17

3.2K 308 13
                                    

"Gimana mas kerjaan kantor kamu?" Tanya Andin, yang melihat suaminya berganti baju, setelah pulang dari kantor, seperti yang dibilang Al, sore ini dia dan Andin akan bertemu dengan anak mereka.

"Alhamdulillah lancar."

Al selesai mengganti pakaiannya,namun warna baju Al mengalihkan perhatian Andin. "Mas kok kamu pake baju warna kuning sih, mentang mentang boxer kamu warna kuning terus baju kamu juga kuning." Andin memutar mutar badan Al.

"Ya terus saya suruh pake baju warna apa ndin?"

"BIRU!" jawab Andin semangat empat lima. "Biru?"

"Iya mas, anak kamu kan cowok, jadi kamu harus pake baju warna biru, masa kita gak couple an sih mas, aku biru harusnya kamu juga biru, biar SAMA gitu loh, romantis dikit kek jadi suami." Ucap Andin menarik Al untuk mengganti pakaiannya.

"Udah ya ndin, kita kerumah sakit doang, gak kepesta, saya males ganti baju." Rengek Aldebaran, istrinya memang super ribet, gak pernah yang namanya denger kata simple. Kalo ada yang ribet kenapa harus simple?gitu kalik ya yang dipikirannya Andin.

"Mas ganti please.. "

"Capek ndin gantinya."

"Kok capek sih mas, kan tinggal
Keluarin baju warna kuning  - masukin baju warna biru, simple kan mas?" Al menghela nafas untuk ke 18281818 kalinya, bertahun tahun ia menikah dengan Andin, cita cita Al hanyalah ingin menoyor kepala Andin.

"Mas, kok diem sih, ayo cepetan pake!kalo ga make yaudahlah aku sendiri aja ke rumah sakit." Andin yang hendak pergi tangannya ditarik oleh Al. "IYA IYA SAYA GANTI.. BENTAR YA.

Wajah Andin kembali menjadi sumringah. "Nah gitu dari tadi kek, kan aku jadi gak cape cape ngomong."

Andin duduk disofa kamar nya, sambil melihat Al berganti pakaian yang dipilih nya. "Dah kan?"

"Udah, hih ganteng banget sih mas!!" Peluk Andin girang seperti bocah berumur 7 tahun yang kesenangan dibelikan mainan.

"Iya iya kamu meluknya jangan kenceng kenceng gini, nanti kalo anak kita kegencet gimana?"

"Kegencet gimana maksudnya? Ya enggaklah mas."

"Kegencet ntar kayak adudu, kotak kepala nya." Lawak Al refleks tangannya memegang kepala.

"Mas keknya kepala kamu minta di lempar tabung gas deh,biar bener dikit."

"Jangan dong.. "

"Kenapa?"

"Ya nanti kalo kamu ngelempar kepala saya pake tabung gas, terus saya bales lempar kamu pake kulkas, mau?"

Andin terdiam, sebenarnya ia dan suaminya sedang bicarain apa sih, masalahnya ia dan suaminya kalau bahas sesuatu topiknya udah diluar Alam, gak jelas, dan gak penting.

"Gak jelas kamu mas. udah ah ayo kita kerumah sakit.." Andin menarik tangan Al, mengajaknya keluar dari kamar.

"Kamu yang gak jelas ndin."

"Kamu lah mas, aku kan jelas."

"Saya yang jelas kok, kamu yang gak jelas." Sepanjang jalan menuju pintu keluar, mereka melakukan kebiasaan nya yaitu BERDEBAT.

"Gak ya mas, aku  jelas kamu yang gak jelas!"

"Saya jelas jelas orangnya jelas kamu yang jelas jelas orangnya gak jelas."

"Biar adil KITA SAMA SAMA GAK JELAS, PUAS?!" Bentak Andin matanya melotot ingin keluar."

"Hm, yaudah masuk kedalem." Al menuntun Andin masuk ke dalam mobil. Perasaannya campur aduk walaupun ia kesal dengan sifat gak jelasnya Andin, ia masih tetap sayang, bawelnya Andin itu adalah ciri khasnya, ia tak bisa hidup tanpa perempuan yang selalu mengajaknya ribut.

"Mas nanti pulang dari Rumah sakit kita kesupermarket dulu ya!"pinta Andin sibuk berkaca membenarkan lipstik dibibirnya.

"Ngapain?"

"Udahlah mas anter aja, oke? Ada barang barang yang mau aku beli."

"Hm." Al melajukan mobil nya lebih cepat, hingga tak melihat ada polisi tidur agak tinggi, ia menabras begitu aja, membuat mobilnya terbang seketika.

Andin yang fokus membuat garis lipstik dikejutkan dengan gronjalan polisi tidur. "MAS!!" Teriak Andin sambil memegang perutnya.

"Maaf maaf, saya gak tau ada polisi tidur!!"

"Hati hati dong mas, kasian anak kamu, kaget kan jadinya, mana lipstiknya jadi ke pipi lagi, aduhhh, MAS!!! ARGHHH.." kesal Andin ia sudah heran lagi sama suaminya, malah bukan heran tapi HERMAN.

"Maaf ya nak, papa gak tau ada polisi tidur.. " Ucap Al tangan kirinya mengelus elus perut Andin. Andin yang dielus elus mencemberutkan bibirnya, tak menggubris Al, ia sibuk membersihkan coretan Lipstik.

Tiba tiba deg, perut Andin bergerak, seperti ada sesuatu yang menendang dari dalam, Al yang merasakannya kaget, apalagi Andin.

"Ndin,anak saya denger kata kata saya." Ucap Al wajahnya langsung sumringah, memang bener sih yang bisa bikin Aldebaran CEO OF DINGIN + JUTEK tersenyum itu cuma anaknya sendiri.

"Mas bisa gak? Kalo bilang anak kamu itu Anak kita? Jangan cuma Anak saya doang, ini juga anak aku mas." Gerutu Andin, wajahnya masih tetap fokus ke cermin.

"Yaudah anak kita.."

"Aduh duh duh.. Akhh."

"Kenapa? Hah?"

"Gak gapapa mas, cuma agak kenceng aja perutnya."

"Kamu akh akh akh aja, dikit dikit aw, dikit dikit akh, dikit dikit mas, deg deg an saya ndin."

Andin melirik tajam Al, mata sinisnya yang khas, membuat Al takut tak berani menatap balik.

"SAYANG.. KAMU MENDING FOKUS NYETIR AJA YA.. LIHATIN TUH JALANNYA, SIAPA TAU ADA POLISI TIDUR, KALAU SAMPE POLISI TIDUR KAMU GAK NGE-REM, OH LIAT AJA MAS!! LIAT!!"

Andin membuat Al ingin sekali loncat keluar dari mobil, tapi enggak dulu deh, perempuan seperti Andin ini langka, walaupun galak tapi perhatiannya sungguh tak ada yang bisa menandingi.



***



Jangan lupa vote, dan komen, GRATIS KOKmaaf ya segini dulu, besok pasti aku langsung up banyak" Love you guys💝

ALDEBARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang