~ Galau Tidak di Calling ~

45 5 0
                                    

Sampai pagi lagi aku tidak menerima callingan untuk shooting, aku benar-benar galau, dan aku sangat cemas, jangan-jangan pak Lim kasih aku uang karena aku tidak di pakai lagi oleh PH nya.

Berbagai pikiran berkecamuk dalam benakku, mau menanyakan ke unit produksi aku malu, bagaimana kalau seandainya aku benar-benar tidak lagi di calling.

Prastowo telepon, dia menanyakan kenapa aku belum sampai di lokasi,

"Hallo Dis, kamu dimana? Kok belum ada di lokasi?" Tanya Prastowo

"Di kost-an mas, sampai pagi ini aku belum terima callingan mas." Jawabku

Prastowo juga ikut bingung, dia kuatir aku tidak shooting lagi bersama dia, namun aku juga tidak bisa memastikan, apakah aku masih shooting satu judul dengan dia, karena aku belum dapat konfirmasi sama sekali dari kantor.

"Dis ... jangan-jangan kita tidak satu judul lagi ya? Kok di lapangan gak ada yang kasih penjelasan sama sekali ya?"

"Aku gak bisa jawab pertanyaan kamu mas, karena aku sendiri masih bingung."

"Yaudah Dis, kamu sabar dulu ya, gak usah terlalu mencemaskannya, rezeki gak kemana Dis."

"Ya mas, semoga saja ada kabar baik ya, ntar aku kabari kamu deh, kalau ada perkembangan baru."

Cuma itu yang bisa aku katakan pada Prastowo, aku belum tahu harus ngapain, sehingga aku cuma bisa tiduran di kamar. Aku berpikir lagi, apa kesalahan yang sudah aku lakukan, sehingga tiba-tiba peran aku di sinetron itu tidak dilanjutkan. Bukan cuma baru kali ini aku alami, sebelumnya juga pernah seperti itu.

Menjelang siang, saat aku lagi beres-beres kamar, mas Budi, produser pelaksana telepon aku,

"Selamat siang mbak, hari ini bisa ke kantor gak? Ada casting untuk judul baru mbak, ntar unit produksi akan jemput." Jelas mas Budi

"Siang mas Budi, bisa mas ... wah pantesan saya gak terima callingan dari semalam, ya deh mas saya tunggu kabarnya ya, jam berapa di jemput?"

"Sehabis makan siang di jemputnya mbak, peran di judul yang lama di kurangi, supaya bisa fokus di judul baru." Jawab mas Budi

"Ya udah mas, saya tunggu ya, terima kasih mas Budi, salam untuk pak Lim kalau mas ketemu beliau."

Aku senangnya bukan main, Prastowo benar lagi, aku mudah berprasangka negatif, dan mudah emosional kalau menghadapi masalah. Padahal Tuhan sudah atur rezeki manusia, tidak ada yang perlu di takutkan, selama terus berusaha.

Aku tidak sabar untuk mengabarkan pada Prastowo kabar baik ini, tapi aku juga jadi sedih, karena aku akan jarang ketemu dia. Aku kirim pesan lewat WA pada Prastowo, aku tidak ingin ganggu aktivitas shooting nya.

"Siang mas, aku mau kasih tahu kamu soal kabar baik dari kantor, aku dapat casting baru, peran aku di judul yang lama di kurangi, supaya aku bisa fokus di judul yang baru ... aku sih senang, tapi aku juga sedih, karena gak ketemu kamu satu frame.."

Lama aku menunggu jawaban dari Prastowo, pesanku tidak kunjung di balas. Aku berpikir positif saja, aku yakin kalau Prastowo belum baca pesanku, karena dia masih take.

Sampai saat mobil jemputan datang, Prastowo belum juga membalas pesanku. Aku tidak mau telepon dia sebelum dia membalas pesanku, karena takutnya dia sedang take. Aku sendiri suka kesal kalau ada yang telepon saat lagi take.

Selepas makan siang, Prastowo belum juga balas pesan aku, padahal saat break makan siang dia bisa membalas pesanku. Aku kembali galau, aku gak tahu ada apa dengan Prastowo.

Begitu mobil jemputan datang, aku langsung berangkat ke kantor untuk casting. Prastowo telepon aku, aku senang sekali menerima telepon dari Prastowo,

"Kok lama banget mas ngejawabnya? Kan waktu break makan siang bisa telepon aku?" Aku terus nyerocos pada Prastowo

"Hape aku lowbat, jadi Aku charge Dis ... sorry ya. Kalau lagi di charge selalu aku matikan, selamat ya sudah dapat job baru." Ujar Prastowo

"Terima kasih ya mas ... kamu benar mas, rezeki gak akan ketukar, tapi aku sedih gak bisa ketemu kamu mas."

"Soal ketemu itu gampang Dis, yang penting hati kita bisa saling memahami, pulang shooting aku bisa nginap di tempat kost kamu, begitu juga kamu, bisa nginap di apartemen aku."

"Benar juga ya mas, kita fokus di job kita masing-masing aja dulu ya, kalau kangen tinggal ketemu."

Aku sampai ingatkan Prastowo, agar tidak dekat dengan Ratri, dia cuma ketawa. Dia tahu kalau aku sangat cemburu sama Ratri, karena dia dan Ratri sering satu frame, sehingga secara emosional pun kedekatan mereka bisa terjadi.

Apa lagi dalam cerita yang mereka perankan berdua porsinya sangat banyak, dalam ceritanya Prastowo selingkuh dengan Ratri, itulah yang membuat aku selalu cemas, kalau scene mereka berdua sangat panjang.

"Kamu gak usah kuatir soal aku dengan Ratri, karena dia bukan tipikal wanita yang aku suka, aku sukanya yang seperti kamu, diam tapi ganas." Dia candain aku

"Kamu suka membangkitkan macan tidur mas, aku jadi kangen sama kamu, emang aku ganas ya mas?" Tanyaku

"Ya gitu deh, bikin aku gak ada capeknya Dis, selalu bergairah." Dia terus bercanda, itulah yang aku suka dari Prastowo

"Mas, ngomong yang lain aja, kamu bikin aku jadi gak fokus tauk!! Jadi ingat yang kemarin terus."

Dia bilang sama aku, kalau nanti ketemu pak Lim titip salam. Dia juga berharap bisa di kasih peran lain yang lebih bagus. Aku bilang sama dia, kalau prospek dia lebih besar dibandingkan aku, karena dia sudah di kenal masyarakat.

Tidak lama kami bicara di telepon, karena dia harus take, sementara aku sendiri sudah hampir sampai di kantor. Sampai di kantor aku langsung masuk ruang casting, disana ada pak Lim juga,

"Nah ini Gadis sudah datang, tolong dia di casting untuk peran antagonist, biar dia cepat popular." Ujar pak Lim

"Selamat siang Dad, terima kasih casting barunya ... semoga saya mampu memerankannya ya Dad." Ujarku

"Kamu pasti bisa Dis, sengaja saya kasih kami peran antagonis, karena wajah kamu cocok untuk peran antagonis." Pak Lim memberikan penilaian

"Berarti saya make up karater dia dengan sedikit keras pak, memang matanya sih tajam, tapi wajahnya agak lembut." Usul make up artis

"Terserah kamu aja, saya sih terima jadinya aja Dora." Ucap pak Lim

"Bagi saya ini karakter baru Dad, karena selama ini saya selalu dapat peran protagonis." Aku bilang gitu pada pak Lim

"Sebagai pemain, kamu harus siap untuk memerankan karakter apa saja Dis, itulah yang akan membuat kamu merasakan nikmatnya berakting."

Pak Lim minta pada unit produksi agar aku di kasih skenario. Setelah aku terima skenario, dan aku membaca karakter peran aku, aku sangat senang, karena perannya sangat menantang. Ternyata pak Lim memperlajari karakter aku saat kami ngobrol di apartemennya kemarin.

"Kamu tahu gak kenapa saya panggil kamu kemarin, salah satunya ini, saya mau tahu karakter kamu. Hari ini saya coba membalikkan karakter kamu yang sebenarnya." Jelas pak Lim

Bersambung..

Gadis Bukan Perawan [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang