BAB 24

1.2K 136 223
                                    

"Arinta bisa ikut dengan saya?"

Baik Arinta maupun Sherin merasa kaget. Tak sampai situ saja, murid lain yang duduk di sekitar mereka ikut terkejut.

"Mau ngapain, Kak?" tanya Sherin.

"Saya tidak sedang berbicara kepada Anda."

"Ya, tapi kan aku cu—" Perkataan Sherin terhenti kala ia melihat Gibran menarik tangan Arinta lalu membawanya pergi.

Baru Sherin berdiri—berniat untuk menyusul mereka berdua, tetapi Lia justru memanggilnya. Mau tak mau ia tak jadi mengikutinya.

Sementara Gibran membawa Arinta ke gerbang sekolah. Arinta mengerutkan keningnya bingung, mengapa Gibran membawanya ke sini? Bahkan hatinya pun merasa tak nyaman.

"A–da apa, Kak?" tanya Arinta. Ia gugup tatkala hampir semua pasang mata di sekeliling memperhatikan dirinya.

"Boleh saya minta bantuan Anda?"

"Bantuan apa, Kak?"

Jujur, ingin sekali Arinta pergi meninggalkan Gibran saat ini. Namun, melihat wajah tulus itu, ia urungkan niatnya.

"Bujuk Bella untuk kembali ke rumah saya," pinta Gibran.

Arinta mengangkat sebelah alisnya, memangnya apa yang terjadi dengan Bella, dan mengapa Gibran meminta dirinya bukan orang lain.

Melihat tak ada respon dari lawan bicara, Gibran memperhatikan sekitar yang memandang remeh ke arah Arinta. Alhasil, ia menarik kembali tangan Arinta dan membawanya keluar dari area sekolah.

Padahal acara HUT tengah berlangsung meriah. Berbagai pentas seni dari masing-masing kelas mulai menampilkan hasil kerja keras mereka latihan.

"Sebenernya tadi maksudnya apa sih, Kak. Gue beneran nggak tahu dan kenapa Kak Gibran nyuruh gue buat bujuk Bella? Bujuk gimana maksudnya? Emangnya Bella ke mana, Kak?" Berbagai pertanyaan terlontar dari mulut Arinta.

Arinta sudah merasa sedikit nyaman begitu tak ada lagi ada orang yang menatapnya sinis. Walau begitu, ia yakin setelah kejadian ini. Pasti akan banyak sekali gosip-gosip tentang dirinya. Ia berharap semoga tak ada yang sampai mencelakainya.

Tiba-tiba Gibran menarik sudut bibirnya, ia menyelipkan rambut Arinta ke bagian belakang telinga. Setelah itu, kedua mata mereka saling beradu pandang. Keduanya lenyap dengan keadaannya sekarang. Namun, saat Arinta segera memalingkan wajahnya.

"Bella sekarang ada di rumah teman Anda."

"Sherin maksudnya, Kak?" Arinta langsung tahu, karena memang di sekolah ini hanya Sherin yang dekat dengannya.

"Iya. Bisa membantu saya?"

"Memangnya kenapa Bella bisa ada di rumah Sherin?"

"Ceritanya panjang. Saya masih ada urusan. Jadi, bagaimana? Bisa membantu saya?"

Arinta tersenyum, lantas mengangguk.

"Baiklah, nanti malam Anda tunggu di gerbang setelah saya tampil." Gibran berlari memasuki sekolah setelah mengucapkan hal itu.

Kak Gibran mau apa lagi? batin Arinta.

-----

Waktu telah menunjukkan pukul tiga sore, acara HUT dihentikan untuk istirahat dan sebagainya. Akan dilanjutkan pukul lima nanti.

Semua kamar mandi penuh dengan antrean murid yang, banyak dari mereka yang merasa gerah. Termasuk Sherin yang kini sedang mengantre di kamar mandi lantai dua bersama dengan Arinta.

Formal Boy (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang