EKSTRA BAB 2

2.1K 83 26
                                    

Halo! Apa kabar semua? Masih pada buka update dari cerita ini enggak? Kalau masih, wah! Makasih banyak!

Btw kalian tahu cerita ini dari mana?

1. Tim Tiktok ✓

2. Tim Instagram ✓

3. Tim Facebook ✓

4. Tim selain di atas ✓

Spesial Part Gibran-Sherin, nih! Mana yang katanya tim GISHER? Ramein komentar, yuk! Jangan lupa bintang di bawah juga, ya! Oke, Happy Reading.

Sangat disarankan sambil memutar lagu Sisa Rasa - Mahalini.

------

Laki-laki dengan setelan jas abu-abu berjalan memasuki resto seafood di jam setengah sembilan pagi. Dia mendekat ke arah meja nomor dua puluh satu, menunggu kedatangan seseorang yang nantinya akan bekerja sama dengannya. Dia adalah Aksa Gibran Pratama, mahasiswa semester tiga prodi manajemen.

Di tengah kesibukan masa kuliahnya, Gibran tetap mengurus kafenya yang makin berkembang. Apalagi setelah Haris memutuskan undur diri sejak dua Minggu lalu, membuatnya sering kali kewalahan antara kuliah dan tanggung jawabnya meneruskan usaha almarhum papanya.

Di usianya kedua puluh tahun, Gibran tak lagi menyandang status jomlo, seperti masa SMA-nya yang sering mendapat ejekan dari Deni. Melainkan, dia dan Arinta saling berkomitmen semenjak hari di mana Sherin dijadikan bahan percobaan kala itu. Namun, begitu Arinta lulus, keduanya terpisah oleh jarak karena beasiswa kuliah di luar negeri yang Arinta terima.

Lebih dari tiga puluh menitan, laki-laki yang ditunggu Gibran tak kunjung datang. Begitu terdengar notifikasi dari ponselnya, dia lantas mengeceknya. Rupanya meeting kali ini akan ditunda sampai akhir pekan nanti—sekitar empat hari lagi. Waktu Gibran terbuang sia-sia dengan menunggu tanpa hasil. Sebenarnya dia tidak suka dengan orang yang seperti ini, tetapi jika itu karena ada kepentingan keluarga, apa boleh buat? Terlebih laki-laki tadi memberi kabar bahwa istrinya akan segera melahirkan.

Entah kenapa hal itu membuat Gibran membayangkan bagaimana kehidupan keluarganya nanti, tentunya bersama dengan perempuan yang dicintainya. Siapa lagi kalau bukan Arinta? Perempuan yang berhasil mengambil hatinya, di saat banyak perempuan lain yang menginginkannya.

Tak mau berlama-lama di resto, Gibran beranjak untuk pulang. Namun, baru sampai di pintu resto, dia malah menabrak seseorang yang sangat dikenalinya.

"Ada Kak Gibran rupanya di sini. Lama kita nggak ketemu, ya, Kak?" celetuk Sherin. Orang yang tak sengaja bertabrakan dengan Gibran.

Gibran pun kaget melihat keberadaan Sherin di depannya. "Bagaimana kabar Anda?"

"Tumbenan nih nanyain dulu. Padahal tadi aku ada niatan nanyain itu juga lho."

"Selalu sama. Kenapa tidak langsung to the point menjawab pertanyaan saya?"

"Hafal nih ceritanya? Kabar aku baik kok, Kak. Kak Gibran sendiri gimana? Sibuk banget nih kalau dilihat, bahkan pasti nggak tahu kan kalau kita ini satu fakultas di universitas yang sama?"

Banyak orang berdatangan memasuki resto, membuat Gibran menarik tangan Sherin untuk duduk di kursi terdekat. Tak enak juga jika mengobrol sambil berdiri, apalagi di dekat pintu masuk.

"Kabar saya baik. Anda mengambil program studi apa di sana?"

"Kalau Kak Gibran kan manajemen, nah kalau aku ambil akuntansi, Kak. Eh, ngomong-ngomong Kak Gibran di sini sendiri? Lagi nggak ada kelas emangnya, Kak?"

Formal Boy (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang