46 (little Reyna)

3.4K 348 28
                                    

"Bu Andin hanya kecapekan saja,karena bu Andin punya darah rendah, jadi saya sarankan kalau bu Andin kecapekan suruh istirahat, karena kalau dipaksa bisa seperti tadi." Jelas dokter

"Baik dok."

"Yaudah kalau begitu saya pamit ya pak."

"Iya dok, sekali lagi Terima Kasih ya dok."

Aldebaran menghela nafasnya lega setelah mendengar penjelasan dari dokter tentang keadaan Andin. Ia langsung masuk kedalam kamar. Al mendekati Andin yang sudah tertidur pulas, tangannya pelan pelan mengusap kepala Andin.

"YaAllah ndin ndin.. Udah tau kamu orangnya suka kecapekan masih aja ngeyel." Ucap Al lirih duduk disebelah Andin.

Andin masih memejamkan mata nya, tiba tiba ia memiringkan badannya dan memeluk paha Al. "Kamu kalau kayak gini bikin saya keingetan waktu kamu nglahirin Reyna ndin."






***






Flashback

02.00 Pagi
RS. Bunda Kasih

"Hufftt... Sakit banget mas.." Rintih Andin berbaring miring di hospital bed sesekali ia mengelus perut buncit nya itu.

"Tahan ya ndin..anak papa udah gak sabar ya ketemu papa?" Tanya Al mengelus elus perut Andin.

"Allahuakbar mas.. Sakit.."Andin tak bisa tenang, ia merubah posisi nya ke kanan dan kekiri, menahan rasa sakit yang sudah berdenyutan di bagian perut. Suhu ruangan sudah sangat dingin, namun Andin tetap saja berkeringat, dan sesekali Al mengelapnya.

"Permisi bu Andin, saya mau cek bu Andin sudah pembukaan keberapa, ayo bu Andin atur posisinya."

Dokter yang bertuliskan nama Merissa itu mengecek pembukaan Andin, dengan memasukkan jarinya ke dalam vagina Andin.

"Masih pembukaan ke 6,bu Andin harus banyak bergerak agar lebih cepat, saya tinggal dulu sebentar, nanti saya akan datang lagi dan mengecek pembukaan bu Andin, kalau ada apa apa bisa cari saya ya,nanti beberapa suster akan datang kesini untuk menemani bu Andin,dan mempersiapkan alat alat persalinan."

"Baik dok."

Merissa pergi meninggalkan Al dan Andin berdua diruangan,
"Sini ndin, saya bantuin,pelan pelan aja." Al membantu Andin untuk turun dari hospital bed nya.
Kakinya yang bengkak, rambut acak acakan, wajah tak terurus seharian tak membuat kecantikan Andin pudar sedikitpun, ia malah terlihat lebih cantik jika penampilannya natural, apalagi dengan baju rok berwarna biru dari rumah sakit, terlihat cocok dipakai Andin.

"Hoek.."

Tiba tiba Andin merasa perutnya mual. "Kenapa ndin? Mual?" Tanya Al.

Andin mengangguk anggukkan kepalanya."Tapi gak banget kok mas."

"Pelan pelan ndin, saya takut pinggang kamu kecengklak––"

"Udah mas ini sakit banget YaAllah,pengen matahin pinggang!!" Andin berjongkok sejenak, merasakan perutnya yang sakitnya sudah tak karu karuan.

"Sini saya pegangin."
Al memegang kedua tangan Andin.

"Huft.. Anak kamu berat banget sumpah, udah kayak bawa 2 karung beras, lebih keknya." Ucap Andin memeluk Al, kakinya sudah tak bisa menompang badannya lagi.

ALDEBARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang