, "selain itu semua kebutuhan hidup kamu saya tanggung." Tambah pak Lim

"Apakah ada persyaratan khusus pak? Untuk semua hal itu?" Aku mulai menyelidik

"Yah ... syaratnya kamu mau jadi 'sugar baby' saya aja kok, enak toh?" Jawab pak Lim

Mendengar ucapan pak Lim itu, aku langsung terbayang wajah Prastowo. Kalau aku terima tawaran pak Lim, aku akan kehilangan Prastowo. Tapi, kalau aku tolak tawaran pak Lim, aku akan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan karirku di dunia entertainment.

Keduanya pilihan yang sulit bagi aku, betapa beratnya tantangan yang akan aku hadapi. Karena aku belum menjawab ucapan pak Lim, dia pun melanjutkan pembicaraan,

"Kamu akan punya kesempatan kursus acting di Amerika Dis, nanti saya akan temui kamu disana." Lanjut pak Lim. "Gimana Dis?" Tanya pak Lim lagi

"Saya belum bisa kasih jawaban sekarang pak, saya harus mempertimbangkannya dulu." Jawabku sambil menundukkan kepala

"Kalau kamu gak mau menerima kesempatan ini, saya akan kasih kesempatan pada yang lain, karena Sugar Baby saya itu banyak Dis." Ucap pak Lim

Aku berkata dalam hati, "Ya Tuhan, kenapa aku di kasih cobaan yang seperti ini terus, apa dosaku Tuhan."

"Saya bukan menolak pak, tapi saya harus pikirkan dan pertimbangkan terlebih dahulu, supaya bapak juga tidak kecewa nantinya." Jawabku

"Kamu tahu gak? Waktu pertama saya panggil kamu, itu saya sudah suka sama kamu. Menurut saya kamu bukan wanita yang materialistik." Ujar pak Lim

"Terima kasih pujiannya pak, juga semua kebaikan bapak ... saya takut gak bisa menjadi Sugar Baby seperti yang bapak inginkan."

"Jadi Sugar Baby saya itu gak susah Dis, kamu gak harus selalu nge-date sama saya, karena bukan cuma kamu, saya cuma buat senang-senang saja." Ucap pak Lim

Aku membayangkan harus nge-date dengan pria yang pantas menjadi ayahku, meskipun tidak sering. Lalu, gimana aku harus menjelaskannya pada Prastowo?

Aku masih terdiam, belum bisa menjawab semua keinginan pak Lim. Aku memikirkan betapa beratnya tantangan karir aku di dunia entertainment. Padahal, saat kerja kantoran juga aku menghadapi tantangan yang sama.

"Apa kamu mau saya buktikan dulu ucapan saya? Saya kasih kamu dulu peran yang sesuai dengan apa yang saya katakan tadi?" Tanya pak Lim

"Kalau bisa seperti itu pak, biar saya bisa sambil berpikir memenuhi keinginan bapak."

"Kalau seandainya, kamu tidak menepati janji gimana? Kamu pada akhirnya tidak ingin jadi sugar baby saya?" Tanya pak Lim lagi

Aku kembali bingung menjawab pertanyaan pak Lim, karena apa yang ditanyakannya itu sangat mungkin terjadi. Aku tidak mungkin menjanjikan pak Lim, bahwa aku tidak akan mengecewakan dia.

"Kamu masih lajang kan? Maksud saya belum punya pacar atau suami?" Cecar pak Lim

"Belum pak, saya masih single dan belum punya pacar." Jawabku dengan polosnya

"Udah lah Dis ... gak usah banyak pertimbangan, jangan kasih tahu siapa pun soal ini, pasti kamu aman. Tidak akan ada yang tahu Dis, percayalah." Pak Lim berusaha meyakinkan aku.

"Bapak yakin tidak ada yang tahu soal ini?" Tanyaku

"Sekarang saya tanya kamu, kamu tahu gak siapa saja yang jadi sugar baby saya selama ini? Gak tahu kan?" Tanya pak Lim. "Karena saya menyimpannya sangat rapat Dis." Lanjutnya

Kalau aku mengiyakan keinginan pak Lim, itu artinya aku harus siap mental untuk tidak menjadi kekasih Prastowo, dan mempersiapkan diri untuk kehilangan Prastowo, karena aku harus merahasiakannya dari Prastowo.

Yang membuat aku bingung, bagaimana kalau seandainya suatu saat pak Lim tahu, kalau aku adalah kekasih Prastowo? Bisa jadi aku dan Prastowo akan dibuang dari Production House-nya.

Saat aku lagi bingung untuk menjawab permintaan pak Lim, tiba-tiba pak Lim mendekat ke arah aku, dan duduk di sampling aku. Jantungku mau copot rasanya. Aku masih trauma dengan perlakuan mister Yo, sekarang aku pun sedang berhadapan dengan pak Lim.

"Kenapa kamu seperti orang ketakutan gitu Dis? Kamu takut ya sama saya?" Tanya pak Lim

Aku sangat gugup menjawab pertanyaan pak Lim, "eenggak pak ... saya cuma agak gugup aja, karena saya sangat menghormati bapak." Jawabku asal-asalan

"Kalau kamu menghormati saya, kamu biasa aja dong, gak usah ketakutan gitu." Ucap pak Lim. "Asal kamu tahu, saya itu tambah yakin untuk memberikan peran sama kamu." Lanjut pak Lim

Aku agak kaget dengan ucapan pak Lim, "maksud bapak?" Tanyaku. "Maaf saya masih bingung dengan semua ini pak." Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang di katakan pak Lim

"Kamu ternyata tidak tergiur sama semua tawaran saya, kamu masih punya sikap, bukan perempuan murahan." Jawab pak Lim

"Jadi semua tawaran bapak tadi hanya ingin menguji saya? Bapak tidak serius dengan semua itu?" Aku ingin memastikannya

"Ya Dis ... saya cuma menguji kamu, apakah kamu perempuan baik-baik atau seperti yang lainnya. Ternyata kamu lolos ujian saya, nanti kamu tunggu aja panggilan dari produser pelaksana." Jawab pak Lim

Aku hampir menangis, karena terharu dengn ucapan pak Lim, aku langsung mencium tangan pak Lim,

"Terima kasih pak, atas semua kepercayaan bapak, saya akan jaga baik-baik kepercayaan bapak."

Pak Lim mengusap-usap kepala aku, saat aku membungkuk mencium tangannya,


"Semoga kamu bisa menggapai karir kamu Dis, kalau kamu butuh sesuatu, atau ada masalah kamu boleh telepon saya." Ujar pak Lim

"Saya sempat bingung untuk memenuhi keinginan bapak tadi, karena saya tidak pernah kenal dengan hal seperti itu pak."

"Kamu percaya kalau saya seorang Sugar Daddy? Apa saya ada potongan seorang sugar daddy?" Tanya pak Lim

"Makanya pak, saya bertanya-tanya dalam hati, apa iya pak Lim seperti itu?"

"Mulai hari ini, kamu jangan panggil saya pak Lim, panggil saya Papi atau daddy saja." Pinta pak Lim

"Baik dad, saya lebih senang panggil daddy aja."

"Terserah kamu sajalah Dis, kamu mau panggil Papi atau Daddy sama saja. Kamu boleh pulang Dis, kalau kamu masih ada urusan." Ucap pak Lim

Hati aku senang sekali, karena apa yang aku takutkan tadinya tidak menjadi kenyataan. Aku harus ceritakan hal ini pada Prastowo, dia pasti senang sekali.

"Pak, kalau memang bapak sudah sampaikan semua, saya mau pamit pulang pak."

"Silahkan Dis, tunggu saja kabar dari saya nanti ya, hati-hati di jalan Dis." Ucap pak Lim


Pak Lim memberikan aku sebuah amplop coklat,

"Terima ini Dis, itu bukan apa-apa hanya bonus dari saya, jangan kuatir saya tidak punya maksud kok sama kamu."

Aku menerima amplop dari pak Lim, dan memasukkan ke dalam tas tanganku,


"Terima kasih pak Lim, atas semua kebaikannya."

Aku langsung pamit, dan meninggalkan apartemen pak Lim. Aku diantar sekuriti pak Lim sampai masuk lift, hatiku sangat senang. Prastowo benar, aku harus berpikir positif pada pak Lim.

Bersambung..

Gadis Bukan Perawan [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang