~ Dikasih hadiah ~

42 5 2
                                    

Aku baru menyadari kalau kemarin di panggil pak Lim, karena dia ingin mengetahui karakter aku lebih jauh. Apakah itu sekadar dalihnya aku juga tidak tahu, tapi yang pasti hari ini dia sudah menepati janjinya yang kemarin.

"Jadi kemarin Daddy menguji saya ya, kok Daddy yakin saya bisa memerankan peran antagonis?" Aku mencoba mengorek penjelasan pak Lim

Pak Lim mendekati aku, dan memegang bahuku, tatapan matanya mengarah ke kedua bola mataku,

"Gadis ... saya ini sudah puluhan tahun mengurus yang seperti ini, jadi saya faham dengan melihat karakter setiap orang." Ujar pak Lim

"Siap Dad, saya akan membuktikan apa yang Daddy yakini." Kataku

Pak Lim senang mendengar jawaban aku, terus dia minta aku ikut ke ruangannya, aku tidak tahu pak Lim mau apa,

"Sekarang kamu ikut saya ke ruang kerja saya, ada yang ingin saya perlihatkan sama kamu Dis." Ajak pak Lim

"Baik Dad, terus soal casting gimana Dad?" Tanyaku

"Sehabis dari ruangan saya, kamu baru di casting, mana ada yang berani melarang kamu Dis." Terang pak Lim

Aku mengikuti pak Lim turun ke lantai dasar, karena ruang kerjanya ada di lantai dasar. Di dalam lift pak Lim bilang sama aku,

"Aku mau kasih hadiah buat kamu Dis, kamu gak perlu tanya kenapa saya kasih kamu hadiah." Katanya

Aku berpikir, belum kerja kok aku sudah banyak menerima pemberian pak Lim. Lagi-lagi aku gak habis pikir.

"Terima kasih Dad, saya jadi gak enak, dari kemarin Daddy terus kasih saya hadiah." Ucapku

"Gak usah dipikirkan Dis, terima saja kebaikan saya, mumpung saya lagi baik hati." Ujarnya

Keluar dari lift kami menuju ke ruang kerja pak Lim, yang tidak jauh dari situ. Aku mengikuti pak Lim, yang terlihat sangat senang. Aku di suruh duduk di sofa ruang tamunya, pak Lim mengambil sebuah shopping bag yang ada di atas meja, dan membawanya ke arah aku.

"Ini buat kamu Dis, buka aja supaya kamu tahu apa isinya." Ujar pak Lim, wajahnya terlihat sangat senang.

Aku mengambil shopping bag dari tangan pak Lim, dan membuka isinya, di dalam shopping bag itu ada satu buah kotak, aku keluarkan kotak itu dan membukanya, ternyata sebuah handphone dari sebuah brand yang sangat terkenal, dan keluaran terbaru, aku sangat surprised.

"Wah!! Dad, ini kan mahal sekali? Gak salah ini buat saya?" Aku sangat surprised, karena handphone itu sangat aku idam-idamkan

"Gak mahallah kalau buat kamu sih, saya memang suka memberikan handphone sama artis, jadi ya wajarlah kamu menerima itu." Ujar pak Lim

Karena aku sangat surprised, dan aku sudah menganggap pak Lim sebagai Daddyku, aku pun memeluknya sambil mengucapkan terima kasih. Pak Lim pun merespon dengan memeluk aku, dan mencium pipi aku. Aku sampai deg-degan, saat pak Lim peluk aku dengan sangat erat.

Pak Lim melepaskan pelukannya, dan dia menatap aku dengan dalam, seperti seorang ayah pada anaknya,

"Kamu suka hadiah dari saya ini Dis? Kalau gak suka kamu bisa minta tukar." Kata pak Lim

"Aku suka banget Dad, sudah lama aku mengidamkannya, tapi aku belum punya uang untuk bell." Dengan polosnya aku mengakui seperti itu

"Kamu kalau butuh apa-apa, bilang dong sama Daddy, nanti Daddy yang belikan." Ujar pak Lim

Di mata aku pak Lim sangat baik, dan dia bukan cuma sama aku baik seperti itu, banyak artis lain yang juga sering di belikannya barang-barang berharga, terutama handphone.

Aku tidak punya pikiran yang negatif terhadap pak Lim, atas pemberian handphone itu, karena bukan cuma aku yang diperlakukannya seperti itu.

"Kalau kamu kembali ke ruangan casting nanti, handphonenya simpan di tas aja, kardusnya titip di mobil jemputan kamu ya, supaya kamu tidak di omongin banyak orang." Pesan pak Lim

"Baik Dad, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih Dad," ucapku sambil mencium pipi nya.

"Sama-sama Dis, semoga bermanfaat buat kamu, oh ya ... jangan lupa nama Daddy di simpan secara private ya." Pesan pak Lim

"Siap Dad, saya kembali ke ruang casting ya Dad, kalau Daddy perlu Gadis, telepon aja ya Dad." Aku bilang seperti itu pada pak Lim, aku mengekspresikan kesenangan aku.

Begitu keluar dari ruangan pak Lim, aku baru mikir, kalau tawaran aku pada pak Lim, menjadi peluang baginya untuk bisa terus berkomunikasi dengan aku, dan aku baru mikir bagaimana kalau hal itu di ketahui oleh Prastowo.

Aku menitipkan shopping bag di mobil jemputan, setelah itu baru aku naik ke ruangan casting. Di ruang casting sudah ramai, ada sutradara juga yang hadir, aku lumayan dapat prioritas, karena pak Lim.

Aku di casting dengan peran antagonis, dan di direct sama sutradara. Berkali-kali aku gagal, meskipun akhirnya berhasil. Aku juga di kenalkan dengan pemeran utama yang laki-laki dan perempuan, keduanya sangat ramah sama aku.

Para make up artis membicarakan Ratri dan Prastowo, dan menanyakan sama aku,
"Mbak kan satu produksi ya sama Prastowo dan Ratri?" Tanya make up artisnya Dora

"Ya kenapa mbak? Ada gossip apa tentang mereka?" Aku berusaha untuk mencari tahu

"Duh!! Emang di lokasi gak rame? Kan di kantor jadi omongan tuh mereka berdua?" Kata Dora

"Maksudnya rame gimana mbak Dora?" Tanyaku lagi

"Itu lho.., mereka suka nge-date di dalam mobil Ratri, masak sih mbak gak tahu."

"Tahu sih ... tapi gak seheboh cerita mbak Dora sih." Aku bilang gitu

Aku jadi mikir, apa iya Prastowo seperti itu, dia sendiri bilang tidak suka dengan Ratri, karena bukan tipikal wanita idamannya. Aku menjauh dari make up artis, aku gak mau nanti cemburu sama Prastowo.

Selesai casting, aku langsung pulang. Di mobil aku kembali melihat handphone hadiah dari pak Lim. Aku senang banget, karena apa yang aku idam-idamkan selama ini, sudah aku milikki. Pak Lim sangat baik hati, tahu apa yang menjadi kebutuhan aku.

Aku gak mau cerita sama Prastowo soal hadiah ini, aku takut dia curiga kalau aku benar-benar jadi 'sugar baby' pak Lim. Aku memang panggil pak Lim 'Daddy', tapi bukan berarti aku menganggapnya sebagai sugar daddy.

Aku jadi ingat ucapan pak Lim, yang menawarkan kebaikan,

"Kamu kalau perlu apa-apa, telephone aja Daddy ya, kan Daddy gak tahu kamu butuhnya apa." Ujarnya saat itu

Aku juga ingat waktu dia menawarkan aku, kalau mau permak wajah, pak Lim mau fasilitasi, untuk menunjang penampilan aku di layar kaca. Tapi saat itu aku masih takut sama pak Lim, kalau tadi aku tiba-tiba jadi berani sama pak Lim.

Bersambung..

Gadis Bukan Perawan [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang