Keesokan harinya...
Kumpulan asap nikotin menyatu-padu di udara bersama gas O². Mengepul di dekat kepala yang tengah merencanakan hal kotor dan tak baik jika dibicarakan. Kakinya terangkat tinggi-tinggi di atas meja, merasa dirinya yang paling terhormat di atas dunia.
"Kalian cari tahu asal-usulnya. Jangan sampai salah. Aku tidak akan membiarkan dia bersenang-senang dengan apa yang seharusnya menjadi milikku."
"Baik, Bos. Kami akan melacak tentangnya secepat mungkin."
"Bagus. Aku tunggu kabar kalian. Tidak pakai lama!"
"Baik, Bos. Lalu kalau sudah dapat, harus kami apakan dia, Bos?"
"Tidak perlu diapa-apakan dulu. Pokoknya lapor saja dulu. Setelah itu, kalian tunggu perintahku selanjutnya."
"Dimengerti, Bos!"
*pip
Satu seringai licik meluncur di bibir orang yang baru saja menelepon bawahan-bawahannya. Sebuah perintah telah ia buat dan titahkan—mencelakai orang yang tidak disukainya meskipun belum pernah ditemuinya. Siapa maksudnya? Betul, kekasih Ji Hyeran.
Ya, Choi Haru bahkan belum mengetahui siapa nama orang yang ia benci itu. Namun kekesalan dan dendam sudah bergabung begitu menggebu. Ingin memisahkan orang itu dari wanita yang ia tunggu-tunggu. Tidak sudi Haru jika 'perjuangannya' selama ini gagal hanya karena lelaki yang baru masuk.
Hah? Baru masuk? Baru masuk sejak seribu tahun lalu maksudmu?
Sekilas, ia menatap tanggal yang tertampilkan di layar ponsel. Setahu Haru, besok Hyeran akan pergi ke Tokyo, Jepang untuk pertandingan babak semi final. Ia pun berniat tuk menelepon sang pujaan dengan harapan tidak keduluan 'saingannya'.
"Hm, ada apa?"
Haru terkekeh sok tampan. "Galak sekali, sih. Bagaimana kabarmu, Hye? Besok, jadi ke Tokyo?"
"Sudah tahu jadi, masih ditanya."
Lelaki itu kembali tertawa. "Astaga, kau jangan galak-galak, nanti aku tambah suka, bagaimana?"
"Dasar gila. Cepatlah, kau mau apa meneleponku?" Hyeran semakin jengah.
"Hanya mau bertanya saja, soalnya aku ingin mengantarmu juga ke bandara. Atau... aku ikut saja ke Tokyo, hm? Aku akan menemanimu di sana. Memijatmu saat kau lelah—"
"Dasar mesum! Kau tidak boleh ikut ke Tokyo!"
"Hahaha, iya, iya. Aku hanya bercanda. Lalu... pacarmu itu, apa dia akan ikut ke Tokyo? Waktu olimpiade kemarin, sepertinya dia tidak ada, ya? Soalnya aku tidak melihat satu pun lelaki asing yang menghampirimu. Semuanya hanya yang aku kenal-kenal saja." Haru berujar ringan, berusaha memancing rupanya.
Namun Hyeran hanya diam tak menjawab. Sebab dirinya yang masih belum mau berkomunikasi dengan Baekhyun itu bahkan belum mengabari si lelaki kalau dirinya akan berangkat ke Tokyo besok.
"Itu bukan urusanmu." Suara Hyeran merendah, tidak seketus tadi.
Mata Haru memicing senang. "Oh, apa jangan-jangan... kalian sedang bertengkar, ya? Wah, wah... kasihan sekali pasangan baru ini."
"Berisik!" Hyeran menyentak, lalu menutup teleponnya sepihak.
Haru sedikit terkaget, namun ia menyeringai kemudian. Dugaannya mungkin benar, bahwa Hyeran dan pacarnya sedang bertengkar. Ia menatap layar ponsel, masih dengan senyuman licik yang menyebalkan.
"Hyeran, Hyeran... kau bilang aku playboy dan brengsek, tapi pacarmu itu sepertinya lebih brengsek dariku, ya? Buktinya, baru berpacaran beberapa hari saja, sudah membuatmu kesal seperti ini, hehe. Makanya, sudah kubilang denganku saja," monolognya begitu tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERLASTING (Fanfiction) ✔️
FanfictionWangeun dan Soondeok kembali bertemu setelah 10 abad lalu cinta mereka direnggut oleh maut. Namun, mereka harus memulai semua dari awal, sebab meski mereka adalah reinkarnasi dari Wangeun dan Soondeok, Byun Baekhyun dan Ji Hyeran tidak seperti kedua...