25

3.1K 285 18
                                    


Happy reading
Eh seperti biasa, taukan?
Harus tau dong❤


Jam menunjukkan angka setengah 7 malam.

"Shhh.." Andin mendesis pelan sambil  memegang perutnya, sejak tadi siang  ia terus merasakan kontraksi yang intensitas nya terus meningkat.

"Ndin, mau makan?" Tanya Al mengelus elus rambut Andin. Namun Andin tetap saja menggeleng gelengkan kepalanya, ia tak selera makan, bahkan untuk membuka mata saja susah, yang ia lakukan sepanjang hari hanyalah mendesis, memanggil nama suaminya, dan mengelus perutnya.

"Ndin makan sedikit ya, saya suapin, ya ndin? 4 kali suapan pun gapapa." Andin yang dari tadi mendengar perkataan Al untuk menyuruhnya makan terpaksa mengangguk anggukan kepalanya.

Al mengambil nasi, dan sop, ia sengaja membawa bekal dari rumah untuk dimakan oleh Andin.

"Sini ndin saya bantuin." Al membantu Andin untuk duduk.Dirinya sangat telaten mengurus Andin,apalagi Andin yang dari tadi keluar masuk keluar masuk kamar mandi untuk buang air kecil membuat pinggang Al juga ikutan pegel.

Al menyodorkan sendok nya ke mulut Andin "A."

"Ndin dikunyah!!jangan diem aja, nanti jadi gak enak makanannya." Suruh Al melihat Andin dari tadi terdiam tak mengunyah makanan yang sudah masuk ke dalam mulutnya.

"Mas minum.."

"Hah? Baru satu kali suapan ndin masa langsung minum?"

"Haus mas, minum!" Rengek Andin menggoyang goyangkan tangan Al.

Dengan cepat Al mengambil minum air putih. "Ini ndin, pelan pelan.."

Andin meneguk perlahan lahan air minum itu sampai habis.

Tiba tiba perut Andin bereaksi kembali. "Ngghh.." Ia meremat tangan Al,merasakan perutnya agak kencang.

"Ndin? Kenapa? Sakit lagi?"

"He'em mash.." Jawab Andin mengangguk anggukan kepalanya berusaha menahan rasa sakitnya. Al yang hendak memanggil dokter, pas banget Merissa datang.

"Dok Ini Andin udah berulang kali kontraksi." Ucap Al dirinya malah kepanikan sendiri, rasanya ingin sekali membentak Merissa karena meninggalkan pasiennya yang dari tadi sakit perut.

"Iya Pak, sebentar ya saya cek dulu bu Andin sudah pembukaan berapa." Merissa mendekati Andin, ia menyuruh Andin untuk membukakan kakinya lebar lebar untuk mengecek sudah pembukaan keberapa. "Sshh.. " Desah Andin memejamkan matanya. Al yang melihat masa masa Andin seperti ini untuk kedua kalinya menjadi tidak tega, sebenarnya ia belum siap memiliki dua anak, tapi karena Reyna sendirian tidak punya teman, alhasil mereka membuat lagi.

"Bu Andin sudah pembukaan 6." Ucap Merissa. "Agar lebih cepat, bu Andin disarankan jalan jalan kecil, mungkin jalan jalan dirumah sakit ini." Imbuh Merissa melemparkan senyum manis nya ke Al dan Andin.

ALDEBARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang