~ Rumah Prastowo dan Gadis ~

23 6 0
                                    

Kami sudah sampai di kawasan perumahan elite, di daerah Jakarta Selatan, tidak jauh dari gerbang utama. Kami sampai di rumah yang akan kami tempati setelah menikah nanti. 

Aku kagum dengan selera arsitektur Prastowo, dari depan rumah itu aku sangat terkesan dengan kemegahan bangunannya. Rumah itu, menurutku sangat mewah, dengan disain minimalis, sehingga tidak terkesan angkuh terlihat dari luar. 

"Inilah istana kita nanti Dis, kamu pasti sangat nyaman berada di dalamnya." Ucap Prastowo 

"Sejak kapan kamu siapkan rumah ini mas?" Tanyaku pada Prastowo 

Sambil mengajakku masuk ke halaman rumah itu, Prastowo pun menjelaskannya, 

"Rumah ini sudah aku bangun sejak satu tahun yang lalu, saat aku sudah ingin menikah, tapi aku baru ketemu jodohku sekarang." Jawabnya, "yuk sekarang kita lihat dalamnya." Ajak Prastowo 

Begitu masuk ke dalamnya, aku semakin kagum dengan disain interiornya, karena warna yang digunakan, tone warnanya sangat soft. Sehingga rumah itu benar-benar terlihat nyaman. 

"Ya Allah mas ... selera kamu bagus sekali, penataan interiornya juga minimalis, dan sangat berkelas." Aku memuji pilihan rancangan dalamnya 

"Kamu suka gak? Kalau gak sesuai selera kamu, bisa kita ubah Dis, karena nanti yang lebih banyak di rumah, pastinya kamu." 

"Aku suka banget mas ... ini semua sesuai dengan keinginan aku mas." 

Aku diajak melihat satu persatu ruangan yang ada di dalam rumah itu, dari mulai kamar utama, sampai kamar anak-anak, sudah disiapkan Prastowo. Yang membuat aku kagum lagi, kamar yang akan kami tempati interiornya sangat romantis. 

Aku tidak mengerti, bagaimana Prastowo bisa merencanakan semua itu, sementara dia sendiri saat itu belum memiliki calon isteri. 

"Bagaimana kamu bisa rancang semua ini? Sementara saat itu kami belum punya calon isteri? Gimana kalau calon isteri mas tidak suka dengan semua ini?" Aku coba menanyakan itu pada Prastowo. 

Dengan sangat entengnya Prastowo bilang, "Aku sengaja memilih desain yang minimalis Dis, karena desain seperti ini keindahannya universal." Jawabnya

Jawaban Prastowo sangat masuk akal, dan pada kenyataannya aku juga suka, karena memang sangat Indah dan nyaman. 

Prastowo mengajak aku duduk di ruang tamu, "Yuk kita ngobrol di ruang tamu, kamu akan merasa sangat nyaman disitu." Ajaknya 

Kami menuju ke ruang tamu, Prastowo memilih duduk di kursi panjang, dan aku mengikutinya untuk duduk di sebelahnya. Aku merasakan kenyamanan di ruangan itu, meskipun tidak pakai AC, tapi sirkulasi udaranya sangat bagus, sehingga ruangan itu terasa sangat sejuk. 

"Dis, kamu tidak usah sesali apa yang sedang kita alami saat ini, shooting itu hanyalah kegiatan sampingan kita." Prastowo menasehati aku 

Dia memeluk aku setelah dia mengatakan itu, "Kita tidak pernah tahu, apa rencana Tuhan di balik semua itu Dis. Yang pasti, rencana Tuhan selalu baik terhadap umatnya." 

Aku agak kaget mendengar nasehat Prastowo, karena jarang-jarang dia bicara seperti itu. Aku nyaman sekali dalam pelukan Prastowo, beban yang baru saja aku hadapi, rasanya menjadi sangat ringan. 

"Aku ingin bahagiakan kamu Dis, aku barharap, kamu adalah wanita yang pertama dan terakhir aku nikahi." Ujar Prastowo 

Masih dalam pelukannya, aku menjawab apa yang dikatakan Prastowo, "Aku juga mas.., sejak kenal kamu, tidak pernah ada keinginan di hati aku, untuk dekat dengan lelaki lain." 

"Aku sangat percaya sama kesetiaan kamu Dis, makanya aku tidak pernah takut kehilangan kamu." 

"Kalau aku cuma mencari kesenangan mas, mungkin sejak pertama, aku sudah terima keinginan pak Lim menjadikan aku sugar baby nya." 

Prastowo tidak terpengaruh dengan apa yang barusan aku katakan, dia tetap dengan posisi memeluk aku. Dia cuma mengatakan, "Apa ya yang ada di pikiran pak Lim? Apakah semua wanita itu sangat rendah dalam pandangannya?"

"Mungkin selama ini, banyak artis yang mudah jatuh dalam pelukannya, padahal artis-artis itu hanya ingin menikmati fasilitas kemudahan dalam mendapat peran mas." 

Prastowo mengalihkan pembicaraan ke soal rencana pernikahan kami, tadinya dia masih akan menunda, sampai kamu betul-betul siap untuk menikah. Dengan kondisi saat ini, kami tidak ada aktivitas shooting, dia ingin memajukan rencana pernikahan tersebut. 

Dia ingin perkenalkan aku dengan orang tuanya, aku tanya sama dia, apakah aku bisa di terima oleh kedua orang tuanya, karena aku bukanlah dari kalangan berpunya. Dia meyakinkan aku, bahwa kedua orang tuanya sangat demokratis. 

"Kamu siap kalau aku perkenalkan pada kedua orang tua aku Dis?" Tanya Prastowo 

Aku melepaskan pelukannya, aku menatap kedua mata Prastowo, 

"Kamu sudah yakin memilih aku menjadi isteri kamu mas? Menurut kamu, aku pantas gak masuk dalam lingkungan keluarga kamu?" 

Prastowo memegang kedua bahu aku dengan kedua tangannya, tatapan matanya tajam menatap kedua bola mataku, 

"Aku sangat yakin Dis, kamu pantas ada dilingkungan keluarga aku, dan aku yakin kalau pilihan aku tidak salah." Ucap Prastowo dengan sangat yakin 

Aku peluk Prastowo, setelah mendengar ucapannya, aku bergumam dalam hati, 

"Ya Tuhan ... jadikanlah ia suamiku, jika memang dia adalah jodoh terbaik untuk aku, jangan pisahkan aku dengannya Tuhan.." 

"Hidup aku sudah selesai Dis, aku cuma butuh ketenangan sekarang ini. Dan aku ingin baktikan diri aku untuk keluarga, dan orang-orang yang butuh bantuanku." 

Aku kembali kaget dengan apa yang dikatakan Prastowo, "Kenapa kamu bilang hidup kamu sudah selesai mas?" Tanyaku, "jangan dong, kita baru akan memulainya mas." 

"Yang aku maksudkan, aku sudah tidak punya kebutuhan lain Dis, kalau seandainya kita sudah menikah, aku sudah punya semuanya, aku sudah punya kamu Dis." 

Prastowo merasa setelah menikah denganku kebutuhan hidupnya sudah selesai, tidak ada lagi yang perlu dia kejar. Hidupnya hanya ingin di isinya dengan pengabdian, dan membantu sesama. 

Secara materi, dia merasa sudah cukup, tidak ada lagi keinginannya untuk mengejar materi. Baginya apa yang sudah dimilikinya saat ini, sangat patut dia syukuri. Dia hanya ingin fokus pada karir dan keluarganya. 

Bahkan, dia sendiri sudah tidak terlalu berambisi mengejar karir di film, tadinya di film hanya untuk memperluas pergaulan. Sebagai pengacara, dia butuh populeritas, dan di film dia merasa sangat mungkin untuk mendapatkannya. Tapi setelah dia terjun ke film, dia berpikir ulang untuk keinginannya tersebut. 

"Kalau gitu, mas akan meninggalkan karir di film juga setelah menikah?" Aku menanyakan sikapnya 

"Kemungkinannya iya Dis, karena apa yang aku bayangkan sebelumnya, tidak sesuai dengan kenyataan." Jawabnya 

"Apa yang mas bayangkan selama berkarir di film? Kan mas sudah dapatkan semua apa yang mas inginkan?" 

"Iya Dis, berkat terjun ke film, aku menemukan jodohku ya.." Ujar Prastowo sambil tersenyum 

"Kadang kita memang tidak pernah tahu mas, seperti apa takdir Tuhan yang akan kita terima, aku tidak pernah membayangkan mendapatkan jodoh di film." 

Aku dan Prastowo kembali berpelukan, kami sangat bersyukur, karena terjun ke film kami di pertemukan.

Bersambung.. 

Gadis Bukan Perawan [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang