Vallery berjalan dengan santai di koridor tanpa menghiraukan murid lainnya yang tergesa-gesa menuju kantin. Otak cantiknya berpikir apakah akan ada adegan drama seperti di novel? Hehe.. sepertinya akan seru. Vallery menyeringai senang.
"Val!" Panggil seseorang, dia menoleh disana ada cewek yang berlari menghampirinya. Lareina putri, teman sekelas sekaligus sahabatnya.
"Bareng ke kantin ya?" Tanya Rein.
Vallery mengangguk. Rein tersenyum senang, dengan semangat dia menggandeng tangan Vallery.
"Val, Lo cantik banget.. Gue hampir gak ngenali lo waktu di kelas tadi.." celoteh Rein
"Baru tahu kalau gue cantik?" Dengus Vallery.
"Sialan lo" jawab Rein di sertai kekehan geli.
Di kantin Vallery dan Rein duduk dengan manis sambil memakan bakso mang Deni, bakso favorite SMA Langit.
"Rein" panggil Vallery
"Hm" jawab Rein dengan mata yang fokus ke baksonya.
"Disini ada gak sih cowok populer yang dikejar-kejar cewek, tapi cowoknya malah kasar dan punya cewek lain??" Tanya Vallery penasaran, barangkali ya kan. Berharap akan ada adegan yang dia tunggu-tunggu.
Rein mengernyit "Maksud lo, Angkasa?"
"Siapa Angkasa?" Tanya Vallery bingung.
"Lah, lo gimana sih. Bukanya lo bucin akut sama Angkasa, masa udah lupa?" Tanya Rein heran.
Vallery meletakan sendoknya dia menatap Rein malas "Lo lupa kalau gue habis kecelakaan? Dokter bilang gue hilang ingatan sementara" Dengus Vallery. Dia melirik sekeliling dan matanya langsung bersitatap dengan mata kakaknya Vello.
"Oh iya lupa" jawab Rein cengengesan.
Vallery kembali menatap Rein penasaran "Jadi yang mana nih orangnya??"
Rein melirik sekitar sebentar kemudian dia menatap Vallery "Noh, yang duduk samping kakak lo, dia namanya Angkasa. Cowok incaran nomer satu SMA Langit" kata Rein sambil menunjuk ke meja kakaknya.
Vallery menoleh lagi-lagi dia bersitatap dengan kakaknya Vello, dia mengernyit kenapa Vello menatapnya seperti itu? Tapi dia abai. Matanya bergulir kepada cowok yang duduk di samping kakaknya. Angkasa. Ternyata dia, cowok yang ada di gallery Vallery.
"Lalu, siapa cewek jahatnya?" Tanya Vallery sambil melirik Rein yang kepedasan. Rein celingak-celinguk sebentar kemudian dia menunjuk pintu masuk kantin "Noh, yang tengah namanya Kezia. Lo harus hati-hati sama dia. Kalau lo inget dia jahat banget sama lo" jelas Rein sedikit berbisik. Vallery mengangguk dia kembali melirik Kezia yang menempel Angakasa, sedikit kagum karena dia tidak kenal menyerah walau sudah di ketusin.
"Lalu, cewek Angkasa mana?" Tanya Vallery lagi.
Rein melongokan kepalanya "Noh, yang barusan di ganggu sama Kezia and the gang, namanya Isabella. Kalau gue sebut dia ceweknya Angkasa kayaknya kurang cocok deh, soalnya gak ada yang pernah tahu kalau dia pernah bareng Angkasa"
Vallery mengangguk kemudian menoleh, cewek manis dengan lesung pipi itu sedang meringis dan hampir menangis sampai akhirnya Angkasa datang dan menolong Isabella "Kez lo apa-apaan sih, Gak lucu tau gak?!" Sentak Angkasa. Kezia abai dan memilih mundur, tapi ketika ingin berjalan tiba-tiba mata Vallery dan Kezia bersitatap, teman Kezia si Selin membisikkan sesuatu ke Kezia, kemudian Kezia tersenyum menyeramkan di tempatnya.
Sial. Batin Vallery.
"Well, apa kabar cupu? Makin cantik aja?" Tanya Kezia sambil berjalan ke arah mejanya. Vallery mengernyit kemudian melirik Rein yang menunduk tidak berani mengangkat kepalanya.
"Sorry, kita kenal?" Tanya Vallery.
Raut wajah Kezia berubah dia menatap tajam Vallery "Berani L—"
"Kenapa harus takut? Lo mungkin yang takut, takut tersaingi!?" Potong Vallery terkekeh "Takut, karena gue udah cantik dan bisa rebut Angkasa dari lo?" Bisik Vallery dengan seringaian menggoda.
PLAK!!
Wajah Vallery tertoleh kesamping, telinganya sempat berdengung kemudian dia menatap tajam Kezia yang berdiri angkuh di depannya.
"KENAPA? GAK TERIMA KARENA GUE TAMPAR?! Asal lo tahu ya ANGKASA ITU MILIK GUE! lo gak akan bisa rebut Angkasa dari gue!!"
Vallery terkekeh dia melirik Vello yang hendak menghampirinya tapi dia mengibaskan tangannya seolah menyuruh Vello tidak usah ikut campur.
Vallery menghampiri Kezia didepannya "Lo kalau mimpi jangan disini ya, balik aja tidur. Gak malu di lihatin yang lainnya?" Tanya Vallery kemudian meraih kerah Kezia dan sebuah tonjokan mendarat di pipinya hingga kesadarannya terenggut.
"Astaga, maaf ya.. gue bikin lo tidur biar lama mimpinya" kata Vallery santai. Kemudian dia berbalik ke meja Rein "Ayo ke kelas" Ajaknya, Rein hanya mengangguk kaku dan mengikuti Vallery yang berjalan di depannya.
"Gila, lo lihat tadi. Dia nonjok Kezia sampai pingsan"
"Bla.. vallery..bla..bla.. ngeri... bla"
"Gila njir, cewek yang suka Angkasa ngeri-ngeri" kata Samudra bergidik.
"Lebih baik yang begitu kan, dari pada yang menye-menye" balas Devan sambil menatap Vallery kagum.
Beda halnya dengan Vello yang mematung. Dia pertama kali melihat Vallery yang kasar. Memang dia sedikit heran dengan tingkah laku Vallery akhir-akhir ini, tapi yang tadi itu di luar ekspektasinya. Vallery adiknya berubah.
"Val, jangan cepet-cepet dong jalannya" kata Rein tapi —BRUK
Bahu Vallery tersenggol hingga dia jatuh terduduk. Dia melirik laki-laki yang menabraknya. Baju tidak dimasukkan, rambut acak-acakan, tidak memakai dasi dan menggunakan tindik di telinganya. Dua kali Sial. Batinnya.
"Lo kalau jalan lihat-lihat dong! Jalan selebar itu tapi mata lo masih meleng?!" Sentak Vallery kemudian bangun hendak menghampiri laki-laki tersebut.
"Aduh maaf kak, temen saya lagi PMS jadi hawanya pengen marah-marah. Silahkan kak, Silahkan lewat" kata Rein segan dengan menarik Vallery agar laki-laki tersebut bisa lewat.
Laki-laki itu abai dan melengos pergi."Rein lo apa-apaan sih, dia yang salah tapi lo malah lepasin gitu aja!" sentak Vallery
"Val, dengerin gue. Lo harus jauh-jauh sama dia. Nomer satu! lo pokoknya harus jauh-jauh sama dia. Dia itu gila, kasar, biang onar, ketua geng yang bolak balik masuk kantor polisi dan yang pastinya dia itu pembunuh" jelas Rein dengan suara kecil diakhirnya.
"Maksud lo dia kriminal?" Tanya Vallery
"Bener banget! Gue denger-denger juga dia sudah punya anak. Ngeri Gak Lo, pokoknya harus jauh-jauh sama dia" Kata Rein cepat
"Kalau dia kriminal kenapa masih berkeliaran di sekolah bego, kenapa gak masuk penjara aja?" Heran Vallery
"Lo kayak gak tahu saja, money dong. Lo pikir dia bisa bebas karena apa?" Jelas Rein.
"Benar juga sih, ah udahlah gue mau ke perpus. Mau tidur disana" kata Vallery melengos dan mengabaikan panggilan sahabatnya Rein.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Of Me
Teen Fiction17+ Indah Menjalani kehidupan baru dengan tubuh berbeda. lalu apakah dia bisa melepas semua beban di pundaknya? Dia ingin menjadi orang yang bebas, dia ingin hidup berdasarkan keinginannya. Dia ingin meraih apa yang ingin di raih. Tapi lagi-lagi di...