Vallery membuka matanya perlahan, buram. Untuk sementara dia mencoba memfokuskan penglihatannya sampai dia mendengar suara game yang terdengar dari samping kanannya "Minum.." lirihnya.
Laki-laki yang sedang memainkannya gamenya mendongak dan beranjak membantu Vallery duduk dan mengambilkan minuman.
"Lebih baik?" Tanya laki-laki itu dengan suara bassnya.
Vallery mengangguk dan menyerahkan gelasnya "Terimakasih kak Angkasa.." ujar Vallery di sertai senyuman. Dia ingat, suara itu yang menolongnya.
"Jadi kak angkasa yang nolong gue?" Pikir Vallery
Angkasa balas tersenyum "Sama-sama, mau gue panggilin kakak lo?"
Kakaknya? Ah, benar dia sudah berbaikan dengan keluarganya. Mengingat itu entah kenapa hatinya menghangat. Perasaan mengganjal yang selama ini dia rasakan seakan sirna.
"Kakak Dimana?" Tanya Vallery
"Lagi makan di kantin sama yang lainnya" jawab Angkasa.
"Kak Angkasa gak makan?" Tanya Vallery lagi.
Angkasa tersenyum geli "Gue udah makan sebelum ke sini"
Deg
Deg
DegJantung Vallery berdetak cepat. Astaga apa dia jatuh cinta?
Vallery menggelengkan kepala menolak pemikiran dangkal itu."Kenapa?" Bisik Angkasa.
Vallery mendongak menatap wajah tampan Angkasa yang berada beberapa centi di depan wajahnya.
"Wajah lo merah" bisik Angkasa lagi. Angkasa tersenyum geli. wajah merah Vallery terlihat menggemaskan, apalagi tatapan matanya yang seolah memujanya itu entah kenapa dia menyukainya.
"Ehem.."
Angkasa menoleh dan memundurkan wajahnya dengan santai sedangakan Vallery menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan mungilnya.
Kakaknya berdiri didepan pintu dengan tangan didepan dada "Apa ini? Kalian mau bercumbu?" Tanya Vello santai sedangkan temannya yang lain melemparkan tatapan menggoda kearah Angkasa.
Vello menghampiri Vallery dan mengelus lembut rambutnya "Ada yang sakit?" Tanyanya lembut.
Vallery menggeleng "Enggak ada, Daddy dimana?"
"Di kantor, nanti kesini setelah selesai meeting" jawab Vello "Mau makan?" Tanyanya lagi.
Mendengar pertanyaan kakaknya dia mengangguk antusias "Iya.."
♈️♈️♈️
"Bagaimana keadaan putri saya dok" Tanya Daddy Alex.
Dokter Maria menghela napas pelan "Saya tidak berani mengambil resiko, biar bagaimanapun kondisi Vallery masih belum stabil. Saya hanya meminta kepada Anda agar lebih memperhatikan hal sekecil apapun pada Vallery. Hal sekecil apapun itu bila di teruskan tanpa ada pengawasan akan bertambah buruk. Untuk saat ini bukan obat-obatan yang di perlukan Vallery, tapi perhatian Anda dan sekeluarga. Dukungan keluarga lah yang bisa memperbaiki kondisi mental Vallery. Saya harap Anda dan sekeluarga bisa lapang dada menerima dan memberikan bimbingan kepada Vallery" jelas dokter Maria.
Daddy Alex mengangguk.
"Lalu.. ini sedikit berlebihan tapi.. bisakah anda menjauhkan benda-benda tajam ketika Vallery tidak bisa mengontrol emosinya? Saya takut bukan hanya Vallery yang akan terluka, bisa saja dia menyakiti orang lain untuk melepaskan emosinya" ujar Dokter.
Daddy sedikit tertegun tapi kemudian dia mengangguk "Tentu.."
♈️♈️♈️
"Daddy!!" Panggil Vallery semangat ketika melihat Daddynya memasuki kamar inapnya. Daddy Alex tersenyum melihat putrinya yang memanggilnya semangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Of Me
Roman pour Adolescents17+ Indah Menjalani kehidupan baru dengan tubuh berbeda. lalu apakah dia bisa melepas semua beban di pundaknya? Dia ingin menjadi orang yang bebas, dia ingin hidup berdasarkan keinginannya. Dia ingin meraih apa yang ingin di raih. Tapi lagi-lagi di...