51

5K 422 23
                                    

Udah lama gak update cerita ini hehehe.. Apakabar kalian semua? Semoga baik baik aja ya.

Hari ini karena banyak yang kangen sama author, cielahhh!! Kayak apa aja, maklum pada jomblo ya🤣
Author mau update cerita ALDEBARAN, pasti pada ga sabar kan?

Jangan lupa divote, komen.
GERATIS!! SERIUS DAH!

Masih pada inget kan alur ceritanya? Kalau lupa ya baca dari awal lagi.




"Ndin.." Panggil Aldebaran menggoyang goyangnya badan Andin, namun matanya masih terpejam. "Ndin!!"

"Hm?" Andin membalikkan badannya ketika Aldebaran tak henti hentinya memanggil namanya. "Kenapa?" Tanya Andin masih setengah sadar.

"Sakit.." Balas Aldebaran lemas.

Andin yang mendengarnya langsung membuka mata, "sakit?!" Andin bangun dari tidurnya dan meraba raba tangan Al. "Kamu demam?! Tapi kok gak panas?!"

"Tapi kepala saya pusing ndin." Ucap Aldebaran meyakinkan Andin.

"Aku ambilin teh hangat dulu ya sama obat, kamu disini jangan gerak, jangan kemana mana! Sekarang aku yang ambil alih, kamu diem!" Andin turun dari kasur dan bergegas ke dapur.

"Mas, ini minum teh hangat nya biar badan kamu agak mendingan dikit." Ucap andin menaruh teh hangatnya di rak dekat Aldebaran tidur. "Sini mas aku bantu."

"Kalo minumnya sambil tidur bisa ndin?"

"Gimana konsepnya mas kalo minum sambil tidur? Nanti kalo airnya masuk ke hidung gimana?"

"Kepala saya pusing banget ndin!!" Ucap Aldebaran menarik selimut nya lebih keatas.

"Namanya demam, ya pusing lah."

"Tapi ini rasa pusing nya tuh beda!!" Elak Aldebaran.

"Beda gimana?"

"Iya beda, rasanya kayak pengen minta dicium kamu terus." Ucap Aldebaran tersenyum melirik Andin yang duduk disebelahnya.

Andin yang daritadi sudah khawatir mendengar perkataan Al barusan tak tanggung tanggung ia langsung memukuli bahu Al.

"Aw!! Sakit ndin!!kamu–"

"APA?! AKU UDAH KHAWATIR LOH MAS, KAMU BISA BISANYA HIIHHH!!!" Andin memukuli bahu Aldebaran lagi dengan tambahan cubitan kecil namun mematikan.

"AWW!! ANDEN!! SAKIT!"

"BODOAMAT! SALAH SENDIRI TENGAH MALEM BIKIN ORANG EMOSI." Andin meminum teh yang seharusnya diberikan ke Al.

"Tapi saya emang sakit ndin.."

"APA?! SAKIT APA?! SAKIT JIWA?!"

Andin meletakkan teh hangat di rak dan berjalan kembali kekasur.

"Ndin... Saya sakit beneran."

"BODOAMAT."

"ANDIN!!"

"TERSERAH!!" Andin menarik selimut nya hingga keatas kepala, menutup telinga nya agar tidak terdengar suara suara ghoib dari arah belakang. "Gitu ya sama saya ndin, lihat aja ndin, lihat!!"

"Mata aku merem, jadinya gak bisa lihat"

Andin membuka matanya ketika ia tak mendengar jawaban Al lagi, "kok gak jawab? Kamu udah tidur mas?" Andin membalikkan badannya, "ALLAHUAKBAR MAS!"

Aldebaran tidur tepat dibelakang Andin, ia tersenyum lebar. "Kamu ngapain sih deket deket aku? Aku mau jatuh ini!" Ucap Andin melihat Al tersenyum senyum sendiri.

"Ya emang kenapa? Kalau jatuh tinggal saya tolongin." Balas Al merapat rapatkan badannya ke Andin.

"Aku serius loh mas, ini aku udah diujung kasur, kamu gerak aku jatuh!"

"Saya gak mau geser kalo kita gak baikan dulu."

Andin menatap Al dengan muka garang, sedangkan Al ceringas ceringis seperti tidak ada dosa. "Yaudah baikan, aku minta maaf." Ucap Andin.

"Yang ikhlas dong.."

"Iya, aku min– LOH LOH!!! KOK JADI AKU YANG MINTA MAAF?! HARUSNYA KAMU YANG MINTA MAAF MAS!" Kesal Andin bangun dari posisi tidurnya.

"Ya siapa nyuruh kamu minta maaf? Kan saya bilangnya kita baikan, emang ada saya nyuruh kamu minta maaf?"

"Mas..... Badan aku ini udah berasap loh, kalo kamu ngomong lagi, habis kamar kita kebakar."

"Yaudah gak usah marah marah gitu, saya minta maaf ya? Saya minta maaf, saya salah," Aldebaran menoel noel pinggang Andin, namun Andin tak meresponnya. "Ndin.. Andin!! Saya minta maaf, malem malem masa kita berantem sih? Ditunda dulu besok aja berantemnya."

"Siapa juga yang mau berantem? Males, mau tidur, ngantuk." Andin mengambil bantalnya untuk dipindah ke samping kiri Aldebaran, namun Aldebaran mencegahnya. "Sini aja!!" Al menarik tangan Andin membuat Andin jatuh diatas tubuh Aldebaran.

"Mas udah deh mas, besok aja ya, aku ngantuk, kamu gak ada kerjaan bohongin aku malem malem gini."

"Kan saya udah minta maaf, ya kamu sih tidur belakangin saya, saya gak mau." Aldebaran menjepit Andin dengan kaki nya.

"Terus maunya gimana sekarang?" Tanya Andin menatap Aldebaran.

"Yaaaa...."

"Ya apa? Yang jelas!"

"Yaaa tidur."

"Yaudah, lepasin."

"Gak mau, kamu malam ini boleh saya izinin tidur tapi syaratnya harus saya peluk." Balas Al menepuk nepuk pelan punggung Andin.

"Yaudah, tapi jangan gini posisinya, sakit itu aku keteken sama badan kamu." Ucap Andin geli.

"Itu apa?" Tanya Aldebaran malah ingin memperjelas.

"Punya nya Reyan."

"Yakan itu juga punya saya." Balas Aldebaran berpindah posisi tidur diatas badan Andin.

"HIH!! Orang orang diluar sana liat kamu ih Pak Aldebaran cool banget, dingin, misterius, padahal aslinya.."

"HUSTT TIDUR!! KALO GAK TIDUR SAYA AJAK KAMU DINAS MALAM." Ucap Aldebaran.

"IYA INI AKU MEREM." Jawab Andin secepatnya menutup mata, namun tiba tiba ia merasakan tangan Al yang super duper jahil meraba kearea bawah.

"MAS TANGANNYA!"

Aldebaran menarik kembali tangannya keatas, "Andin tidur ndin!!!"

"Ya kamu juga tidur, jangan ngeraba yang enggak enggak!"

"Iya ini saya merem."

"Yaudah Goodnight."

"Hmmm.." Aldebaran melirik Andin yang sudah memejamkan matanya, ia tersenyum lebar, melihat Andin yang lagi emosi, namun ia masih tetap ingin dipeluk. "I love you ndin, maafin saya ya, saya emang suka bikin kamu emosi." Ucap Aldebaran tertawa lirih.

Yeee tahun baru tahun baru!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALDEBARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang