..........
"Ibu yang harusnya minta maaf. Kau pasti sangat membenci Ibu karena sudah tahu semuanya, kan? Ibu minta maaf padamu...," lirih Ibu penuh pengharapan.
Baekhyun menggeleng-geleng. Air matanya jatuh menetes. "Tidak, Bu...."
Ibu menggenggam tangan Baekhyun. Sedikit diremas sebagai tanda bersungguh-sungguh. "Ibu sudah bertanya pada Dokter Junmyeon secara pribadi. Dia bilang... kau sudah mengetahuinya sejak kontrolmu pertama kali. Ibu ingat... hari itu kau pergi ditemani Sunhee, kan? Lalu, tidak lama setelah itu... kau bilang ingin tinggal sendiri dengan alasan ingin mandiri...."
Baekhyun menatap lirih. Air matanya keluar membasahi pipi. "Bu–"
"Tapi itu semua bohong, kan? Kau bohong. Kau benci pada Ibu, makanya kau tidak mau melihat muka ibumu ini lagi...," isak Ibu begitu sendu. "Iya kan, Baekhyun?" desaknya lagi, menangis sambil menggenggam kedua bahu Baekhyun.
Baekhyun tak kuat lagi menatap sang ibu. Ia menunduk. Bahunya bergetar, lalu tangannya menutup wajah yang menangis kian pilu. Ia menggeleng-geleng tidak mau. Tidak mau jika harus jujur.
"Baekhyun." Ibu menangkup wajah Baekhyun yang sudah basah. "Apa kau membenci Ibu sekarang? Kau membenci Ibu, kan?" tanyanya putus asa.
Lagi-lagi, Baekhyun menggelengkan kepalanya. "Tidak, Bu... justru karena aku tidak mau membenci Ibu, makanya aku pindah dari rumah," akunya pelan sambil menangis.
Ibu tertegun dengan wajah basahnya. Rasanya bagai tercekat. Ia menatap Baekhyun dengan raut tidak terlalu paham.
"Karena aku tidak mau membenci Ibu... aku tidak mau jadi anak yang tidak baik. Aku selalu ingin jadi anak baik Ayah dan Ibu... apalagi, Ibu sudah mengandung dan melahirkanku dengan susah payah, aku tidak mau kesedihanku membuatku membenci Ibu... aku benar-benar takut. Aku tidak mau...." Baekhyun menggeleng-geleng pelan. Air matanya berjatuhan banyak.
"Baekhyun...." Ibu melirih perih, menggenggam sebelah pipi Baekhyun yang tak lagi kering.
"Saat mengetahui kalau Ibu yang–" Baekhyun bahkan tak sanggup mengatakannya. Ia tak mau menyalahkan ibunya.
"–iya, aku mengaku... aku sedih... aku sangat kecewa. Aku menangis saat mengetahuinya. Aku jadi sering mengingat masa kecil dan masa remajaku... mengingat bagaimana teman-temanku mengejek dan tidak mau bergaul denganku... aku mengingat hinaan-hinaan mereka. Lalu, aku akan menangis setelah itu. Sampai hari ini... aku masih sesekali menangis jika mengingatnya... makanya, lebih baik aku menjauh dari Ibu... karena aku tidak mau membenci Ibu," jelas Baekhyun apa adanya. Wajahnya sudah merah, banjir air mata.
Tangis Ibu kian menggema, ia kembali memeluk putra tertuanya. "Baekhyun, maafkan Ibu...," tangisnya memohon. Ia sudah tidak tahu bagaimana harus merespon.
Baekhyun sibuk menangis di pelukan Ibu. Satu pun kata tak lagi mampu lolos dari mulut.
"Ibu sangat bodoh... tidak mengetahui apa yang Ibu lakukan. Ibu bukan ibu yang baik untukmu, Baekhyun... kau berhak membenci Ibu yang seperti ini...," ujarnya semakin terisak. Ia memeluk kencang sebab sesal yang mendera.
"Kau menderita karena Ibu... lalu Ibu dengan bodohnya menyalahkanmu atas sesuatu yang kau sendiri tidak tahu... Ibu yang membuatmu seperti itu, Baekhyun... tapi Ibu malah menghujatmu... tidak beda dengan teman-temanmu yang jahat-jahat itu...," isak Ibu sudah tak karuan.
Baekhyun benar-benar bungkam. Tak pandai bernarasi panjang. Dihimpit situasi seperti ini, ia hanya bisa menangis lara. Yang ia tahu, hatinya selalu sakit sejak dulu akibat perundungan yang dilakukan para teman, adik, dan ibunya. Sampai detik sekarang, ia masih menyimpan sakit hati itu. Belum dapat hilang begitu saja walau kini semua orang melempar kata 'tampan' untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERLASTING (Fanfiction) ✔️
FanfictionWangeun dan Soondeok kembali bertemu setelah 10 abad lalu cinta mereka direnggut oleh maut. Namun, mereka harus memulai semua dari awal, sebab meski mereka adalah reinkarnasi dari Wangeun dan Soondeok, Byun Baekhyun dan Ji Hyeran tidak seperti kedua...