24

4.1K 290 8
                                    

6 hari kemudian..

"Ndin!! Dompet saya mana ya?!"

"Apasih mas? Pagi pagi udah grusak grusuk aja." Heran Andin melihat suaminya menggeledah laci meja dekat kasur.

"Dompet saya mana ya? Perasaan tadi malam saya taruh di deket sini deh."

"Coba cari yang bener mas, kamu kan orangnya pelupa." Ucap Andin duduk dikasur sambil melipat baju baju Al yang habis dijemur. Dirinya sangat mandiri kadang kadang tapi.

"Gak ada ndin.. Nih, kosong, gak ada dompet saya."

"Kamu frustasi banget sih mas jadi suami." Andin bangkit dari kasur, membantu Al yang dari tadi tangannya sibuk didalam laci meja. "Kalau dompet nya ketemu awas ya mas."

Gantian Andin yang mencari dompet Al, ia meraba raba laci meja. "Gak ada kan?"

"Lah ini apa?" Andin menunjukkan dompet Al. Bukan Andin namanya kalau nemuin sesuatu pasti selalu dapet. "K-kok bisa sih ndin? Perasaan tadi gak ada." Heran Al memandangi dompet yang ia pegang.

"Ya itu perasaan kamu aja mas, perasaan aku kan enggak."

"Jangan jangan kamu punya kekuatan ndin?"

"Hah kekuatan? Kekuatan apa lagi sih mas?jelas jelas kalau dompet Aldebaran alfahri itu ada didalam laci meja!" Tegas Andin tangannya refleks mengikuti apa yang ia bicarakan.

"Kamu makin kesini kok makin marah marah aja ndin?"

"Kamu kerjaannya bikin emosi soanya."

"Masa?" Tanya Al duduk di samping Andin, tangannya mulai nakal melingkari badan Andin."Ndin kamu kok wangi banget sih?" Al mencium cium punggung Andin. Dirinya memang suka mencium Andin, apalagi kalau cium rambutnya Andin.

"Emmhhh.." Tiba tiba Andin memegang perutnya,ia merasa perutnya menegang dan terasa nyeri yang begitu hebat . "Mashh.. Akhh.." Al yang memeluk Andin langsung melepaskannya.

"Ndin kenapa?ha? Kontraksi?" Tanya Al menunduk melihat wajah Andin yang tertutupi rambutnya.

"He'em." Andin mengangguk angguk, keringatnya mulai bercucuran. "Sabar ya ndin, saya ambil jaket kamu dulu sebentar." Al beranjak dari tempat tidurnya, mengambil jaket,pagi ini masih jam setengah 9 dan cuaca mendung tak ada panas sinar matahari sama sekali.

Al memakaikan jaket dibadan Andin, ia langsung menggendong Andin membawanya keluar untuk dilarikan kerumah sakit, ia tahu bahwa persalinan Andin sebentar lagi, dan untuk kali ini ia harus membawa Andin ke rumah sakit.

"Huh mashh sakit banget.." Rintih Andin, memegang perut buncitnya itu. "tahan ya ndin, tahan!!"

"MA!! MAMA!!"

"Iya sayang? Eh Andin kenapa ha?" Tanya Rossa yang melihat Andin kesakitan ikutan panik.

"Ma aku mau bawa Andin ke rumah sakit, mama jagain Reyna ya!"

"Oke, oke, mama jagain Reyna, kamu yang kuat ya ndin."

Al langsung bergegas menuju parkiran mobil. "UYA BUKAIN GERBANG!!"

"Iya Pak bos!!"

"Mass sakit banget mas.." Andin mengerang sejadi jadinya,ia mengalami apa yang pernah ia alami sebelumnya pada saat hamil Reyna.

"Tahan ya ndin.. Sebentar lagi sampai." Ucap Al mengelus elus perut Andin, tangan satunya menyetir, entah sudah berapa mobil yang ia salip.

Sesampainya dirumah sakit, Al kembali menggendong Andin. Memanggil perawat untuk membawakan brankar.




ALDEBARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang