BAB 35

1.4K 121 101
                                    

Aroma isi gudang menyeruak masuk dalam indra penciuman Arinta. Ia celingukan ke sana ke mari mencari seseorang yang memintanya untuk ke tempat sekarang ia berada.

Sekitar sepuluh menit yang lalu, Arinta tidak sengaja bertabrakan dengan Lia.

"Rinta, lo disuruh Pak Eko ke gudang sekarang!" Lia terlihat merapikan seragamnya yang tak rapi.

"Emang kenapa?" tanya Arinta.

"Udah ke sana aja. Lo mau dihukum, hah!"

"Oh, oke deh. Makasih infonya."

"Yoi, sama-sama. Gue balik duluan."

Hal itu yang membuat Arinta saat ini berada di gudang sekolah. Namun, anehnya dari tadi tidak ada siapa pun yang masuk ke dalam gudang—termasuk Pak Eko yang memintanya, atau mungkin ini hanyalah akal-akalan Lia saja, tetapi untuk apa dia melakukannya.

Hingga suara derap langkah orang membuat Arinta dengan spontan menoleh dan muncul Gibran.

"Sedang apa Anda di sini?" tanya Gibran.

"Gue dipanggil guru ke sini, Kak. Kak Gibran sendiri?"

"Sama."

Lima belas menit kemudian, guru yang mereka tunggu tak kunjung datang dan tanpa mereka sadari pintu gudang kini telah dikunci oleh seseorang. Siapa lagi kalau bukan Deni. Yap! Ini adalah rencana yang Deni maksudkan tadi. Ia ingin memberi waktu mereka berdua, kurang lebih setengah jam lah.

Namun, yang terjadi di dalam gudang justru Gibran dan Arinta saling diam. Hingga akhirnya Arinta sadar jika semua ini memanglah jebakan oleh seseorang—yang dirinya sendiri tak tahu siapa orang itu. Sungguh betapa anehnya tadi, Arinta tidak menunggunya saja di luar dan malah masuk ke dalam gudang.

Saat mendekat ke arah pintu, Arinta berusaha menarik kuat-kuat pintu itu agar terbuka, tetapi hasilnya sama saja. Pintu itu masih tertutup rapat.

"Kak Gibran kita di kunciin di sini. Terus gimana ini?" tanya Arinta yang mulai cemas.

"Jangan panik, ada saya di sini. Lebih baik sekarang Anda duduk," jawab Gibran sambil menenangkan Arinta.

Ketika Arinta membuka ponselnya, ternyata paket data yang ia miliki telah habis, pulsa pun sama. Di tambah, baru dua menit menyala pnselnya tiba-tiba menampilkan layar gelap, sebab daya baterainya telah habis.

Lain halnya dengan Gibran, ia kaget setelah membuka ponselnya yang menampilkan sebuah pesan dari sahabatnya.

WhatsApp

Deni:
Gue yang kunciin lo di gudang! Gue mau bantu lo ungkapin perasaan lo sama dia. Gue tahu, Khalida yang lo maksud tadi itu Arinta kan?
(14.03)

Anda:
Buka pintunya sekarang! (14.16)

Deni:
Gue buka ntar 14.35. Kalau gue inget, tapi. Ini gue lagi di rooftop sama Friska. (14.16)

Oh, iya lo kirim pesan lagi nggak gue bales! (14.17) ~Read

Percuma saja Gibran jika membalasnya, alhasil ia memasukkan kembali ponselnya pada saku celananya dan duduk di sebelah Arinta.

Di sini Gibran juga aneh, mengapa ia tidak meminta bantuan dari orang lain? Apa mungkin ia senang bisa terkunci berdua dengan Arinta?

"Gimana, Kak? Udah ada yang mau ke sini buat bukain pintu kan?" tanya Arinta.

Gibran yang hanya terdiam sambil memandang lekat Arinta. Tiba-tiba saja Arinta curiga akan sesuatu yang kemungkinan terjadi.

Formal Boy (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang