13. Togetherness

374 103 133
                                    

...........

"Kau di mana, Baekhyun? Aku akan menemuimu sekarang."

Baekhyun terdengar menarik cairan hidungnya sebelum berucap, "tidak perlu, Hyeran. Aku... maaf, aku hanya tidak bisa menahannya lagi. Maafkan aku. Kau... kau tutup saja telepon ini. Aku meneleponmu hanya mau mengajak bertemu saja, besok."

Hyeran menggeleng-gelengkan kepala meski Baekhyun tidak melihat. Bagaimana mungkin Hyeran menutup telepon ketika suara Baekhyun terdengar hancur dan putus asa. Mana tega Hyeran meninggalkan Baekhyun sendiri dengan nelangsa yang entah tentang apa.

"Baekhyun, ayolah... izinkan aku menemuimu. Kau di mana sekarang?" Namun bukan Hyeran namanya kalau tidak suka memaksa Baekhyun.

"Aku di rumah... jangan ke rumahku, tidak usah."

"Tapi kau menangis. Aku tidak suka mendengarnya."

"Maafkan aku...."

"Berhentilah minta maaf! Kau tidak perlu minta maaf hanya karena kau menangis!" Hyeran hampir berteriak. Ia tidak bermaksud membentak Baekhyun. Hanya ikut emosional saja mendengar Baekhyun yang bersedih.

Dan, Hyeran itu dominan. Jadi, maklumi saja.

Baekhyun terdengar diam saja. Hyeran bangkit dari kursi kamarnya, memegang kepala sambil bermondar-mandir pelan. Ia menghela napas. "Baekhyun, dengar." Suara Hyeran merendah.

"...."

"Apa kau marah padaku karena aku baru saja membentakmu?"

"Tidak...."

"Syukurlah, itu bagus. Karena maksudku tidak seperti itu."

"I-iya, aku tahu."

"Aku akan ke rumahmu. Tidak ada penolakan. Aku akan menjemputmu. Kita ke luar malam ini. Dan jangan lupa bawa hadiahku," ucap Hyeran lancar sekali.

"Ta-tapi, Hyeran–"

"Sudah. Kau tidak usah banyak tapi."

Akhirnya, Baekhyun pun kalah. Tidak bisa mendebat paksaan Hyeran yang sungguh powerful. Lemah sekali memang si Baekhyun.

Sambungan suara pun Hyeran tutup. Wanita itu segera berganti baju dengan sembarang asal cepat. Hyeran sebetulnya takut. Kalimat Baekhyun tadi, begitu ambigu.

"...besok, apa bisa? Aku ingin memberikan hadiahmu. Sudah tidak ada waktu lagi, aku takut jika semuanya tidak jadi."

Hyeran mendengus keras. "Apa sih maksudnya berkata seperti itu? Sudah tidak ada waktu lagi? Apanya yang tidak ada waktu lagi, huh? Jangan berani macam-macam, Byun Baekhyun! Aku tidak akan memaafkanmu jika kau berani sedikit saja melukai dirimu sendiri!" Hyeran bersungut dan memarahi isi lemarinya.

Ia membuka kaus rumahannya, lantas menggantinya dengan pakaian yang lebih pantas. Kemeja berbahan lembut berwarna krem. Kemudian, mengganti celana pendeknya menjadi jins hitam panjang model highwaisted. Semuanya ia lakukan dengan gerakan cepat.

Selesai berpakaian, ia mengambil bedak, memakainya dengan cepat. Mengambil lipbalm, mengoleskannya dengan cepat. Rambut ia biarkan terurai. Tas mungil abu-abu, ia raih dan bawa. Tak ada waktu lama-lama untuk mematut diri di depan kaca. Hyeran takut Baekhyun melakukan hal yang tidak-tidak.

Menuruni tangga dengan tergesa, tatapannya bertemu dengan milik sang Ayah di ujung tangga. "Mau ke mana buru-buru sekali?" Tuan Ji langsung menyergap.

EVERLASTING (Fanfiction) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang