26. Hyeran's Patron

438 90 93
                                    

Dewi Fortuna tidak berpihak pada Hyeran– ah, maksudnya pada Tuan Ji, ayah Hyeran. Anak pertamanya tidak memenangkan olimpiade panahan internasional tahun ini. Hanya mendapat peringkat ke-2 sebab skornya yang kalah tipis dari atlet Indonesia yang menjadi lawannya di final. 652 - 677.

Tidak apa-apa, Hyeran tidak masalah dengan hal itu. Mau menang, mau kalah, mau masuk babak rendah, babak tinggi, Hyeran biasa-biasa saja. Dan syukurnya, ayah Hyeran cukup puas anaknya bisa di titik sekarang meski tidak juara pertama.

Di tribun penonton, ada Baekhyun yang berdiri dengan tepuk tangan bangga. Memandangi gadisnya yang sedang tersenyum-senyum lebar penuh pencitraan dari kejauhan.

"Kau tersenyum sungguh cerah. Sebenarnya... apa kau benar-benar sebenci itu pada panahan?" Baekhyun bertanya-tanya dalamnya hati. Merasa penasaran akan apa yang sesungguhnya bersembunyi di relung sang kekasih.

Selebrasi normal diadakan setelah pertandingan final seperti ini selesai dilangsungkan. Kamera-kamera dari berbagai macam stasiun televisi merekam momen yang ada. Kumpulan jurnalis sibuk merekam dan mencatat, untuk modal mereka menulis berita di media cetak dan situs olahraga.

Choi Haru, dari awal pertandingan sampai akhir pertandingan tidak melihat keberadaan Baekhyun yang ternyata ada di sekitarnya. Namun mujurnya, tribun mereka berjauhan. Tapi kalau pun berdekatan, tetap saja mereka berdua belum saling kenal wajah.

Beberapa saat kemudian, terlihat Hyeran yang sudah beranjak dari tempat berdirinya para juara. Wanita itu melipir ke pinggir lapangan menemui pelatih dan timnya, juga orangtuanya yang duduk di tempat duduk depan VIP.

Baekhyun, tidak akan seperti waktu itu lagi. Ia bangkit, berjalan menuju pinggir dan menuruni tangga tribun. Melangkah yakin tuk menghampiri gadisnya di pinggir lapangan. Teringat pada pesan Minseok beberapa hari lalu sebelum dirinya bertolak ke Tokyo. "Kau pacarnya! Harus menghampiri Hyeran setelah pertandingan selesai! Ingat itu!" cetusnya berapi-api.

Maka, di sanalah Baekhyun sekarang. Dengan senyuman yang selalu tipis-tipis saja, ia menatap Hyeran sambil terus mendekat. Hingga akhirnya, ia sampai di area pinggir lapangan, di dekat papan-papan baliho sponsor berada. Menunggu Hyeran tuk menatapnya juga.

 Menunggu Hyeran tuk menatapnya juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jarak mereka sekitar 7 meter. Mau mendekat sampai di titik tepat, Baekhyun agak sungkan. Sampai akhirnya, Hyeran menatap prianya. Berjas cokelat, tengah menatap teduh padanya. Tersenyum tipis ala dirinya. Hyeran membalas dengan senyuman lebar.

Senyum Baekhyun pun terukir lebih cerah tanpa sadar. Gadisnya melambai semangat, lalu memanggilnya dengan isyarat tangan. "Sini!" katanya.

Baekhyun mengangguk, lalu berjalan sampai di titik tuju. "Selamat sore, Bibi Heesa, Paman Ji." Ia menunduk singkat, berujar ramah kemudian.

"Baekhyun? Kau di sini?" Bibi Heesa terkejut. Bukan karena Baekhyun sudah tidak gendut—karena mereka sering bertemu baik di toko atau di rumah ketika Baekhyun mengantar kain. Ia terkejut karena melihat Baekhyun yang tiba-tiba ada di arena olimpiade anaknya.

EVERLASTING (Fanfiction) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang