22. Kind-hearted Hyun

374 84 73
                                    

2 minggu kemudian...

Hari ini adalah hari Senin. Seorang pemuda yang masih berkuliah dan baru saja pulang kuliah, diutus oleh ibunya untuk mampir dahulu ke Pasar Gwangjang. Dengan tergesa, ia berlari kencang menuju toko tujuan sebelum tempat itu tutup karena petang. Selain akan diomeli ibunya, sungguh usahanya berlari dari pintu masuk pasar menuju toko tersebut akan sia-sia saja jadinya.

Di ujung larinya, Haechan melihat seorang pemuda—karyawan, sudah siap ancang-ancang menutup folding gate toko tersebut. Matanya langsung terbelalak dan berlari lebih kencang. "Hei, jangan ditutup dulu!" serunya sampai serak.

Seketika, yang sudah mau menutup tokonya pun tersentak dan menoleh pada sumber suara. Mendapati Haechan yang akhirnya sampai di sebelahnya dengan keadaan terengah-engah.

"Tolong... jangan di... tutup dulu, hah... hah...." Haechan memegangi dadanya yang terasa terbakar akibat berlari begitu kencang.

"Ya ampun, Haechan. Hampir saja kau terlambat, aku sudah mau tutup. Kasihan... ayo, masuk," ajak orang itu dengan suara lembut dan pelan khasnya. Memegang punggung si pelanggan, tanda mengajak untuk masuk ke dalam tokonya.

"Iya, aku tadi–" Manik Haechan sontak membesar, mengerjap-ngerjap lambat penuh kedramatisan. Sudah tersadar akan siapa yang menjadi lawan bicaranya, ia pun berucap, "K-Kak Baekhyun?" dengan terbata.

"Iya?" tanya Baekhyun balik. Pasalnya, wajah Haechan yang sangat terengah itu kini dipadu dengan ekspresi kaget yang sangat kentara.

"Ya ampun... apa ini benar-benar Kak Baekhyun? Sial. Kenapa dia sudah seperti ini? Maksudku... dia sudah... kurus? Ah belum, dia belum kurus, masih berisi. Tapi... astaga, sudah berbeda sekali! Padahal, terakhir kali aku bertemu dengannya waktu sebelum peristiwa dia ditikam itu... dia masih sangat gendut. Dan ini... sudah... ya ampun apakah dia baru saja sedot lemak? Ternyata dia tampan juga kalau sudah seperti ini–"

"Haechan? Kenapa melamun seperti itu?" tanya Baekhyun hati-hati.

Spekulasi hati Haechan pun buyar. Ia mengerjap-ngerjap cepat, meraih kesadaran. "Ah, iya, maaf. Kak Baekhyun... sudah berbeda sekali. Aku... aku sampai pangling hingga terdiam seperti orang bodoh, hehehe," tawa Haechan terdengar sumbang, namun yang dikatakannya adalah kejujuran.

Baekhyun tersenyum kecil. "Iya. Semua orang yang bertemu denganku bilang seperti itu. Bahkan, ibuku sendiri seperti itu," ujarnya.

Haechan pun manggut-manggut dan menyengir, sambil masuk ke dalam toko kain besar tersebut bersama dengan pemiliknya juga.

"Mau cari kain apa?" tanya Baekhyun, sudah berada di dalam. Keduanya berjalan bersamaan.

"Apa lycra ada?"

"Ada. Butuh warna apa?"

"Apa saja. Soalnya, ini hanya pesanan random," terang Haechan.

Baekhyun hanya mengangguk, lalu berjalan di depan Haechan untuk menunjukkan area kain lycra berada. Dan Haechan, bukannya memikirkan si lycra, malah memandangi Baekhyun yang berjalan di depannya. Memikirkan tentang ukuran tubuh Baekhyun yang sedikit lagi akan seukuran dengan tubuhnya.

"Ini, kau pilih saja. Di sini, rak bagian khusus lycra," ucap Baekhyun setelah sampai di depan rak kain yang ia maksud.

Haechan mengangguk sekadar, lalu beralih pada gulungan-gulungan kain yang ada di depannya. "Emm, Kak Baekhyun, aku boleh bertanya?" ucapnya kemudian.

"Ya?"

Tangan Haechan sedang meraba-raba tekstur kain lycra biru muda dan toska muda, membandingkannya. "Kak Baekhyun kehilangan banyak berat badan, apa rahasianya?" tanyanya dengan senyuman ringan.

EVERLASTING (Fanfiction) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang